sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tahun baru, Presiden Prancis serukan respek dan persatuan

Sejak November 2018, aksi demonstrasi mewarnai seantero Prancis. Unjuk rasa bermula dari protes

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 02 Jan 2019 13:08 WIB
Tahun baru, Presiden Prancis serukan respek dan persatuan

Dalam pidato tahun barunya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui kemarahan di kalangan demonstran anti-pemerintah. Meski begitu, dia menegaskan bahwa pemerintah tidak menoleransi ujaran dan tindakan kebencian.

Berbicara dari Istana Elysee pada Senin (31/1), Macron mengatakan akan menggunakan amarah itu sebagai "pelajaran untuk tahun yang akan datang".

"Kemarahan terhadap ketidakadilan, terhadap arah globalisasi, kemarahan terhadap sistem pemerintahan yang telah menjadi terlalu kompleks dan kurang baik," tutur Macron. "Bagi saya, amarah ini berarti satu hal: kami tidak akan menyerah."

Tanpa menyebut protes rompi kuning secara langsung, Macron mencerca gerakan ekstrem dan penuh kekerasan yang mengklaim berbicara "atas nama rakyat" tetapi pada nyatanya "menyerang pejabat pemerintah, polisi, wartawan, orang Yahudi, imigran, dan homoseksual".

Sejak November 2018, protes rompi kuning telah melumpuhkan beberapa bagian Prancis ketika para demonstran bentrok dengan polisi, menghalangi jalan raya, dan membakar mobil serta barikade.

Unjuk rasa yang awalnya bermula dari protes terhadap kenaikan harga BBM dan pajak lingkungan, berubah menjadi demonstrasi yang lebih luas terhadap Macron, pemerintahannya, serta ketegangan antara elite kota dan penduduk perdesaan.

Presiden Macron menegaskan bahwa Prancis "ingin membangun masa depan yang lebih baik" tetapi untuk mencapainya, rakyat harus saling menghormati dan mengingat pelajaran dari generasi terdahulu yang telah memperjuangkan kebebasan yang dapat dinikmati sekarang. 

"Kita bebas di negara ini hanya karena generasi terdahulu melawan dari penderitaan despotisme atau tirani, dan kebebasan ini membutuhkan perintah republik," ujarnya. "Kebebasan ini butuh dihormati rakyat."

Sponsored

Di bawah tekanan untuk menanggapi protes, pada Desember, Macron berjanji untuk meningkatkan upah minimum dan membongkar skema baru pajak pensiun. Tetapi langkah ini gagal meredakan amarah pengunjuk rasa.

Pada puncak protes, sebanyak 1.723 orang diinterogasi dan 1.220 ditahan selama periode sepekan. Pada 15 Desember, sekitar 34.000 pengunjuk rasa berdemonstrasi di seluruh Prancis, termasuk lebih dari 2.000 turun ke jalan-jalan di Paris. Pekan sebelumnya, sekitar 77.000 pemrotes berdemonstrasi di seluruh negeri, 10.000 di antaranya melakukan unjuk rasa di Paris.

Menurut surat kabar Le Parisien, 10 tewas akibat aksi protes, sebagian besar kematian terjadi karena kecelakaan lalu lintas terkait dengan blokade jalan pada November dan Desember.

Jumlah demonstran menyusut selama beberapa pekan terakhir berlangsungnya protes, sementara pihak berwenang meningkatkan upaya mencegah terulangnya kekerasan.

Untuk mengembalikan semua ke keadaan semula, Macron mengatakan "lembaga-lembaga Prancis harus terus berkembang" dan dia bersumpah untuk memulihkan vitalitas bagi demokrasi negara itu. (CNN)

Berita Lainnya
×
tekid