sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Taiwan tolak formula Satu Negara Dua Sistem China

Dalam pidato Hari Nasional Taiwan, Presiden Tsai Ing-wen bersumpah akan membela kedaulatan pulau itu.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 10 Okt 2019 18:19 WIB
Taiwan tolak formula Satu Negara Dua Sistem China

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Kamis (10/10) menolak formula "Satu Negara, Dua Sistem" yang menurut China dapat digunakan untuk menyatukan mereka. Menurutnya, formula yang sama justru membuat Hong Kong berada di ambang kekacauan.

Dalam pidato Hari Nasional Taiwan, Tsai Ing-wen bersumpah akan membela kedaulatan pulau itu. Dia mengatakan, pemerintahannya akan menjaga kebebasan dan demokrasi meskipun Beijing meningkatkan tekanan pada mereka.

China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak.

Tsai Ing-wen, yang akan menghadapi pilpres pada Januari 2020, mengatakan bahwa formula "Satu Negara, Dua Sistem" merupakan sebuah kegagalan. 

Pengaturan yang menjamin otonomi itu disepakati China ketika Inggris mengembalikan Hong Kong pada 1997. Kota itu telah dilanda protes antipemerintah sejak Juni yang dipicu oleh amarah warga atas campur tangan Beijing yang semakin terasa.

China bersikeras mengikat Taiwan menggunakan formula "Satu Negara, Dua Sistem", tetapi Tsai Ing-wen menilai kebijakan itu berbahaya bagi stabilitas regional.

"Tiongkok masih mengancam untuk menerapkan formula 'Satu Negara, Dua Sistem' untuk Taiwan. Serangan diplomatik dan paksaan militer mereka menimbulkan tantangan serius bagi stabilitas dan perdamaian regional," kata dia. "Ketika kebebasan, demokrasi dan perkembangan Taiwan terancam, kita harus membela diri."

Dia menegaskan bahwa 23 juta warga Taiwan satu suara dan sepakat menolak formula tersebut.

Sponsored

Hari Nasional Taiwan, yang memperingati dimulainya pemberontakan pada 1911 yang mengarah pada lepasnya kekuasaan China, dirayakan di Taipei dengan parade penuh tarian dan nyanyian.

Permusuhan antara Taiwan dan China telah berkurang selama dekade terakhir ketika kedua pihak berusaha lebih fokus memperluas ikatan bisnis mereka.

Namun, hubungan Taiwan-China kembali memanas sejak Tsai Ing-wen menjabat pada 2016. Beijing menganggap dia berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaan formal pulau itu.

Tidak gentar

Meskipun Tsai Ing-wen membantah menginginkan kemerdekaan formal, Beijing tetap meningkatkan tekanan pada pulau itu demi mengupayakan terjadinya reunifikasi.

Tiongkok menegaskan, Taiwan tidak memiliki hak untuk menjalin hubungan antarnegara dan ingin mengisolasi pulau itu secara diplomatik.

Sejak Tsai Ing-wen menjabat, tujuh negara telah memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan dan mengalihkan kesetiaan mereka ke China. Kini, Taipei memiliki hubungan diplomatik resmi hanya dengan 15 negara.

Namun, Tsai Ing-wen menegaskan bahwa Taiwan tidak gentar.

"Tekad warga Taiwan untuk merangkul dunia tidak pernah goyah," kata dia.

Dia menambahkan, Taiwan harus bekerja sama dengan negara yang menjunjung nilai yang sama untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

Tsai Ing-wen menuturkan bahwa di bawah kepemimpinannya, Taiwan telah meningkatkan kemampuan tempurnya dengan pembelian senjata canggih dan pengembangan pesawat buatan sendiri.

Pada Agustus, Taiwan meningkatkan anggaran belanja pertahanan nasional. Mereka bertujuan untuk membeli lebih banyak senjata canggih dari luar negeri.

Pulau itu telah lama menjadi titik api dalam hubungan Amerika Serikat-China. Pada Juli, Washington menyetujui penjualan senjata senilai US$2,2 miliar ke Taipei, membuat Beijing marah. 

AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan tetapi terikat oleh hukum untuk membantu menyediakannya sarana untuk mempertahankan diri.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid