sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tata dunia berubah, Indonesia didorong berpartisipasi

"Kita tidak bisa hanya menonton berpangku tangan atau menutup mata."

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Kamis, 26 Jan 2023 22:41 WIB
Tata dunia berubah, Indonesia didorong berpartisipasi

Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia: Saatnya Indonesia Ikut Menyusun Dunia Multipolar

Pascaperang Rusia dan Ukraina disebut akan mendorong terbentuknya sistem baru atau disebut dunia multipolar. Pemerintah Indonesia diminta tidak berdiam diri dalam merespons dinamika global tersebut.

"Kita tidak bisa hanya menonton berpangku tangan atau menutup mata," ucap Sekretaris Komite Persahabatan Rakyat Rusia-Indonesia, Muhammad Zulfan, dalam keterangannya, Kamis (26/1).

Menurutnya, dunia sudah mengarah ke sistem multipolar. Gerakan tersebut bertujuan membangun tata dunia yang lebih adil.

Zulfan melanjutkan, dinamika menuju sistem multipolar lebih halus daripada pasca-pecahnya Uni Soviet atau unipolar. Dalihnya, kala itu, perang semakin sering terjadi.

"Yang terjadi ketika dunia jadi unipolar, imperium Amerika berkuasa penuh akan dunia. Siapa saja yang tidak ikut dengan kepentingan mereka akan dimusnahkan," ujarnya.

Amerika Serikat (AS), sambungnya, juga menjatuhkan sanksi ekonomi kepada negara-negara yang dianggap musuh. Dicontohkannya dengan embargo terhadap Iran, Venezuela, dan Kuba.

Zulfan berpendapat, dunia saat ini bergerak menolak hegemoni. Ditandai dengan langkah Rusia bersama Iran di Suriah.

Sponsored

Sementara itu, Duta Besar Federasi Rusia untuk RI, Lyudmila Vorobieva, mengatakan, Indonesia tidak perlu ragu untuk mengambil langkah-langkah independen demi menegakkan kedaulatan bangsa dan negara.

"Justru krisis dunia saat ini memberikan kesempatan untuk Indonesia dan Rusia untuk membangun sistem bisnis, industri, tehnologi, dan energi baru yang dapat meningkatkan keuntungan bersama kedua negara," tuturnya.

"Banyak pebisnis Rusia ingin bisa bekerja sama masuk ke Indonesia. Bagi kami, Indonesia ada kunci kerja sama di Asia Tenggara sejak masa presiden Soekarno," imbuhnya.

Vorobieva mengungkapkan, Rusia kini disanksi Barat menyusul langkahnya menginvasi Ukraina. Namun, kebijakan tersebut diklaim tidak efektif.

"Kami bisa membuktikan justru berbagai sanksi ekonomi menjadikan negara kami kuat. Kami ingin berbagi pengalaman untuk membangun sebuah sistem baru yang lebih adil," tegasnya.

Dirinya sesumbar, perang di Ukraina adalah langkah Barat untuk menghancurkan Rusia. Kilahnya, "Kami semua bersaudara antara Rusia dan Ukraina."

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar, menilai, perlu langkah-langkah radikal dalam merespons dinamika global. Cak Imin, sapaannya, pun mendukung langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melawan Organisasi Dagang Dunia (WTO) terkait hilirisasi sumber daya alam (SDA). 

"Kalau perlu kita Indonesia keluar dari WTO," sarannya. "Pak Jokowi sudah melawan. Indonesia harus bersiap, terutama dalam hal kebijakan energi, harus diletakkan dengan menghitung secara cermat."

Berita Lainnya
×
tekid