sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

The Big Quit: Saat satu di antara empat pekerja AS memutuskan resign

Fenomena ini dianggap normal apabila ada 11 persen karyawan dalam perusahaan mencari pekerjaan baru tiap tahun.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 04 Nov 2021 06:53 WIB
 The Big Quit: Saat satu di antara empat pekerja AS memutuskan resign

Pekerja-pekerja di sektor manufaktur, konstruksi, dan logistik di Amerika Serikat memilih untuk resign dan mencari pekerjaan baru setelah vaksinasi nasional. Fenomena ini disebut The Big Quit atau Great Resignation, saat satu dari empat pekerja di Amerika Serikat memilih untuk resign dan mencari pekerjaan baru.

The Guardian menuliskan The Big Quit merupakan dampak kelelahan pekerja akibat pandemi Covid-19. Lembaga Kajian Rekrutmen Pekerja, Randstad UK, dalam surveinya menemukan bahwa dari 6.000 pekerja, ada 69 persen di antaranya berminat berganti pekerjaan dalam beberapa bulan ke depan. Sebanyak 24 persen di antaranya sudah menginginkan perubahan dalam 3-6 bulan.

Namun lembaga itu menyebutkan fenomena ini dianggap normal apabila ada 11 persen karyawan dalam perusahaan mencari pekerjaan baru tiap tahunnya. Di sisi lain, keadaan ini justru menjadi sinyal buruk bagi kelas pekerja karena berimplikasi pada penyesuaian keuangan mereka.  

CEO Randstad UK, Victoria Short, mengatakan beberapa pekerja yang terlibat dalam The Big Quit adalah mereka yang memiliki pekerjaan namun tidak membuat bahagia. “Faktor lainnya adalah burnout. Lagipula pandemi mengubah bagaimana orang-orang berpikir tentang kehidupan, pekerjaan, dan menyeimbangkan keduanya. Itu semua membuat orang-orang berpikir ulang soal kehidupan. Covid-19 menyadarkan mereka bahwa hidup terlalu pendek,” ungkap Short.

Sponsored

Pekerja di bidang konstruksi, teknologi, dan logistik sejauh ini menjadi kelompok yang berkeinginan mendapatkan kesempatan baru dalam mencari pekerjaan. Hal serupa juga dialami pekerja di sektor manufaktur. Faktor yang paling menentukan untuk berpindah pekerjaan adalah adanya fleksibilitas waktu dalam bekerja.

Randstad mewanti-wanti pengunduran diri pekerja secara massal akan berdampak pada penyesuaian keuangan di sektor privat. Pasalnya Oxford Economics menemukan fakta bahwa butuh sekitar 28 minggu agar bisa kembali produktif setelah keluar dari pekerjaan sebelumnya.

Lloyds Bank Business Barometer menemukan fakta bahwa 48 persen pelaku bisnis bisa lebih mudah untuk menemukan karyawan baru asalkan memiliki kemampuan dan pengalaman mumpuni. Ketika ditanya tentang kenaikan upah, 43 persen perusahaan meramalkan akan ada dua persen kenaikan dari rata-rata gaji selama 12 bulan. Sebanyak 25 persen bahkan mengantisipasi kenaikan upah hingga tiga persen.(Guardian)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid