sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tokoh pro-China jadi lawan Tsai Ing-wen dalam Pilpres Taiwan 2020

Kemenangan Han Kuo-yu dalam nominasi Partai Kuomintang menjadikannya rival utama bagi Presiden Tsai Ing-wen.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 15 Jul 2019 18:55 WIB
Tokoh pro-China jadi lawan Tsai Ing-wen dalam Pilpres Taiwan 2020

Pada Senin (15/7), wali kota populis yang memiliki hubungan dekat dengan China terpilih sebagai kandidat presiden dari partai oposisi. Dia akan berhadapan dengan petahana, Presiden Tsai Ing-wen, dalam Pilpres Taiwan 2020.

Han Kuo-yu menjadi pemenang dalam nominasi partai oposisi Taiwan, Kuomintang (KMT), setelah menyingkirkan pesaingnya, miliarder pendiri Foxconn, Terry Gou. Dia meraih 45% suara dalam pemilihan KMT, sementara Gou hanya mendapat 28% suara. 

Pemungutan suara di Taiwan akan berlangsung di tengah eskalasi ketegangan dengan China. Beijing memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang membangkang.

China bahkan telah menegaskan tidak akan sungkan menggunakan kekuatan untuk mengendalikan Taiwan.

Pekan lalu, China dibuat geram oleh Amerika Serikat setelah Kementerian Luar Negeri AS menyetujui prospek penjualan senjata senilai US$2,2 miliar ke Taiwan.

Popularitas Han Kuo-yu meroket setelah dia memenangkan pemilihan Wali Kota Koahsiung pada November 2018. Kota pelabuhan itu sebelumnya dikenal sebagai basis bagi Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa.

"Tiga tahun terakhir di bawah pemerintahan Tsai Ing-wen terlalu mengecewakan," kata HanKuo-yu kepada wartawan di kantor pusat KMT. "Pendukung DPP harus membuka mata mereka dan memikirkannya kembali."

Awalnya, nama Han Kuo-yu kurang dikenal tetapi kini dapat menjadi salah satu tokoh terkemuka dari KMT lewat fenomena yang disebut sebagai "gelombang Han".

Sponsored

Beberapa warga Taiwan menilai gaya kepemimpinan Han Kuo-yu mirip dengan Donald Trump serta tokoh populis lainnya.

Pemerintahan Tsai Ing-wen mengalami kekalahan dalam pemilu lokal pada akhir 2018 di tengah meningkatnya kecaman atas agenda reformasi partainya dan menguatnya tekanan dari China. 

Isu China akan mendominasi

China diperkirakan akan menjadi topik hangat dalam kampanye pilpres Han Kuo-yu dan Tsai Ing-wen yang akan dimulai pada akhir tahun. Pasalnya, kedua pesaing memiliki cara pandang berbeda dalam menangani China. Ini dianggap sebagai cerminan perpecahan yang terjadi di Taiwan.

Hingga kini, Beijing masih mengklaim kedaulatan atas pulau itu. Survei terbaru menunjukkan bahwa pada Januari, sebagian besar warga Taiwan menentang pemerintahan China dan serangkaian protes di Hong Kong telah memperkuat sentimen itu.

"Insiden di Hong Kong berpengaruh kepada kaum muda," tutur Geogre Hou, dosen komunikasi massa di I-Shou University, Taiwan. "Kebijakan KMT terkait China membuat kaum muda merasa tidak puas."

Meski begitu, banyak warga Taiwan berharap pemerintah mereka dapat menjaga hubungan ekonomi yang damai dengan China.

Mereka mengeluhkan rendahnya gaji dan tingginya biaya perumahan di Taiwan. Beberapa akhirnya memandang China sebagai sumber investasi atau tempat untuk mencari pekerjaan.

Han Kuo-yu telah berjanji untuk berdamai dengan China. Pada Maret, dia menandatangani kesepakatan dengan empat kota di China untuk menjual produk pertanian Taiwan senilai US$167 juta.

Kemudian pada April, Han Kuo-yu mengunjungi AS untuk bertemu dengan anggota kongres dan mendorong investasi Negeri Paman Sam di Koahsiung.

"Han Kou-yu adalah satu-satunya kandidat yang memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi kelas menengah ke bawah," tutur kepala think tank Chunghua 21st Century, Joanna Lei.

Sementara itu, Tsai Ing-wen yang dipilih pada 2016 mendukung hubungan ekonomi dengan China tetapi menolak untuk berunding dengan negara itu.

Setelah Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa China memerintah Taiwan di bawah pengaturan "satu negara, dua sistem" yang juga dipakai untuk mengatur Hong Kong, Tsai Ing-wen menjadi lebih vokal melawan tekanan politik Beijing.

Han sendiri menentang "satu negara, dua sistem" tetapi mendukung agar Taiwan berdialog dengan China. (Al Jazeera dan Voice of America)

Berita Lainnya
×
tekid