sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tolak ditangkap, mantan Presiden Peru pilih menembak kepalanya

Garcia hendak ditangkap karena terlibat skandal korupsi Odebrecht yang sempat mengguncang Amerika Latin.

Valerie Dante
Valerie Dante Kamis, 18 Apr 2019 18:54 WIB
Tolak ditangkap, mantan Presiden Peru pilih menembak kepalanya

Mantan Presiden Peru, Alan Garcia Perez, memilih bunuh diri dengan cara menembakkan kepalanya ketika akan dijemput oleh kepolisian Peru di rumahnya. Garcia tak langsung tewas usai menembakkan diri. Ia tewas di rumah sakit beberapa jam setelah mendapatkan perawatan intensif.

Pihak kepolisian Peru merasa perlu menangkap Garcia karena terlibat skandal korupsi Odebrecht yang sempat mengguncang Amerika Latin. Dia merupakan satu dari sembilan orang yang oleh hakim diperintahkan pada Rabu (16/4) untuk ditangkap sehubungan dengan penyelidikan kasus penyuapan Odebrecht.

Dituduh terlibat dalam skandal suap, Garcia secara konsisten membantahnya. Dia kerap mengatakan jika dirinya adalah korban penganiayaan politik. “Yang lain mungkin terlibat, tapi bukan saya,” kata Garcia.

Sementara Presiden Peru, Martin Vizcarra, memerintahkan kepada rakyatnya agar mengibarkan bendera Peru setengah tiang sebagai bentuk duka dan penghormatan atas kematian Garcia.

Garcia merupakan salah satu orator hebat di Amerika Latin yang lahir dari pasangan orang tua yang berprofesi sebagai akuntan dan guru sekolah. Berkat koneksi keluarganya, Garcia berhubungan dekat dengan Victor Raul Haya de La Torre, pendiri Partai Apris Peru, salah satu partai terbesar dan tekuat di negeri itu.

Setelah meraih gelar sarjana hukum di Lima dan belajar ilmu politik di Madrid, Spanyol, karir politik Garcia diawali dengan memenangkan kursi di kongres pada 1985. Di usianya yang ke 36 tahun, Garcia menjabat sebagai Ketua Partai Apris.

Saat itulah, Garcia berjanji untuk memperluas kekayaan mineral negaranya demi menyejahterakan jutaan warga Peru yang hidup dalam kemiskinan. Garcia pernah menjadi kesayangan warganya dan bahkan disebut-sebut sebagai John F. Kennedy dari Peru.

Namun, popularitasnya mulai retak pada Juni 1986. Itu karena otoritas keamanan Peru membunuh ratusan napi pemberontak di penjara Lima. Hal itu membuat banyak pihak kemudian meragukan reputasi Garcia yang mengaku sebagai pembela HAM.

Sponsored

Reputasinya merosot lebih jauh lagi ketika dia mencoba menasionalisasi sejumlah bank pada 1987 dan menolak untuk membayar utang luar negeri yang mengakibatkan resesi di Peru. Akhir masa jabatan Garcia dirisak oleh perang yang semakin panas dengan gerilyawan dari Partai Komunis Shining Path, sehingga mengakibatkan terjadinya hiperinflasi melampaui 2.000.000%. 

Garcia sempat menetap di luar negeri untuk menghindari penyelidikan tuduhan korupsi. Setelah selama sembilan tahun di luar negeri,Garcia akhirnya kembali ke Peru dan kembali terjun ke dunia politik. Kepada warganya, Garcia mengaku dirinya sudah berubah dan lebih bijaksana. Meski kalah dalam Pilpres 2001, Garcia berhasil menciptakan kembali citra baiknya.

Dia pun berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama dan akan mengendalikan pengeluaran negara, memperkuat investasi, dan menindak tegas pemberontak. Upaya Garcia akhirnya membuahkan hasil. Ia terpilih sebagai presdien pada 2006 setelah mengalahkan lawannya, Ollanta Humala.
Dalam masa jabatannya yang kedua, Garcia menciptakan pertumbuhan ekonomi yang eksplosif. Dia membawa investasi miliaran dolar untuk sektor pertambangan dan energi sebagai upaya membuka ekonomi Peru kepada dunia.

Di satu sisi, Peru menjadi kesayangan para investor global di bawah kepemimpinan Garcia. Namun di sisi lain, popularitas Garcia terus merosot setelah melepas jabatan pada 2011. 

Kemudian lima tahun kemudian atau pada 2016, Garcia kembali mencalonkan diri sebagai capres namun gagal mendapat masa jabatan ketiganya. Setelahnya, dia mengundurkan diri sebagai Ketua Partai Apris dan berpesan agar para anggota memperbaiki partai itu tanpanya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid