sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Total korban tewas akibat coronavirus jadi 426 orang

Sementara itu, total kasus coronavirus yang diumumkan Komisi Kesehatan Nasional China per Senin (3/2) mencapai 20.438.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 04 Feb 2020 10:59 WIB
Total korban tewas akibat coronavirus jadi 426 orang

Komisi Kesehatan Nasional China pada Selasa (4/2) menyampaikan bahwa per Senin (3/2), korban tewas akibat wabah coronavirus jenis baru atau 2019-nCoV di negara itu menjadi 425. Filipina melaporkan kematian pertama di luar Tiongkok, membuat angka kematian global menyentuh 426.

Total kasus coronavirus yang diumumkan Komisi Kesehatan Nasional China per Senin mencapai 20.438.

Pada Senin, Gedung Putih menyatakan bahwa China telah menerima tawaran mereka untuk mengirim pakar kesehatan Amerika Serikat sebagai bagian dari misi WHO untuk mempelajari dan membantu memerangi penyebaran wabah coronavirus jenis baru.

China menuduh Negeri Paman Sam menyebarkan ketakutan dengan menjadi negara pertama yang menyerukan evakuasi warganya serta menerapkan pembatasan perjalanan yang ketat. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menuturkan bahwa Washington secara tidak henti menyebarkan kepanikan. Dia menegaskan bahwa WHO menyarankan agar tidak ada pembatasan perdagangan dan perjalanan.

"Justru negara-negara maju seperti AS dengan kapabilitas dan fasilitas pencegahan epidemi yang kuat yang telah menerapkan pembatasan berlebihan, bertentangan dengan rekomendasi WHO," ujar dia.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) membela langkah-langkah yang diambil Washington, termasuk melarang masuknya warga negara asing yang telah mengunjungi China dalam 14 hari terakhir.

"Kami membuat keputusan yang agresif karena ada ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya," jelas Direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernapasan CDC Nancy Messonnier.

Sponsored

Sebuah rumah sakit dengan kapasitas 1.000 pasien dibangun dalam delapan hari untuk menangani orang-orang yang terjangkit coronavirus di Wuhan, kota di mana virus itu pertama kali terdeteksi pada akhir 2019. Rumah sakit kedua yang dapat menampung 1.600 pasien akan mulai beroperasi akhir pekan ini.

WHO pekan lalu mengidentifikasi epidemi coronavirus jenis baru sebagai keadaan darurat global. Virus tersebut telah menyebar ke puluhan negara termasuk AS, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Nepal, hingga sejumlah negara Eropa. 

Sejumlah maskapai internasional telah menangguhkan penerbangan ke beberapa wilayah di China. Teranyar, penangguhan perjalanan yang dikeluarkan pemerintah Uni Emirat Arab pada Senin akan memengaruhi maskapai penerbangan Etihad Airways dan Emirates.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menekankan bahwa penerapan pembatasan perjalanan sebenarnya tidak diperlukan.

"Tidak ada alasan untuk mengambil tindakan yang akan mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional," ujar dia di hadapan Dewan Eksekutif WHO di Jenewa, Swiss.

Wabah coronavirus jenis baru mengingatkan dunia terhadap SARS yang muncul di China pada 2002 dan menewaskan hampir 800 orang secara global serta menginfeksi sekitar 8.000 lainnya. Data otoritas China menyatakan bahwa meskipun coronavirus jenis baru lebih mudah menular, tetapi virus ini tidak lebih mematikan dari SARS.

Brasil akan evakuasi warganya

Khawatir atas meningkatnya risiko penyebaran coronavirus jenis baru, Brasil memutuskan untuk mengevakuasi warganya yang berada di Kota Wuhan. Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta pada Senin menyatakan bahwa pemerintah akan mengumumkan darurat kesehatan nasional.

Mandetta menyebut bahwa sebuah pesawat sewaan akan menjemput 40 dari 55 warga Brasil di Wuhan yang telah meminta dievakuasi dari kota tersebut. Setelah tiba di Brasil, mereka akan dikarantina selama 18 hari di pangkalan militer.

Pekan lalu, Presiden Jair Bolsonaro mengatakan bahwa memulangkan warga Brasil dari Wuhan bukanlah tindakan yang tepat karena dapat meningkatkan risiko menyebarnya coronavirus di dalam negeri. Namun, dia dilaporkan berubah pikiran setelah sejumlah warga Brasil di Wuhan mengunggah video ke YouTube, mereka memohon agar dievakuasi.

Kemudian pada Minggu (2/2), Bolsonaro mengumumkan bahwa pemerintah Brasil akan mengevakuasi setiap warga yang bersedia dipulangkan.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan bahwa pihaknya sedang berunding dengan pemerintah China untuk mendapatkan izin agar pesawat sewaan mereka dapat mendarat di Wuhan, kota yang telah diisolasi sejak 23 Januari.

Sejauh ini, belum ada kasus coronavirus yang terkonfirmasi di Brasil. Otoritas kesehatan setempat sedang memeriksa 14 orang di Sao Paulo, Rio Grande do Sul, Santa Catarina, dan Rio de Janeiro yang dicurigai terjangkit virus tersebut.

Berbeda dengan Brasil, Taiwan sudah mengevakuasi warganya dari Kota Wuhan setelah sempat mengeluhkan China tidak menanggapi permintaan mereka untuk memulangkan warganya.

Dalam pernyataan pada Selasa, Dewan Urusan Daratan Taiwan menuturkan bahwa 247 orang telah tiba di Bandara Internasional Taiwan pada Senin malam waktu setempat. Para penumpang pesawat akan melewati masa karantina selama 14 hari. Siapa pun yang menunjukkan gejala coronavirus akan dikirim ke rumah sakit untuk menerima perawatan lebih lanjut.

Sejauh ini, pihak berwenang Taiwan telah mengonfirmasi 10 kasus coronavirus.

Taiwan akan mulai menjatah pemberian masker. Warga dapat memperoleh dua masker per minggu dengan menunjukkan kartu asuransi nasional. Menurut pemerintah, kebijakan ini akan mencegah terjadinya kekurangan stok masker.

Otoritas kesehatan Taiwan berulang kali mengatakan, sebagian besar orang tidak perlu memakai masker kecuali mereka sedang sakit atau mengunjungi daerah dengan risiko tinggi terpapar penyakit seperti rumah sakit. Taipei menegaskan bahwa mereka siap menghadapi wabah coronavirus dan meminta masyarakat untuk tidak panik.

Dalam upaya melindungi diri dari pandemik tersebut, Taiwan melarang wisatawan dari China masuk. Pada Minggu, pemerintah setempat mengumumkan bahwa sekolah-sekolah baru akan dibuka pada 25 Februari.

Sementara itu, pada Senin, Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyatakan akan mengarantina kapal pesiar tujuan Yokohama setelah salah satu penumpangnya, seorang pria asal Hong Kong, dinyatakan positif terjangkit coronavirus.

Pria berusia 80 tahun tersebut terbang ke Jepang dan naik kapal pesiar bernama "Diamond Princess" itu pada 20 Januari dan turun pada 25 Januari. Menurut NHK, dia menderita batuk sehari sebelum berangkat tetapi baru demam pada 30 Januari, sehari sebelum otoritas Hong Kong memastikan dia terinfeksi coronavirus jenis baru.

Kapal pesiar tersebut memiliki 2.666 penumpang dan 1.045 kru.

Jepang mencatat 20 kasus coronavirus, 17 di antaranya merupakan orang-orang yang sempat mengunjungi atau berasal dari Wuhan.

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid