sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Trump dituding sebagai presiden tanpa toleransi

Kebijakan memisahkan anak-anak migran dari orang tua mereka dinilai barbar. Sebagian besar anak-anak bahkan mengalami trauma.

Dika Hendra
Dika Hendra Senin, 25 Jun 2018 15:38 WIB
Trump dituding sebagai presiden tanpa toleransi

Para migran asal Amerika tengah yang dideportasi dari Amerika Serikat (AS), mengungkapkan kemarahannya setelah dipisahkan dari anak-anak mereka. Para migran itu menyebut Presiden AS Donald Trump tidak memiliki toleransi sama sekali.

Kebijakan Trump menyebabkan lebih dari 2.300 anak-anak migran dipisahkan dari orang tua mereka. Laporan terbaru dari petugas perbatasan, sekitar 500 anak-anak migran telah dipertemukan kembali dengan anggota keluarganya. Para pengacara kini berjuang keras untuk mempersatukan kembali anak dan orang tua migran yang mencoba masuk ke AS secara ilegal.

Ever Sierra, dideportasi setelah masuk ke AS, berhasil kembali mendapatkan kembali anaknya. Dia telah tiba di Honduras bersama bayi berusia delapan bulan. Sebelumnya, dia ditahan di pusat penahanan McAllen, Texas.

Benjamin Raymundo (33) dideportasi kembali ke Guatemala setelah meninggalkan negaranya pada April bersama putranya Roberto. Keduanya dipisahkan ketika ditangkap petugas imigrasi di California. Saudaranya yang tinggal di AS dan seorang pengacara berusaha mencari keberadaan Roberto.

“Sungguh menyedihkan, saya tidak bisa berjumpa dengan anak saya lagi,” kata Raymundo dilansir Channel News Asia, Minggu (24/6). Dia mengaku belum memiliki rencana untuk kembali ke AS. Dia berharap putranya bisa mendapatkan suaka di AS.

Anggota parlemen Demokrat terus menekan pemerintahan Trump dengan melakukan kunjungan ke fasilitas tahanan yang menampung anak-anak migran. Jackie Speier, anggota parlemen dari California, berkunjung ke fasilitas tahanan di McAllen, Texas. “Saya melihat anak-anak di bawah lima tahun dipisahkan dari orang tua mereka dan menangis. Mereka berada di sel dan kurungan,” kata Speier.

Anggota parlemen lainnya, Barbara Lee mengatakan, anak-anak migran itu mengalami trauma. “Kebijakan imigrasi Trump itu sungguh barbar,” kecamnya.

Protes dari rakyat AS digelar akhir pekan ini di beberapa kota. Aksi massal akan digelar pada 30 Juni mendatang dengan tema “Keluarga Sebaiknya Bersama”.

Sponsored

DI San Diego, sekitar 1.500 demonstran berkumpul. Mereka mengenakan jaket bertuliskan, “We really care, do you?” itu sebagai sindiran terhadapt jaket yang ditulis Ibu Negara Melania Trump bertuliskan, “I really don’t care. Do U?”

Kebijakan blunder ala Trump

Presiden Amerika Serikat (AS) kini menjadi sasaran empuk kecaman jutaan rakyatnya dan penduduk dari seluruh dunia. Strategi imigrasinya untuk memisahkan anak-anak migran dari ibunya, menjadikan dia dalam posisi yang sulit dan blunder.

Awalnya, dia memperkirakan kebijakan imigrasinya akan menjadikan rakyat AS bertambah gembira dan senang. “Kamu akan melihat banyak orang bergembira,” katanya optimistis, saat menunjukkan tanda tangan Undang-undang imigrasi beberapa hari lalu. Kini, Trump harus duduk termenung memikirkan dampak buruk kebijakan yang ditandatanganinya di Oval Office.

Para penasihat Trump kini sedang sibuk memikirkan solusi untuk mengatasi krisis kemanusiaan terhadap orang tua migran yang dipisahkan dari anak-anaknya. Lebih dari 2.300 anak-anak sudah dipisahkan dari orang tua migran. Ada sedikit indikasi kalau mereka akan dipersatukan kembali.

Isu imigrasi menjadi semakin sulit, karena AS akan menghadapi pemilu pertengahan untuk memiliki anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam sebuah pertemuan, Trump mengungkapkan isu imigrasi menjadi isu politik, seperti perang budaya ketika banyak pemain NFL enggan berdiri ketika mendengar lagu kebangsaan dan isu patung pahlawan konfederasi. “Kebijakan imigrasi saya tetap akan didukung pendukung saya dan mendapatkan penolakan dan tekanan dari lawan,” tuturnya.

Trump mempertaruhkan risiko pemerintahannya yang terlihat lemah. Itu ditunjukkan dengan banyak pejabat yang bertentangan dengan Trump dalam isu imigrasi tersebut. “Jika kamu kuat, kemudian kamu tidak memiliki hati. Itu menjadi dilema. Mungkin, saya kuat, tapi saya memiliki dilema yang kuat,” katanya dilansir CNN.

Berita Lainnya
×
tekid