sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Trump: Kim Jong-un berisiko kehilangan segalanya

Ancaman Trump ini disampaikan setelah Korea Utara mengklaim melakukan uji coba yang sangat penting.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 09 Des 2019 11:19 WIB
Trump: Kim Jong-un berisiko kehilangan segalanya

Pada Minggu (8/12), Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berisiko kehilangan segalanya jika dia melanjutkan tindakan bermusuhan. Pernyataan tersebut keluar setelah Pyongyang mengaku sukses melakukan uji coba yang sangat penting.

"Kim Jong-un ... Akan kehilangan segalanya jika dia bertindak dengan cara yang bermusuhan. Dia sudah menandatangani Perjanjian Denuklirisasi dengan saya di Singapura," twit Trump, merujuk pada KTT AS-Korea Utara di Singapura pada 2018.

Lebih lanjut, Trump memperingatkan bahwa Kim Jong-un sebaiknya jangan merusak hubungan istimewa dengannya atau mengganggu Pilpres AS 2020.

"Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, tetapi mereka tetap harus melakukan denuklirisasi seperti yang dijanjikan," lanjut Trump di twit yang berbeda.

Media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Minggu melaporkan bahwa negara itu melakukan uji coba penting di situs peluncuran satelit Sohae. Itu merupakan tempat tes roket yang menurut pejabat AS telah dijanjikan Pyongyang untuk ditutup.

KCNA menyatakan, uji coba tersebut mencatat kesuksesan yang sangat penting. Namun, tidak merinci apa yang diuji coba.

Sponsored

Para ahli rudal menilai bahwa Korea Utara telah melakukan uji statis terhadap mesin roket, bukan peluncuran rudal.

"Jika memang benar tes statis mesin terhadap bahan bakar padat atau cair baru rudal, itu adalah sinyal keras bahwa pintu diplomasi telah ditutup," ujar Vipin Narang, pakar urusan nuklir di Massachusetts Institute of Technology.

Narang menyebut, uji coba itu dapat menjadi sinyal yang sangat kredibel tentang apa yang dapat diharapkan dunia setelah Tahun Baru.

Uji coba itu dilakukan menjelang tenggat akhir tahun yang ditetapkan Korea Utara, yang mendesak AS untuk mengubah kebijakan bermusuhannya. Pyongyang telah memperingatkan akan mengambil jalan lain di tengah terhambatnya perundingan denuklirisasi dengan Washington.

Pada Sabtu (7/12), Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song menegaskan, pembahasan denuklirisasi sudah keluar dari meja perundingan dengan AS dan pembicaraan panjang dengan Washington tidak lagi diperlukan.

"Hasil uji coba baru-baru ini akan memiliki efek penting pada perubahan posisi strategis Korea Utara," sebut KCNA.

Dalam wawancara dengan CBS, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan bahwa merupakan sebuah kesalahan jika Korea Utara bersiap untuk melanjutkan uji coba nuklir.

"Tidak akan berakhir dengan baik ... Jika Korea Utara mengambil jalan yang berbeda dari yang dijanjikannya," kata O'Brien pada Minggu.

Uji coba nuklir terakhir Pyongyang berlangsung pada September 2017.

Kembali ke retorika yang bermusuhan

Dalam beberapa hari terakhir, isu denuklirisasi Kora Utara kembali ke retorika yang bermusuhan. Hal itu membangkitkan kekhawatiran akan ancaman potensi perang nuklir.

Pada 2017, Trump dan Kim Jong-un terlibat dalam perang kata-kata. Trump menyebut Kim Jong-un sebagai "Rocket Man" dan pemimpin Korea Utara membalas dengan mengolok-olok Presiden AS sebagai pria tua yang pikun.

Pada Selasa (3/12), Trump kembali menjuluki Kim Jong-un sebagai "Rocket Man" dan menegaskan bahwa AS memiliki hak untuk menggunakan kekuatan militer melawan Korea Utara. Meresponsnya, Pyongyang mengatakan setiap pengulangan dari bahasa ofensif tersebut akan mewakili kambuhnya kondisi pikun Trump.

Uji coba pada Minggu adalah yang terbaru dari serangkaian pernyataan dan tindakan Korea Utara yang dirancang untuk menggarisbawahi keseriusannya soal batas waktu bagi AS.

Korea Utara sebelumnya juga mengumumkan akan mengadakan pertemuan para pejabat tinggi partai pada akhir bulan ini, sesuatu yang langka terjadi. Dan pada Rabu (4/12), media pemerintah menunjukkan sejumlah foto Kim Jong-un yang tengah menunggang kuda di gunung keramat Paektu.

Pertemuan dan propaganda semacam ini kerap terjadi jelang pengumuman penting.

Para ahli memperkirakan apa yang dapat terjadi adalah peluncuran satelit ruang angkasa, langkah yang memungkinkan Pyongyang menunjukkan dan menguji kemampuan roketnya tanpa menggunakan provokasi militer terbuka seperti peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM).

Sementara itu, mantan perwira Angkatan Laut Korea Selatan Kim Dong-yub yang kini mengajar di Kyungnam University di Seoul, menyebut bahwa Korea Utara kemungkinan menguji coba mesin roket berbahan bakar padat.

Pembangunan kembali Sohae

Setelah pertemuan puncak pertamanya dengan Kim Jong-un pada Juni 2018, Trump mengatakan bahwa Korea Utara berjanji untuk membongkar salah satu instalasi misilnya. Para pejabat AS kemudian mengidentifikasi situs itu sebagai Sohae.

Tidak lama setelah KTT itu, para analis mengatakan, citra satelit menunjukkan sejumlah fasilitas utama di Sohae dibongkar.

Namun, setelah KTT kedua AS-Korea Utara pada awal 2019 berakhir tanpa kesepakatan, citra satelit baru menunjukkan Pyongyang tengah membangun kembali situs tersebut.

"Perlu diingat bahwa situs itu seharusnya dibongkar sebagai langkah awal denuklirisasi," kata Narang. "Jadi, ini adalah langkah pertama dalam 'renuklirisasi'."

Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid