sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tunisia jadi kuburan massal bagi imigran

“Mereka (imigran) tak bersalah karena dikuburkan disini. Kami yang salah, kamu salah, dunia ini salah,”

Syamsul Anwar Kh
Syamsul Anwar Kh Kamis, 02 Nov 2017 16:47 WIB
Tunisia jadi kuburan massal bagi imigran

“Yang meninggal adalah seorang suami, anak, istri, saudara perempuan atau saudara laki-laki (imigran). Maukah Anda mengubur orang yang Anda cintai dengan cara seperti ini?” ujar pria Tunisia berperawakan kecil sembari menunjuk ke makam darurat berisi puluhan jenazah imigran yang tewas tenggelam.

Gambaran itu menjadi pemandangan umum di perbatasan Libya dalam beberapa tahun terakhir. Seperti dilansir The Guardian, kini kondisi serupa mulai menular ke Tunisia.

“Mereka (imigran) tak bersalah karena dikuburkan disini. Kami yang salah, kamu salah, dunia ini salah,” sambung sosok bernama Chamseddin Marzoug itu, Kamis (2/11).

Bersama sekelompok kecil nelayan di kota Zarzis, selatan Tunisia, Marzoug menjemput imigran yang masih hidup dan membersihkan mereka yang telah meregang nyawa di lautan serta memakamkannya.

Marzoug lalu menunjukkan sebidang tanah seluas 600 meter persegi yang berada di antara tempat pembuangan sampah dan kebun zaitun. Lahan tersebut digunakan sebagai area pemakaman informal.

Sementara di antara gundukan tanah, masih ada area dengan lubang yang menganga dan siap untuk menerima jasad lainnya untuk dikebumikan.

“Tolong tunjukkan rasa hormat dengan tidak menginjak (makam),” tegas Marzoug mengingatkan.

Tak ada batu nisan, bendera atau penanda di makam-makam tersebut. Meski demikian, dari tempat itulah kini Marzouq hidup dan mengandalkan bantuan berupa susu, roti, sabun, air, nasi serta terkadang uang EUR4,5 per pekan dari organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah.

Sponsored

Pria yang pernah bekerja sebagai nelayan dan sopir taksi itu mengungkapkan, semakin banyak pengungsi yang masuk, baik yang hidup maupun yang telah meninggal. Terlebih Tunisia kini menjadi magnet bagi para pengungsi dan para pelaku kejahatan penyelundupan manusia sejak Uni Eropa dan Italia mendorong persoalan tersebut ke negara-negara di Afrika Utara.

“Persoalan ini jauh dari kata selesai. Libya masih dalam keadaan kacau. Saat kapal-kapal (imigran) itu dicegat dan kembali ke pantai, para imigran akan ke Libya atau ke sini (Tunisia),” papar Marzoug.

Tahun lalu misalnya, ia telah menguburkan 72 jasad imigran yang ditemukan telah membusuk. Total, ia sudah menggali sekitar 400 makam tanpa identitas di kawasan tersebut. Seperti yang terjadi sepekan lalu, ia menggali untuk memakamkan seorang perempuan.

“Aku punya foto-fotonya,” jelasnya sembari mengeluarkan USB drive berisi berbagai foto. Termasuk potret saat ia mengevakuasi jasad imigran yang berada di pesisir, sosok perempuan yang ia makamkan.

Dalam foto tersebut, seseosok jasad perempuan tampak mengambang dengan tubuh sudah mengembung dan setengah bugil serta beberapa bagian kulitnya terkelupas. Tak lama kemudian, para nelayan menemukan jasad seorang bocah. Diduga, kedua jasad tersebut memiliki hubungan keluarga.

“Kami tidak tahu pasti, tapi saya yakin mereka adalah ibu dan anak. Kami mengubur mereka bersamaan, sehingga mereka bisa bersama dalam kematian,” harapnya.

Meski demikian, Marzouq mengecam sikap politik Eropa.

“Para migran adalah orang Afrika dan tidak ada yang tertarik. Tapi jika mereka berambut pirang dan bermata hijau, maka semua akan tertarik,” keluhnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid