sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Turki bagikan rekaman audio pembunuhan Khashoggi ke AS

Presiden Turki mengonfirmasi bahwa pihaknya membagikan rekaman audio pembunuhan Khashoggi ke sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 12 Nov 2018 10:39 WIB
Turki bagikan rekaman audio pembunuhan Khashoggi ke AS

Pada Sabtu (10/11), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan telah membagikan rekaman suara terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi ke sejumlah negara seperti Arab Saudi, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Prancis.

Berbicara sebelum kepergiannya untuk menghadiri peringatan Perang Dunia I di Paris, Erdogan mengatakan, "Kami telah menyebarkan rekaman-rekaman ini. Telah kami berikan pada Arab Saudi, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Inggris."

Namun, dia tak menguraikan lebih lanjut mengenai isi dari rekaman tersebut.

Konfirmasi Erdogan atas penyerahan rekaman terkait pembunuhan Khashoggi kepada sejumlah kekuatan dunia ini merupakan detail penting teranyar yang dibagikan Turki.

Pemberitahuan dari Turki ini dinilai dapat berfungsi sebagai tekanan diplomatik bagi Arab Saudi untuk menyediakan penjelasan lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan Khashoggi.

Erdogan memaparkan, otoritas Turki telah mengidentifikasi sebanyak 18 tersangka pembunuh Khashoggi, termasuk di dalamnya 15 pria yang datang dari Arab Saudi sesaat sebelum kematiannya. Erdogan mendesak Arab Saudi untuk menyerahkan 18 tersangka tersebut untuk menghadapi hukuman di Turki. 

Namun, Kerajaan Arab Saudi bersikeras menyatakan negaranya sendiri yang akan mengadili pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kematian Khashoggi.

Kepala jaksa Turki menyatakan, Jamal Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober 2018. Para pembunuh mencekiknya dan memotong tubuhnya sesaat setelah dia menginjakkan kaki di Konsulat Arab Saudi.

Sponsored

Dalam kesempatan terpisah, penasihat Erdogan, Yasin Aktay, menyatakan bahwa jasad Khashoggi dilarutkan dengan zat asam usai dimutilasi.

Khashoggi sendiri merupakan jurnalis yang vokal mengkritik pemerintahan Arab Saudi, termasuk sang Putra Mahkota Mohammed bin Salman atau MBS.

Menurut keterangan juru bicara kepresidenan Prancis, setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Sabtu (10/11) di Paris, keduanya ingin mendapatkan detail lebih jelas mengenai peristiwa pembunuhan Khashoggi.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua kepala negara menyetujui kegentingan peristiwa ini serta mengecam tindakan pembunuhan Khashoggi.

Meski berpendapat demikian, baik AS maupun Prancis enggan melakukan tindakan yang dapat mengguncang kestabilan Arab Saudi. Bagi AS, Arab Saudi merupakan aktor utama Timur Tengah.

Masih menurut jubir kepresidenan Prancis, Trump dan Macron tidak mendiskusikan nasib dari para tersangka pembunuhan. Kedua pemimpin itu menyatakan hal tersebut merupakan urusan internal Arab Saudi.

Sejak awal, Riyadh memberikan keterangan yang berubah-ubah terkait dengan hilangnya Khashoggi. Mulanya mereka memungkiri keterlibatan atas peristiwa ini, tetapi akhirnya mengakui bahwa sebuah kelompok asal Arab Saudi yang bertanggungjawab atas kematian Khashoggi. 

Sementara itu, Turki konsisten menyebut tragedi ini adalah sebuah pembunuhan yang direncanakan.

Sejauh ini Arab Saudi kukuh menyatakan bahwa MBS dan Raja Salman tidak mengetahui ataupun terlibat dalam operasi pembunuhan yang menargetkan Khashoggi. Di lain sisi, banyak yang meyakini, operasi tersebut tidak mungkin berjalan tanpa sepengetahuan MBS yang merupakan pemimpin de facto Arab Saudi.

Setelah Arab Saudi mengonfirmasi pembunuhan Khashoggi di konsulat mereka, sebanyak lima pejabat tinggi telah dipecat, termasuk wakil kepala badan intelijen Arab Saudi. (CNN)

Berita Lainnya
×
tekid