sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Twitter hapus kebijakan misinformasi Covid-19

Keputusan Twitter untuk tidak lagi menghapus klaim palsu tentang keamanan vaksin Covid-19 membuat pejabat kesehatan masyarakat kecewa.

Hermansah
Hermansah Rabu, 30 Nov 2022 07:33 WIB
Twitter hapus kebijakan misinformasi Covid-19

Twitter tidak akan lagi menegakkan kebijakannya terhadap misinformasi Covid-19. Hal itu meningkatkan kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan masyarakat dan peneliti media sosial, bahwa perubahan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi serius jika menghambat vaksinasi dan upaya lain untuk memerangi virus yang masih menyebar.

Pengguna melihat perubahan itu pada Senin (28/11) malam dan mencatat bahwa pembaruan satu kalimat telah dilakukan pada aturan online Twitter: "Efektif 23 November 2022, Twitter tidak lagi menegakkan kebijakan informasi menyesatkan Covid-19."

Pada Selasa (29/11), beberapa akun Twitter menguji batasan baru dan pendekatan lepas tangan platform, setelah Twitter dibeli oleh Elon Musk.

“Kebijakan ini digunakan untuk membungkam orang-orang di seluruh dunia yang mempertanyakan narasi media seputar virus dan pilihan pengobatan,” cuit Simone Gold, seorang dokter dan penyebar salah informasi Covid-19 terkemuka. “Kemenangan untuk kebebasan berbicara dan kebebasan medis!” kata dia lagi.

Keputusan Twitter untuk tidak lagi menghapus klaim palsu tentang keamanan vaksin Covid-19 membuat pejabat kesehatan masyarakat kecewa, dan mengatakan hal itu dapat menyebabkan lebih banyak klaim palsu tentang virus, atau keamanan dan keefektifan vaksin.

"Berita buruk," cuit ahli epidemiologi Eric Feigl-Ding, yang mendesak orang-orang untuk tidak meninggalkan Twitter tetapi terus berjuang melawan informasi buruk tentang virus tersebut. "Tetaplah-Jangan serahkan alun-alun kota kepada mereka!" kata dia lagi.

Sementara peneliti media sosial dan dekan Sekolah Sains dan Kesehatan Katz di Yeshiva Universitas di New York,  Paul Russo, mengatakan, kebijakan ini adalah yang terbaru dari beberapa langkah terbaru oleh Twitter yang pada akhirnya dapat menakuti beberapa pengguna dan bahkan pengiklan. Beberapa nama besar dalam bisnis telah menghentikan iklan mereka di Twitter karena banyaknya pertanyaan tentang arah perusahaan di bawah Musk.

“Ini 100% tanggung jawab platform untuk melindungi penggunanya dari konten berbahaya,” kata Russo. "Ini benar-benar tidak dapat diterima," tutur dia.

Sponsored

Sementara itu, virus terus menyebar. Di AS, kasus Covid baru hampir 38.800 sehari pada Senin. Kendati begitu menurut data dari Universitas Johns Hopkins-angka itu jauh lebih rendah daripada musim dingin lalu tetapi jumlah yang sangat sedikit karena berkurangnya pengujian dan pelaporan. Sekitar 28.100 orang dengan Covid-19 dirawat di rumah sakit setiap hari dan sekitar 313 meninggal, demikian menurut data harian federal terbaru.

Kasus dan kematian meningkat dari dua minggu sebelumnya. Namun seperlima dari populasi AS belum divaksinasi, kebanyakan orang Amerika belum mendapatkan penguat terbaru, dan banyak yang berhenti memakai masker.

Musk telah mengisyaratkan minat untuk membatalkan banyak aturan platform sebelumnya yang dimaksudkan untuk memerangi misinformasi.

Pekan lalu, Musk mengatakan akan memberikan "amnesti" kepada pemegang akun yang telah dikeluarkan dari Twitter. Dia juga memulihkan akun beberapa orang yang menyebarkan misinformasi Covid-19, termasuk Rep. Marjorie Taylor Greene, yang akun pribadinya ditangguhkan tahun ini karena berulang kali melanggar aturan Covid-19 Twitter.

Tweet terbaru Greene termasuk yang mempertanyakan keefektifan masker dan membuat klaim tidak berdasar tentang keamanan vaksin Covid-19.

Sejak pandemi dimulai, platform seperti Twitter dan Facebook telah berjuang untuk menanggapi semburan informasi yang salah tentang virus, asal-usulnya, dan tanggapannya.

Di bawah kebijakan yang diberlakukan pada Januari 2020, Twitter melarang klaim palsu tentang Covid-19 yang menurut platform tersebut dapat menyebabkan kerugian di dunia nyata. Menurut Twitter, Lebih dari 11.000 akun ditangguhkan karena melanggar aturan, dan hampir 100.000 konten dihapus dari platform.

Sumber : Associated Press

Berita Lainnya
×
tekid