sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ukraina klaim perempuan dan anak-anak Mariupol dikirim paksa ke Rusia

pasukan Rusia disebut secara ilegal mengambil orang-orang dari distrik Livoberezhniy

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Minggu, 20 Mar 2022 16:01 WIB
Ukraina klaim perempuan dan anak-anak Mariupol dikirim paksa ke Rusia

Ribuan penduduk Ukraina diklaim secara ilegal dibawa melintasi perbatasan Rusia dari wilayah Mariupol yang menjadi terget invasi. Perempuan dan anak-anak disebut dikirim secara paksa ke Rusia. "Selama seminggu terakhir, beberapa ribu penduduk Mariupol dideportasi ke wilayah Rusia," kata Dewan Kota dalam sebuah pernyataan di saluran Telegram Sabtu (19/3) malam.

Seperti ditulis The Guardian, Minggu (20/3), pasukan Rusia secara ilegal mengambil orang-orang dari distrik Livoberezhniy dan dari tempat penampungan di gedung klub olahraga, di mana lebih dari seribu orang yang kebanyakan wanita dan anak-anak bersembunyi dari pemboman terus-menerus.

Pihak Rusia belum memberikan pernyataan terkait hal ini. Namun, pihak berwenang menyebutkan bahwa beberapa pengungsi kini memang berada di pelabuhan. Sementara itu Presiden, Volodymyr Zelenskiy mengatakan pertempuran yang intens di jalanan Mariupol itu telah menghambat upaya untuk membebaskan ratusan orang yang selamat. Mereka diketahui terperangkap selama berhari-hari di dalam gedung teater, sebuah tempat pengungsian yang justru dibom ketika pasukan Ukraina bertahan melawan pasukan Rusia.

Koordinator Program Pangan Darurat Jakob Kern menggambarkan taktik Rusia untuk mencegah pasokan makanan darurat ke Mariupol sebagai hal yang tidak dapat diterima di abad ke-21. Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan evakuasi terus dilakukan lewat koridor-koridor kemanusiaan yang tersebar di seluruh Ukraina. Evakuasi hingga Sabtu (19/3) dilakukan untuk 6.623 warga Ukraina, 4.128 di antaranya berasal dari Mariupol.

Sponsored

Di sisi lain, pemerintah China menanggapi dengan marah tekanan Barat yang bertubi-tubi untuk mengutuk invasi. "China tidak akan pernah menerima paksaan atau tekanan eksternal, dan menentang tuduhan tidak berdasar dan mencurigakan terhadap China yang menolak untuk mengutuk tindakan Rusia," kata Menteri Luar Negeri Wang Yi.

Berita Lainnya
×
tekid