sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Uni Eropa dan Vietnam teken perjanjian perdagangan bebas

Ini merupakan pertama kalinya Uni Eropa menjalin kesepakatan perdagangan bebas dengan negara berkembang di Asia.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 01 Jul 2019 07:10 WIB
Uni Eropa dan Vietnam teken perjanjian perdagangan bebas

Uni Eropa menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Vietnam (EU-Vietnam Trade Agreement/EVFTA) pada Minggu (30/6), membuka peluang untuk lebih meningkatkan perdagangan antara blok itu dengan salah satu negara manufaktur terbesar di Asia Tenggara.

Perjanjian tersebut diteken oleh Komisaris Eropa untuk Perdagangan Cecilia Malmstrom dan Menteri Perdagangan Vietnam Tran Tuan Anh di Hanoi.

Ini merupakan pertama kalinya Uni Eropa menjalin kesepakatan perdagangan bebas dengan negara berkembang di Asia, membuka jalan bagi pemangkasan tarif pada hampir seluruh barang.

Perjanjian tersebut digambarkan Uni Eropa sebagai kesepakatan perdagangan bebas paling ambisius yang pernah disimpulkan dengan negara berkembang.

"Ini adalah hari yang spesial bagi dalam hubungan antara Uni Eropa dan Vietnam. Perjanjian tersebut telah membuka cakrawala baru untuk perkembangan kedua belah pihak," ungkap PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc setelah penandatanganan tersebut.

Kesepakatan perdagangan bebas akan menghilangkan 99% bea masuk, dengan beberapa barang dipangkas selama periode 10 tahun dan barang-barang lainnya, terutama produk pertanian, dibatasi oleh kuota. Perjanjian tersebut diharapkan juga akan membuka pasar pengadaan dan layanan publik, seperti sektor pos, perbankan dan maritim.

Di lain sisi, pakta ini mengikat komitmen Vietnam atas standar pembangunan berkelanjutan, meningkatkan catatan HAM, melindungi hak-hak buruh dan menjunjung tinggi janjinya untuk menangani isu perubahan iklim di bawah Kesepakatan Paris.

"Pakta ini sangat penting bagi Vietnam," ungkap ekonom Pham Chi Lan, mantan penasihat sejumlah PM Vietnam. "Di satu sisi, itu akan mendesak negara untuk mempercepat reformasi konstitusionalnya agar sesuai dengan klausul dalam perjanjian. Di lain sisi, itu akan meningkatkan ekonomi, terutama di sektor swasta."

Sponsored

Perjanjian perdagangan bebas ini masih membutuhkan persetujuan Majelis Nasional Vietnam dan Parlemen Eropa. Ketidakpastian muncul mengingat keprihatinan sejumlah anggota parlemen Eropa atas catatan hak asasi manusia Vietnam.

Selain pakta perdagangan bebas, Uni Eropa dan Vietnam juga menandatangani perjanjian yang menyerukan perlindungan investor dengan aturan yang diberlakukan oleh sistem peradilan investasi.

"Dalam konteks perang dagang dan proteksionisme yang tengah terjadi, perjanjian ini merupakan sinyal positif bahwa kerja sama perdagangan global masih menjadi tren dan berada di jalur yang bener," tutur Lan.

Uni Eropa merupakan pasar ekspor terbesar kedua Vietnam setelah Amerika Serikat, dengan ekspor utama termasuk produk garmen, pertanian dan alas kaki. Vietnam sendiri mengimpor mesin dan peralatan berteknologi tinggi, pesawat terbang, kendaraan dan produk farmasi dari Uni Eropa.

Vietnam adalah mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa di Asia Tenggara. Menurut Kantor Statistik Umum Vietnam (GSO), omzet perdagangan tahun lalu mencapai US$56 miliar.

Dengan populasi 95 juta jiwa, Vietnam merupakan salah satu kekuatan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, didukung oleh ekspor yang kuat dan investasi asing. Negara itu telah meneken sejumlah pakta perdagangan bebas, termasuk kesepakatan 11 negara untuk memangkas tarif atau yang dikenal pula dengan sebutan The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).

Perjanjian perdagangan bebas dengan Vietnam merupakan yang kedua bagi Uni Eropa di kawasan Asia Tenggara setelah sebelumnya dengan Singapura dan disebut pula sebagai batu loncatan untuk mengejar kesepakatan komprehensif dengan ASEAN, blok yang terdiri dari 10 negara dengan populasi gabungan 650 juta jiwa. (The Guardian, Associated Press dan Euronews)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid