sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Upaya hilangkan polusi di Ibu Kota Thailand belum berhasil

Ibu Kota Thailand telah diselimuti kabut asap beracun selama berminggu-minggu, sementara pihak berwenang berjuang untuk menemukan solusi.

Valerie Dante
Valerie Dante Jumat, 01 Feb 2019 18:20 WIB
Upaya hilangkan polusi di Ibu Kota Thailand belum berhasil

Biasanya taman kecil di distrik Rama III, Bangkok, Thailand, dipenuhi dengan pelari yang mengelilingi jalur taman diiringi dengan kicauan burung.

Tetapi pada Kamis (31/1), taman kecil itu justru dipadati dengan konvoi truk pemadam kebakaran dan sejumlah drone militer. Pemandangan mencolok itu menarik perhatian masyarakat yang berlalu-lalang.

Setelah persiapan selama satu jam, drone dan meriam air menyemburkan air ke langit. Pengeras suara menggaungkan peringatan tentang operasi itu dan menginstruksikan agar para pelari menjaga jarak.

Percobaan itu adalah upaya terbaru pemerintah Thailand untuk menurunkan tingkat polusi yang mengkhawatirkan, yang telah menjangkit ibu kota selama berminggu-minggu.

Drone, yang dilengkapi dengan tangki air dan alat penyiram api, digunakan untuk memecah kabut asap yang telah membekap kota dengan 10 juta penduduk selama setidaknya satu bulan belakangan.

Awalnya, pihak berwenang Thailand mengatakan polusi itu merupakan kiriman dari China, memperkirakan bahwa asap akan hilang dalam waktu seminggu atau lebih.

Ketika kabut asap berlanjut, pemerintah mencoba menyemai awan untuk memprovokasi hujan. Sekarang, mereka bergantung pada drone dan meriam air untuk menyelamatkan udara mereka.

"Apakah mereka benar-benar berpikir ini akan membantu?," tanya Gong, warga berusia 50 tahun yang rutin mengunjungi taman itu untuk berolahraga.

Sponsored

"Satu-satunya hal yang terjadi hari ini adalah para pelari menjadi basah dan mereka harus berhati-hati dengan drone-drone itu," guraunya, mengundang tawa dari orang sekitar.

Udara beracun

Meskipun warga Bangkok mungkin menganggap lucu upaya pemerintah itu, mereka menyambut setiap usaha untuk memerangi kabut asap beracun yang telah memaksa pihak berwenang untuk menutup lebih dari 400 sekolah.

Pemerintah menyarankan orang-orang untuk memakai masker asap ketika tidak berada dalam ruangan dan membatasi waktu di luar.

Penelitian baru dari Lembaga Administrasi Pembangunan Nasional (NIDA) Thailand menunjukkan bahwa udara Bangkok telah mencapai tingkat toksisitas yang mengkhawatirkan, dengan kabut asap yang penuh dengan unsur logam berat dan berbagai senyawa karsinogenik.

Direktur NIDA dan pakar polusi perkotaan, Siwatt Pongpiachan, menyatakan keprihatinannya atas udara Bangkok yang mengandung kadar kadmium, tungsten, arsenik, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) di dalam udara debu halus atau disebut sebagai PM2.5.

Siwatt menjelaskan bahwa level mereka sangat berbahaya berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengukur udara aman. Dia menambahkan, polusi Bangkok sebagian besar berasal dari dalam kota itu sendiri.

PAH sendiri merupakan senyawa karsinogenik beracun yang dapat bersumber dari kebakaran hutan, asap mobil, asap rokok, dan insektisida. Sedangkan Bangkok memiliki sekitar 10 juta kendaraan yang terdaftar, sejumlah pabrik penghasil polusi, dan beberapa kremasi per harinya.

Menurut Siwatt, pembakaran ladang tebu di provinsi utara juga berkontribusi terhadap krisis udara bersih tersebut dan mempersulit upaya penangan masalah.

WHO telah berkampanye untuk mengurangi polusi beracun di seluruh dunia selama bertahun-tahun, mengedukasi masyarakat tentang bahaya kesehatan, dan mendesak pemerintah untuk memprioritaskan udara bersih. Beberapa kota besar seperti New Delhi dan Beijing sedang berjuang untuk mengurangi kadar polusi mereka.

Menurut pedoman WHO, rata-rata tahunan PM2.5 seharusnya tidak lebih dari 10 mikrogram per meter kubik.

Keadaan yang mendesak

Bangkok belum pernah melihat polusi separah ini, dan banyak warga terkejut melihat kabut asap yang mengintai di atas. Di media sosial, meme yang membandingkan Bangkok dengan latar belakang pascakiamat dalam film-film seperti Bladerunner 2049 dan Mad Max telah beredar luas.

Banyak warga Thailand yang khawatir pemerintah hanya fokus pada gejala ketimbang menemukan solusi bagi penyebab masalah.

"Saya pikir kita perlu mendesak pemerintah jika kita ingin melihat hasil positif," tutur Sirima Panyametheekul, akademisi di Departemen Teknik Lingkungan Chulalongkorn University. "Kita perlu langkah mendesak untuk diimplementasikan seperti mengurangi kepadatan lalu lintas."

Selain itu, menurut Sirima, Thailand juga perlu langkah-langkah yang lebih ketat untuk mengatasi polutan udara.

Kepadatan partikel-partikel mikroskopis dapat mencapai 50 mikrogram untuk setiap volume meter kubik, Sirima merekomendasikan tingkat itu dikurangi setengahnya.

Saat ini, kualitas udara berada sekitar 61 hingga 93 mikrogram per meter kubik, tergantung pada lokasi.

"Saya sadar ini sulit, tapi ini penting. Jika tidak mampu menyentuh 25 mikrogram, setidaknya kita bisa mulai pada 35 mikrogram atau 30 mikrogram."

Perlunya legislasi

Pemerintah membatalkan rencana untuk menggunakan air gula yang seharusnya "menangkap" racun di udara. Mereka setia dengan pendekatan terbaru itu untuk menghadapi krisis udara bersih.

"Ini akan berhasil," tegas Somjiak Nonthagaew, direktur Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan di Bangkok. Dia merujuk pada pengerahan drone dan peralatan pemadam kebakaran untuk memerangi kabut asap.

"Usaha ini pasti akan membantu, tetapi tentu saja tidak 100%. Kami ingin melakukan lebih banyak, tetapi kami memiliki keterbatasan pilihan dan sumber daya. Kami sudah menyemprotkan air di enam lokasi hari ini, kami pikir itu berhasil," imbuhnya.

Meski begitu, Siwatt tetap tidak yakin.

Dia mengatakan, Thailand perlu mengembangkan kebijakan yang akan mengurangi senyawa beracun di udara, merujuk pada negara-negara tetangga seperti Singapura dan Filipina.

Siwatt mendesak pihak berwenang untuk memperkenalkan Clean Air Act, seperti yang diluncurkan pemerintah Inggris setelah London Smog 1952. Kejadian yang terjadi pada awal Desember 1952 di London itu merupakan peristiwa pencemaran udara parah yang menyelimuti London selama beberapa hari.

Pihak berwenang Thailand mengatakan bahwa kabut asap saat ini akan meningkat dalam beberapa hari sebagai akibat dari operasi penanggulangannya. Menurut Somjiak, mereka berencana untuk menyebar meriam air dan drone sampai kualitas udara meningkat.

Namun, tanpa perubahan besar, kabut asap itu pasti akan kembali.

"Butuh beberapa tahun sebelum kita melihat adanya UU Clean Air Act," ujar Siwatt. "Dan sebelum memikirkan jangka waktunya, kita perlu meyakinkan pemerintah dan semua partai politik untuk menyetujui bahwa Thailand benar-benar membutuhkan udara bersih."

Sumber : Al Jazeera

Berita Lainnya
×
tekid