sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Walau tensi tinggi, AS dan Iran sama-sama tidak ingin perang

Menlu AS Mike Pompeo dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan mereka tidak menginginkan terjadinya perang.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 15 Mei 2019 11:33 WIB
Walau tensi tinggi, AS dan Iran sama-sama tidak ingin perang

Di tengah memanasnya hubungan Washington dan Teheran, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menegaskan pihaknya tidak menginginkan perang dengan Iran. Berbicara di Rusia, Pompeo mengatakan AS hanya ingin Iran agar menjaga sikap mereka layaknya negara lain.

Pompeo bertatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Sochi, Rusia, pada Selasa (14/5). Dalam pertemuan tersebut dia mengatakan pada dasarnya AS tidak mencari konflik dengan Iran.

"Kami juga telah menjelaskan kepada Iran bahwa jika kepentingan AS diserang, kami pasti akan merespons dengan cara yang tepat," tutur Pompeo.

Kedua menlu bertemu untuk meningkatkan hubungan antara Rusia dan AS. Namun, tatap muka tersebut justru memperkuat sejumlah perbedaan sikap kedua negara.

Pompeo mengatakan dia mendesak Rusia untuk menghentikan dukungan bagi Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Lavrov menolak permintaan itu. Menlu Rusia menyebut kecaman AS terhadap Maduro tidak memiliki dasar demokratis.

Pompeo juga memperingatkan Rusia untuk tidak campur tangan dalam Pilpres 2020. Menanggapi itu, Lavrov berharap keributan atas tudingan campur tangan Rusia dalam Pemilu AS dapat mereda.

Dalam kesempatan yang sama, Pompeo menegaskan Washington masih tidak mengakui aneksasi Krimea yang berlangsung pada 2014.

Respons Iran

Sponsored

Dalam pernyataannya di media pemerintah dan Twitter, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan posisi negaranya. Dia mengatakan Teheran tidak akan menegosiasikan ulang kesepakatan nuklir dengan AS setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian yang dibuat pada 2015.

Meski hubungan kedua negara masih panas, senada dengan Pompeo, Khamenei juga mengatakan tidak menginginkan perang dengan AS. "Kami tidak mencari perang, mereka pun tidak," kata Khamenei.

Pada Senin (13/5), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa Iran tidak dapat diintimidasi oleh pihak mana pun.

"Insyaallah kita akan melewati masa yang sulit ini dengan kemuliaan, kepala yang terangkat tinggi, dan kita akan mengalahkan musuh," tuturnya.

Trump bantah opsi serangan

Pada Selasa, Trump membantah laporan The New York Times yang menyatakan militer memiliki rencana untuk mengirim 120.000 personel ke Timur Tengah seandainya Iran menyerang pasukan di AS di sana atau melanjutkan aktivitas nuklir mereka.

"Kami tidak memiliki rencana seperti itu. Mudah-mudahan kami tidak harus merencanakan hal itu," kata Trump.

Sehari sebelumnya, Trump memperingatkan Iran akan sangat menderita jika mereka mengambil tindakan yang memprovokasi ketegangan.

Pekan lalu, AS mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan gugus tugas pengebom ke Teluk. Menurut pemerintahan Trump, langkah tersebut diambil karena ada indikasi ancaman nyata dari Iran.

Iran membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai omong kosong. 

Spanyol tidak ingin ikut campur

Dalam perkembangan lain, Spanyol menarik kapal fregat Mandez Nunez dari kelompok Angkatan Laut pimpinan AS di Teluk di kala ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat. Selama ini, Mandez Nunez ditugaskan untuk membantu latihan militer pasukan AS di Teluk.

Pada Selasa (14/5), Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles mengatakan kapal tersebut akan ditarik kembali karena misi awalnya telah berubah. Surat kabar Spanyol El Pais mengatakan hal itu dilakukan Madrid untuk menghindari terseret ke dalam pusaran konflik AS-Iran.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Spanyol menyampaikan bahwa penarikan itu hanya berlaku selama kapal induk AS masih berada di wilayah tersebut. "Spanyol sama sekali tidak mempertimbangkan potensi konfrontasi, untuk itu, misi kapal tersebut ditangguhkan sementara," tambah juru bicara itu.

Ketegangan AS-Iran semakin meningkat setelah insiden sabotase empat tanker minyak di perairan Uni Emirat Arab pada Minggu (12/5). Meski belum ada bukti yang membenarkannya, para penyelidik AS menduga bahwa Iran atau kelompok-kelompok yang didukungnya berperan dalam insiden terseabut.

Teheran sendiri telah menyangkal keterlibatan apa pun dan menyerukan adanya investigasi. Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab menyebut, kapal-kapal itu menjadi sasaran serangan sabotase di dekat pelabuhan Fujairah.

Tidak ada korban dari insiden tersebut. Tetapi Arab Saudi mengatakan dua kapalnya, yang termasuk dalam empat kapal yang disabotase, menderita kerusakan cukup parah. Selain dua kapal Arab Saudi, satu tanker dikabarkan milik Norwegia dan satu lagi berbendera Uni Emirat Arab.

Berita Lainnya
×
tekid