sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

WHO tak yakin antibodi tanda kekebalan atas Covid-19

WHO meminta negara yang menyarankan tes antibodi hati-hati dalam mengandalkan hasil tes tersebut sebagai rujukan terhadap tingkat kekebalan.

Valerie Dante
Valerie Dante Sabtu, 18 Apr 2020 15:57 WIB
WHO tak yakin antibodi tanda kekebalan atas Covid-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak meyakini kehadiran antibodi, zat yang terbentuk dalam darah untuk menghancurkan bakteri atau virus, bisa memberikan kekebalan atau perlindungan dari infeksi ulang Covid-19.

Para pakar dari WHO pada Jumat (17/4) menyebutkan, belum ada bukti yang menyatakan tes antibodi dapat menunjukkan bahwa seseorang terlindungi dari infeksi ulang Covid-19, walaupun sejumlah negara mengusulkan tes tersebut untuk mengukur kekebalan.

Tes dengan cara tusuk jari tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai tes serologi, menganalisis serum atau plasma yang dihasilkan untuk melawan bakteri atau virus.

"Jadi, tes serologi dapat mengukur tingkat antibodi, tetapi itu tidak berarti bahwa seseorang kebal terhadap coronavirus jenis baru," jelas Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Maria Van Kerkhove dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.

Di Amerika Serikat, tes antibodi baru saja mulai diluncurkan. Presiden Donald Trump merekomendasikan otoritas negara bagian untuk menjalani tes tersebut saat pemerintah mulai melonggarkan sejumlah pembatasan sosial.

Kerkhove mengatakan, para pejabat WHO menemukan banyak negara lainnya juga menyarankan tes antibodi untuk mengukur tingkat kekebalan masyarakat terhadap Covid-19.

"Tes tersebut berguna untuk mengukur tingkat antibodi atau tanggapan tubuh manusia setelah satu atau dua minggu terinfeksi coronavirus jenis baru," kata dia. "Saat ini, kami tidak memiliki bukti tes antibodi dapat menunjukkan seseorang kebal atau terlindungi dari infeksi ulang."

Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, menyatakan para ilmuwan juga masih menentukan berapa lama antibodi dapat memberikan perlindungan terhadap seseorang yang terjangkit coronavirus jenis baru.

Sponsored

"Kami perlu melihat seberapa lama perlindungan yang dapat diberikan antibodi ... Tidak ada yang yakin bahwa seseorang dengan antibodi sepenuhnya terlindungi dari tertular atau terpapar lagi," kata dia.

Dia meminta negara-negara yang menyarankan tes antibodi berhati-hati dalam mengandalkan hasil tes tersebut sebagai rujukan terhadap tingkat kekebalan.

Ryan menambahkan, sekalipun antibodi efektif melawan Covid-19, masih belum ada bukti bahwa sejumlah besar orang dapat mengembangkan antibodi setelah tertular Covid-19 dan menawarkan herd immunity atau imunitas kelompok.

Herd immunity menggambarkan sebuah skenario di mana begitu banyak orang menjadi kebal terhadap suatu penyakit, baik melalui vaksinasi atau paparan, sehingga menjadi sulit bagi virus untuk menyebar ke seluruh populasi.

"Banyak pihak yang berharap herd immunity telah tercapai dan bahwa mayoritas masyarakat telah mengembangkan antibodi. Namun, bukti sejauh ini tidak mendukung harapan tersebut," jelas Ryan.

Awal pekan ini, para pejabat WHO menyatakan, tidak semua orang yang pulih dari Covid-19 memiliki antibodi untuk melawan kemungkinan terinfeksi ulang. Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa pasien mungkin tidak mengembangkan kekebalan tubuh setelah sembuh dari penyakit tersebut.

"Sehubungan dengan pemulihan dan kemungkinan terinfeksi ulang, hingga kini kami belum memiliki jawabannya," jelas Ryan pada Senin (13/4). (Reuters, CNBC, dan ABC)

Berita Lainnya
×
tekid