sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sektor terbarukan baru memenuhi 11% dari total konsumsi energi nasional

Keadaan ini masih jauh dari target di mana Indonesia harus menjadi negara dengan nol emisi pada 2060.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 25 Nov 2021 07:19 WIB
Sektor terbarukan baru memenuhi 11% dari total konsumsi energi nasional

Pemerintah Indonesia mencatat baru 11% dari total konsumsi energi nasional dipenuhi dari sektor energi terbarukan. Sisa, 90% lainnya, masih bergantung pada fosil. Sebanyak 31% energi di dalamnya berasal dari minyak bumi, sementara 38% lainnya mengandalkan batu bara. Sayangnya, energi yang ditopang dari fosil hanya cukup untuk 20-23 hari konsumsi tanpa menyisakan cadangan yang berkelanjutan. Keadaan ini masih jauh dari target di mana Indonesia harus menjadi negara dengan nol emisi pada 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana memaparkan, kondisi pemakaian energi setahun belakangan menurun sebesar 10% akibat pandemi Covid-19. Namun, diprediksi bakal mengalami kenaikan kembali sejalan dengan pemulihan ekonomi. Sayangnya, Indonesia menjadi negara yang secara tetap bergantung pada 1,5 juta barel minyak mentah kemudian ditambah 700.000 minyak mentah pada 2020. Kondisi ini membuat subsidi energi di Indonesia tetap tinggi dengan menghabiskan Rp88,2 triliun hingga September 2021. Diskusi mengenai kondisi energi di Indonesia ini dipaparkan dalam Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Week bertajuk Renewabel Energy, Kamis (25/11).

Di sisi lain, ada arahan dunia internasional yang harus diintegrasikan ke dalam kebijakan nasional untuk menurunkan emisi karbon, beralih menuju energi hijau, dan merevolusi industri menjadi lebih ramah lingkungan. Indonesia juga harus meningkatkan investasi untuk transisi energi menuju pembangunan ekonomi biru termasuk transportasi yang berkelanjutan dan industri baterai yang ramah lingkungan. Terakhir, secara nasional Indonesia telah memberlakukan pajak karbon sebagai usaha mendekatkan isu perubahan iklim di dunia industri.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan potensi energi alam yang ada di Indonesia.

“Hampir semua daerah memiliki potensi energi terbarukan. Air banyak ditemukan di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Sementara potensi angin ada di NTT, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan,” imbuh Dadan.

Dari potensi-potensi ini Dadan memaparkan, rencana jangka panjang peralihan energi di Indonesia bahwa pada 2025 penggunaan energi terbarukan harus menyentuh angka 23% dari total energi nasional. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2035 energi terbarukan harus memenuhi 57% konsumsi energi nasional dan berujung pada 2060 di mana konsumsi energi hijau menyentuh angka 100%.

Problem energi fosil ini tak hanya terakumulasi di tingkat nasional. Di tingkat daerah pun, energi hijau masih jauh dari target penggunaan. Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, yang juga hadir dalam pertemuan itu mengonfirmasikan hanya 11% listrik di Lombok dan Sumbawa yang memakai energi terbarukan.

Menanggapi permasalahan ini, Manager General Swedish Energy Agency Robert Andren menyatakan, bakal membawa isu energi di Indonesia menjadi isu internasional. Pemerintah Swedia akan membawa Indonesia melakukan kunjungan virtual dan upaya-upaya lain untuk mempelajari rantai produksi energi terbarukan yang menjadi agenda kerja sama Indonesia-Swedia pada 2030 dengan melibatkan pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha.

Sponsored

Kerja sama energi Swedia-Indonesia semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada 2017. Kerja sama yang diprioritaskan antara lain penelitian, pengembangan energi terbarukan, efisiensi dan konservasi energi. Kolaborasi ini akan mendukung tujuan Indonesia untuk mencapai 23 persen penggunaan energi terbarukan pada 2025 dan menjadi negara tanpa emisi pada 2060. Melalui SISP, Swedia dan Indonesia akan memperkuat kerja sama internasional untuk memenuhi dan meningkatkan target energi terbarukan.

Pada pekan Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) yang kedua, Swedia dan Indonesia akan menjajaki kemitraan di lima area: Pembangunan Berkelanjutan dan Penciptaan Lapangan Kerja, Transportasi Cerdas, Energi Terbarukan, Ekonomi Biru, dan Industri 4.0. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid