sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

7 tips perencanaan keuangan bagi keluarga berpenghasilan Rp5 juta

Bukan berarti seorang dengan gaji Rp5 juta sama sekali tidak bisa memenuhi tujuan di masa depan.

Herzha Gustiansyah S
Herzha Gustiansyah S Selasa, 03 Nov 2020 17:53 WIB
7 tips perencanaan keuangan bagi keluarga berpenghasilan Rp5 juta

Sejatinya, Rp5 juta per bulan adalah penghasilan yang lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta. Sebagian dari Anda mungkin tahu bahwasannya UMP DKI Jakarta pada 2020 adalah Rp4,29 juta. Memang, akan ada kenaikan UMP menjadi Rp4,4 juta di 2021, namun hanya bagi para pekerja yang bekerja pada perusahaan terdampak Covid-19.

Akan tetapi besaran gaji Rp5 juta sebulan kerap kali dianggap pas-pasan. Namun bukan berarti seorang dengan gaji Rp5 juta sama sekali tidak bisa memenuhi tujuan di masa depan, dan tidak berarti harus hidup dengan utang.

Lifepal.co.id memberikan tips perencanaan keuangan, bagi kepala keluarga dengan penghasilan tunggal Rp5 juta per bulan dengan satu istri tanpa anak.

1. Gunakan sistem zero budgeting untuk mengatur pengeluaran bulanan dan tahunan 

Catatlah pengeluaran Anda sedetail mungkin. Gunakanlah metode zero budgeting untuk mencatat pengeluaran. 

Cara mengatur keuangan dengan sistem zero budgeting memang terdengar cukup aneh. Intinya, ketika menerima gaji bulanan, harus langsung “menghabiskannya”. Pertama, jumlahkan pengeluaran rutin setiap bulan. Pengeluaran terbagi menjadi dua yaitu pengeluaran tetap dan variabel (tidak tetap).

Setelah semuanya dijumlahkan, hitung nilai arus kas bersih dari selisih total pendapatan dan pengeluaran. Jika ada sisanya, segera “habiskan” saat itu juga dengan mengalokasikannya ke tabungan atau investasi, tidak ke hiburan atau hal yang bersifat konsumtif. Lewat metode pengaturan cash flow di atas, sangat memungkinkan bahwa seorang bisa berinvestasi dan terlindungi dengan asuransi meski memiliki gaji Rp5 juta.

2. Tidak perlu menambah utang yang bersifat “konsumtif”

Sponsored

Tidak ada salahnya untuk berutang, asalkan utang yang Anda miliki adalah utang produktif dan bukan utang konsumtif. Utang konsumtif hanya akan menambah pengeluaran pasif serta mengurangi jumlah kekayaan bersih. Beberapa contoh utang produktif adalah, utang pembelian aset yang tak mengalami depresiasi harga seperti rumah atau logam mulia, maupun utang untuk modal usaha.

Pastikan juga bahwa cicilan utang yang harus dibayarkan setiap bulan, tidak melebihi 35% dari penghasilan. Bila memutuskan untuk membeli rumah secara kredit, tempatilah rumah tersebut agar rumah baru yang dibeli menjadi lebih terawat. Pengeluaran kos bisa dialihkan ke cicilan rumah.

3.Tambah penghasilan bulanan Anda

Ada dua cara menambah penghasilan bulanan yang pertama dengan cara pasif, yaitu berinvestasi di instrumen pendapatan tetap lewat setoran dana lump sum (sekali bayar) dalam jumlah besar. Akan tetapi, hal ini tentu bisa mengurangi aset lancar (tabungan, kas, dan setara kas yang dimiliki). Bila Anda memiliki dana menganggur yang cukup besar di tabungan, sebut saja di atas 30% dari kekayaan bersih, maka tidak ada salahnya untuk mengalokasikan 10% dari dana tersebut ke instrumen deposito atau surat utang negara.

Sedangkan yang kedua adalah mencari kerja sampingan atau membuka usaha kecil yang perputaran uangnya cepat. Jika berhasil memiliki tambahan penghasilan sebesar 5% atau 10% dari penghasilan tetap bulanan, maka alokasikan saja dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan tabungan, investasi, atau asuransi.

4.Pastikan besaran tabungan dan investasi minimal 10% dari pemasukan

Nilai rasio menabung (saving ratio) yang ideal dalam perencanaan keuangan adalah 10% dari total pemasukan bulanan. Bila pemasukan Anda adalah Rp 5 juta, maka usahakan agar besaran tabungan minimal Rp500.000. Lebih dari itu tentu akan sangat baik.

Akan tetapi harus memastikan juga agar penempatan dana sebesar Rp500.000 yang diinvestasikan, penempatannya sudah benar. Dana darurat adalah dana yang berguna untuk memenuhi biaya hidup di saat kita kehilangan pendapatan. Dana darurat menjadi kebutuhan proteksi keuangan pertama bagi siapapun, baik yang sudah menikah atau belum.

Dari total pengeluaran di metode zero budgeting yang sebesar Rp5 juta, Anda bisa mendata pengeluaran mana yang sifatnya “wajib dipenuhi” untuk dipenuhi setiap bulan. Anda pun bisa mencoret tiga jenis pengeluaran yang sifatnya belum menjadi prioritas. Maka jumlah pengeluaran wajib dalam sebulan adalah Rp3.450.000.

Mengingat Anda adalah seorang yang berkeluarga, maka ada baiknya untuk menyediakan dana darurat sebesar enam kali pengeluaran bulanan yaitu Rp3,45 jutax6 bulan = Rp 20.700.000. Bila memang belum memiliki tabungan sebesar Rp20,7 juta, maka alokasikanlah uang sebesar 10% dari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ini terlebih dahulu.

5. Hitung kebutuhan uang pertanggungan asuransi jiwa

Dari perhitungan kebutuhan dana darurat per bulan di atas, Anda bisa mengetahui kebutuhan total Uang Pertanggungan (UP) asuransi jiwa yang semestinya Anda miliki. dengan pengeluaran Rp3,45 juta per bulan maka kebutuhan UP untuk 20 tahun adalah Rp1,23 miliar. Sementara itu untuk pembayaran premi yang ideal maksimal 10% dari penghasilan bulanan. Premi sebesar Rp200.000 per bulan bagi seorang bergaji Rp5 juta tentu sudah ideal.

Jika kebutuhan UP yang ideal adalah Rp1,2 miliar untuk 20 tahun, maka tidak ada salahnya untuk menurunkan jangka waktu kebutuhan UP menjadi 10 tahun. Berkurangnya UP akan mengurangi jumlah premi yang dibayarkan pula. Di saat pendapatan per bulan naik, maka asuransi jiwa Anda bisa kembali ditinjau.

6. Penuhi kebutuhan jangka pendek dan panjang dengan gunakan prioritas

Buatlah daftar tujuan-tujuan jangka pendek beserta dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan tujuan itu. Jangan lupa pula untuk mencantumkan jangka waktu untuk merealisasikan tujuan tersebut. Jangan pernah lupakan tujuan jangka panjang Anda. Beberapa hal penting yang harus ada dalam bucket list jangka panjang antara lain, adalah pendidikan anak dari SD hingga ke perguruan tinggi, serta dana pensiun.

Sebelum berinvestasi, tentukanlah terlebih dulu “tujuan mana yang jadi prioritas.” Apabila anak pertama sudah lahir, maka biaya pendidikan anaklah yang utama. Maksimalkan pengeluaran investasi untuk kebutuhan biaya pendidikan terlebih dulu. Setelah penghasilan meningkat, Anda pun sudah bisa untuk menyisihkan uang untuk kebutuhan dana pensiun. 

7. Lakukan pemeriksaan kesehatan finansial secara rutin

Memeriksa kesehatan keuangan sama halnya dengan memeriksa kesehatan tubuh kita. Hal itu juga bukan merupakan hal yang sulit dilakukan. Ada beberapa rasio-rasio yang bisa digunakan untuk mengukur kesehatan seseorang atau keluarga seperti yang tercantum di atas. Anda pun bisa menggunakan fitur Cek Kesehatan Keuangan di situs Lifepal untuk mengetahui kondisi keuangan saat ini. 

Demikianlah kiat perencanaan keuangan bagi seorang bergaji Rp5 juta. Seperti yang dijelaskan di atas, penghasilan bulanan Rp5 juta memang masih di atas UMP DKI, akan tetapi salah dalam menentukan prioritas justru bisa memperburuk kondisi keuangan Anda.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid