sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anak yang terkonfirmasi virus Covid-19 didominasi mengalami diare

Orang dewasa yang terkonfirmasi positif virus Covid-19, biasanya mengeluhkan gejala hilangnya indera penciuman dan indera pengecapan.

Natasya
Natasya Kamis, 02 Sep 2021 12:40 WIB
Anak yang terkonfirmasi virus Covid-19 didominasi mengalami diare

Konsultan Spesialis anak Ida Safitri Laksanawati mengatakan, virus Covid-19 bisa terjadi pada anak, namun tingkat keparahan dan resiko fatalitas lebih rendah dibanding orang dewasa. 

“Kasus Covid-19 ini benar-benar tidak memilih. Dia bisa mengenai semua lapisan umur. Jika dilihat dari data global, jumlah anak yang terpapar tidak sebanyak orang dewasa,” ucap Ida Safitri melalui webinar “Perlindungan Terhadap Anak yang Terdampak Covid-19” oleh Yayasan Lentera  Anak, pada Kamis (2/9). 

Menurut Ida, berdasarkan sebuah penelitian yang ia gunakan, anak berusia di bawah 10 tahun berisiko tertular lebih rendah dibandingkan remaja dan dewasa. Di Indonesia sendiri, sebanyak 13% atau setara dengan 531.674 kasus positif virus Covid-19 pada anak usia di bawah 18 tahun yang sudah terkonfirmasi. Sedangkan, kasus kematian pada anak di bawah 18 tahun hanya 1% atau setara 1.330 kasus yang terkonfirmasi. 

“Sekarang ini kita sedang dalam upaya untuk melakukan pencegahan sekaligus juga mencapai kekebalan komunitas dengan mengkampanyekan vaksinasi pada anak,” jelas Ida Safitri yang menyebutkan hal itu sebagai salah satu upaya yang ditawarkan dalam mencegah virus Covid-19 pada anak. 

Gejala-gejala virus Covid-19 yang dialami pada anak ataupun orang dewasa ternyata tidak jauh berbeda. Namun, gejala pada anak yang terkonfirmasi virus Covid-19 didominasi mengalami diare.

“Belakangan banyak dilaporkan pada kasus-kasus anak adalah gejala pencernaan atau diare, selain demam, batuk, pilek, kelelahan,” tutur Ida. 

Biasanya orang dewasa yang terkonfirmasi positif virus Covid-19 mengeluhkan gejala hilangnya indera penciuman dan indera pengecapan. Sedangkan pada anak tidak banyak dilaporkan gejala hilangnya idera penciuman dan pengecap, hal ini lah yang menarik bagi Ida Safitri. Diduga terjadi karena anak merasa kesulitan dalam mengekspresikan rasa hilangnya dua indera tersebut. 

Ida menjelaskan, terdapat satu cara untuk mengetahui tanda bahaya pada anak, yakni dengan menghitung nafas. Jika jumlahnya lebih dari 60 kali per menit untuk anak usia di bawah dua bulan dan 50 kali per menit untuk anak berusia dua sampai sebelas bulan, itu dinyatakan sebagai tanda bahaya. 

Sponsored

Faktor risiko keparahan Covid-19 pada anak bisa saja terjadi. Biasanya, hal ini terjadi pada anak yang berusia 0-3 bulan, lahir prematur, mengindap obesitas, dan memiliki penyakit komorbid (asma, penyakit kardiovaskular). 
Kondisi yang tak biasa pasca sembuh dari Covid-19 (Long Covid) bukan hanya terjadi pada remaja atau dewasa. Long Covid ini juga bisa terjadi pada anak dengan gejala-gejala yang biasa ditimbulkan seperti sulit tidur, hidung tersumbat, merasa kelelahan, sulit berkonsentrasi, nyeri kepala dan dada. 

Ida Safitri juga menyebutkan bahwa cara mencegah penularan virus Covid-19 pada anak adalah dengan melakukan vaksinasi dan selalu menerapkan protokol kesehatan (menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, memakai masker, dan mengurangi mobilitas).  
 

Berita Lainnya
×
tekid