sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Awas, polusi ancam kesehatan saat olahraga outdoor

Sebaiknya memantau kualitas udara sebelum memulai berolahraga di luar ruangan.

Ghalda Anisah
Ghalda Anisah Selasa, 17 Nov 2020 19:48 WIB
Awas, polusi ancam kesehatan saat olahraga <i>outdoor</i>

Tren olahraga luar ruangan (outdoor) meningkat saat pandemi Covid-19, seperti bersepeda, lari, jalan santai, hingga futsal, mengingat sirkulasi udara yang baik. Namun, aktivitas tersebut juga mengancam kesehatan, khususnya polusi udara.

Karenanya, diciptakan aplikasi Nafas untuk mengetahui kualitas udara lokal. Masyarakat diharapkan dapat merencanakan waktu dan durasi terbakti saat berolahraga luar ruangan secara aman dengan memanfaatkan perangkat lunak itu.

Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski, menjelaskan, sudah menjadi rahasia umum bahwa polusi udara merupakan masalah serius di dunia, termasuk Indonesia. DKI Jakarta pun kini masuk dalam peringkat keempat kota paling tercemar secara global.

"Berdasarkan data temuan, banyak lokasi yang sering kali memiliki tingkat PM2.5 yang telah melebihi 100 (ambang batas aman, red). Tentu ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman. Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga," katanya, Selasa (17/11).

Berdasarkan riset kualitas udara lima wilayah yang dipantau selama 30 hari pada Agustus 2020, yakni Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi, pembacaan PM2.5 rerata terendah ada di Bogor dan Jakarta Pusat. Tangerang Selatan dan Bekasi menjadi daerah yang paling memprihatinkan karena memiliki kualitas udara tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit selama lima hari. Sampel tersebut diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, pukul 05.00-09.00 WIB. 

Temuan lainnya, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik daripada hari-hari lainnya. Untuk wilayah Jakarta Pusat dan Tangerang, Kamis pagilah yang memiliki kualitas udara terbaik selama seminggu. Adapun beberapa hari dengan kualitas udara terburuk adalah Minggu, Selasa, dan Rabu, bergantung pada lokasinya. 

Di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan, dan Bogor, polusi tertinggi terjadi pada Minggu. 

Uniknya, tingkat kualitas udara di Jabodetabek selama jam olahraga sangat bervariasi. Suatu hari tergolong bagus, di waktu lain buruk. Dari pantauan Nafas selama sebulan penuh, didapati Bogor, Jakarta Pusat, Depok, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan memiliki kualitas udara yang dapat diterima untuk berolahraga pada 1 Agustus. Namun, sebaiknya dibatasi sampai 90 menit di seluruh wilayah Jakarta, utara dan barat, pada 7 Agustus. Ini menegaskan pentingnya mengukur kualitas udara sebelum berolahraga.

Sponsored

Dari pengamatan yang sama, Nafas juga melihat waktu terbaik untuk berolahraga merujuk data per jamnya untuk setiap wilayah. Rata-rata kualitas udara terburuk antara pukul 02.00-09.00 WIB dan mulai membaik hingga sekitar pukul 17.00. 

Sementara itu, atlet lari nasional, Adinda Sukardi, menceritakan pengalamannya saat berpergian ke China dan menyempatkan berolahraga di sana. Mulanya, dia tidak memperhatian kualitas udara saat berolahraga sehingga akhirnya mengalami masalah pernapasan.

"Dari situ, saya sadar betul pentingnya melakukan tindakan antisipasi, salah satunya memastikan kualitas udara di area sebelum mulai olahraga. Selain itu, memperhatikan waktu terbaik untuk berolahraga juga penting. Informasi ini bisa saya dapatkan dari adanya aplikasi Nafas yang dapat memberikan data kualitas udara yang mudah diakses dan digunakan," tuturnya.

Pada kesempatan sama, dokter spesialis paru-paru, dr. Erlang Samoedro, menjelaskan, PM2.5 berbahaya jika terhirup manusia. Apalagi, tingkat pernapasan meningkat signifikan hingga 40-60 kali per menit saat berolahraga. Aktivitas normal hanya 15 kali.

"Intensitas olahraga yang berbeda menyebabkan perbedaan volume udara yang dihirup. Tentu adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga di kualitas udara yang buruk semakin memberi risiko jumlah aerosol yang terhirup, termasuk PM2.5. Beberapa risiko penyakit yang mungkin muncul karena terhirupnya PM2.5 antara lain asma, stroke, dan kanker paru-paru," jelasnya.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengecek kualitas udara sebelum berolahraga menggunakan Nafas. Pertama, buka aplikasi dan tes kadar PM2.5, apakah mencapai 100 atau tidak. Jika tidak, olahraga aman dilakukan.

Apabila mencapai 100, perhatikan warna yang ada. Saat oranye, disarankan berolahraga di bawah 90 menit, merah berarti maksimal 90 menit, dan ungu paling lama 30 menit.

Berita Lainnya
×
tekid