sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Awas, tubuh dan otak lesu gara-gara kurang tidur

Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa kurang tidur di malam hari dapat membuat Anda menjadi pelupa dan sulit fokus.

Alia Kirana
Alia Kirana Selasa, 28 Nov 2017 18:09 WIB
Awas, tubuh dan otak lesu gara-gara kurang tidur

Sering tidur larut malam gara-gara pekerjaan menumpuk atau lantaran keasyikan berselancar di media sosial? Lantas, apa yang kamu rasakan setelah mendapatkan tidur malam yang hanya beberapa jam?

Setelah melewati tidur malam yang sangat singkat dan tidak terlalu nyenyak, kamu mungkin merasa lesu saat bangun. Kondisi tersebut memang dapat terjadi. Sebab, menurut sebuah penelitian, sel-sel otak ikut lesu karena tubuh kurang tidur. Ketika sel-sel otak lelah, kamu mungkin cenderung menjadi pelupa dan sulit fokus.

Melansir livescience.com, penelitian itu dimuat di jurnal Nature Medicine. Penelitian juga menemukan bahwa kurang tidur dapat membuat sel otak sulit berkomunikasi secara efektif. Pada gilirannya, hal itu dapat menyebabkan penyimpangan mental secara sementara, yang memengaruhi memori dan persepsi visual.

Dengan kata lain, penelitian tersebut memberikan jawaban atas pertanyaan tentang mengapa kurang tidur di malam hari dapat membuat sulit fokus keesokan harinya. "Kami menemukan bahwa kurang tidur juga merampas kemampuan neuron untuk berfungsi dengan baik," kata Dr. Itzhak Fried, penulis studi sekaligus profesor bedah saraf di University of California, Los Angeles. 

Untuk mempelajari efek kurang tidur, para periset merekrut 12 pasien dengan epilepsi yang telah ditanamkan elektroda di dalam otak mereka. Perlu diketahui bahwa implan elektroda tersebut merupakan bagian dari operasi yang tidak terkait dengan penelitian. Elektroda tersebut memungkinkan para periset untuk memantau ratusan sel otak pada masing-masing individu.

Kemudian, pasien-pasien tersebut harus tetap bangun sepanjang malam. Mereka juga diminta untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti mengkategorikan berbagai gambar wajah, tempat, dan binatang dengan cepat. Selama masa itu, para peneliti mengukur aktivitas otak para pasien.

Selama proses pengukuran, para peneliti menemukan bahwa setiap gambar menyebabkan sel-sel otak menghasilkan pola aktivitas listrik yang khas. Secara khusus, para peneliti memusatkan perhatian pada aktivitas sel di lobus temporal, yang mengatur persepsi dan ingatan visual.

Para peneliti menemukan bahwa saat pasien lelah, tugas mengkategorikan gambar-gambar menjadi lebih menantang bagi mereka. Di samping itu, aktivitas sel otak mereka mulai melambat. "Kami terpesona saat mengamati bahwa betapa kurang tidur dapat mengurangi  aktivitas sel otak. Tidak secepat biasanya, neuron merespons dengan perlahan," kata Yuval Nir, penulis utama studi sekaligus peneliti tentang aktivitas tidur di Tel Aviv University, Israel.

Sponsored

Selain itu, para periset menemukan bahwa kurang tidur dapat mengganggu kemampuan neuron di otak dalam mengodekan informasi dan menerjemahkan visual. Misalnya, ketika seorang pengemudi yang kurang tidur melihat seorang pejalan kaki melangkah di depan mobilnya, seorang pengemudi itu mungkin perlu waktu lebih lama bagi untuk menyadari apa yang dia lihat. Sebab, aktivitas otak pengemudi dalam memproses informasi yang ada di depan matanya melambat.

Jadi, menurut para periset, efek kurang tidur sama seperti efek terlalu banyak mengonsumsi alkohol. “Kurang tidur dan terlalu banyak mengonsumsi alkohol memberikan pengaruh yang sama pada otak,” kata Itzhak. 

Bila ingin terhindar dari dampak buruk tersebut, kamu perlu mengubah pola tidur. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, orang dewasa (usia 18-40 tahun) membutuhkan waktu tidur 7-8 jam setiap hari. Sementara itu, kebutuhan tidur orang lanjut usia adalah 7 jam per hari. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid