sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berlanjutnya teror horor dan drama keluarga di layar lebar Indonesia 2020

Kualitas film-film layar lebar Indonesia pada 2020 diyakini semakin baik dari segi gagasan dan cara penyampaian.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Sabtu, 04 Jan 2020 10:17 WIB
Berlanjutnya teror horor dan drama keluarga di layar lebar Indonesia 2020

Penokohan dan ide cerita

Dalam setiap karya sinema, Ekky menyebut aspek penokohan dan ide cerita menjadi tulang punggung bagi kualitas dan daya tarik film bagi penonton.

Aktor berkelas dan tenar dinilai akan memberi jaminan sebuah film dapat menarik perhatian penonton. Sementara sumber ide cerita, kini sudah berkembang dengan ketersediaan cerita dari beragam sumber, dengan pola kerja sama izin penggunaan hak cipta.

“Sekarang kan musimnya IP (Intellectual Product). Karya-karya film diproduksi mencoba mengadaptasi keberhasilan karya-karya yang laris sebelumnya, entah itu dari novel, cerpen, serial TV, komik, atau webtoon (komik digital),” kata Ekky.

Karena itulah, dia memperkirakan varian film-film Indonesia pada 2020 akan diisi sejumlah karya sinema hasil adaptasi. Pada 2019, film yang mengadaptasi karya film negara lain ialah Bebas (produksi Miles Films) dan Sweet 20 (Starvision Plus dan CJ Entertainment). Bebas merupakan adaptasi dari film Korea berjudul Sunny, sedangkan Sweet 20 diadaptasi dari film Thailand Miss Granny. Ada pula Eggnoid dan Terlalu Tampan, produksi Visinema Pictures, yang diangkat dari komik digital LINE webtoon.

Menurut Ekky, berkembangnya pola produksi film adaptasi lantaran adanya jaminan keuntungan komersial. Ekky memperkirakan, ada film-film lain yang akan diproduksi dengan mengembangkan gagasan cerita bersumber dari karya lain yang sudah diterima positif publik, baik secara engagement yang tinggi pada ranah digital, maupun hasil penjualan yang menguntungkan.

Sebagaimana terjadi juga dalam film Imperfect, Ekky melihat kecermatan Ernest Prakasa selaku sutradara. Film yang tengah diputar di bioskop itu mengolah gagasan dari buku yang ditulis oleh Meira Anastasia, istri Ernest, berjudul Imperfect: A Journey to Self Acceptance (Gramedia Pustaka Utama, 2018).

(Infografis: Alinea.id//Dwi Setiawan)

Sponsored

“Imperfect selain karena ide ceritanya bagus, temanya seputar kondisi keluarga yang ‘disfungsi’. Selain ada masalah yang dihadapi keluarga, anggota di keluarga itu juga orang-orang dengan kepribadian yang unik,” ucap Ekky.

Ekky menekankan, film bertema keluarga semacam Imperfect diperkirakan akan punya daya tarik kuat bagi calon penonton, karena mengetengahkan isu aktual yang dekat dan riil dalam kehidupan masyarakat. Hingga 1 Januari 2020, Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan telah menarik 1.940.506 penonton. Film yang diproduksi dengan alih wahana semacam Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan dan berpotensi menarik banyak penonton adalah Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI).

Film yang rilis 2 Januari 2020 itu diolah dari kisah dan kutipan berisi kalimat-kalimat sederhana yang terangkum di buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (Kepustakaan Populer Gramedia, 2018) karangan Marchella FP. Sejak buku itu terbit dan beredar di toko buku, sutradara Angga Dwimas Sasongko kesengsem dengan cerita-cerita warganet yang terwadahi melalui akun Instagram NKCTHI (@nkcthi). Kisah film ini digubah dengan mengolah cerita-cerita yang terhimpun dari tanggapan para followers Marchella FP via Direct Message akunnya.

Bagi Angga, ribuan kisah publik terhadap ungkapan pribadi Marchella itu sebagai ladang emas bahan berkisah lewat film. Angga yang menekuni penyutradaraan sejak 15 tahun lalu itu pun mengangkat kisah-kisah tersebut ke dalam media gambar bergerak.

Di sini (NKCTHI) kami bikin tabulasi dari ribuan cerita itu, lalu muncul banyak insight yang kemudian kita gabungkan satu-sama lain, kata Angga dalam konferensi pers Gala Premiere film NKCTHI, di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/12/2019).

Dalam pemutaran istimewa sebagai roadshow terakhir film NKCTHI, Senin sore (30/12/2019), jurnalis Alinea.id melihat potensi film ini dalam menarik massa penonton dalam jumlah besar. Kebanyakan penonton yang ditemui saat itu ialah dari kalangan mahasiswa dan pelajar. Film berlatar keluarga semacam NKCTHI mengingatkan kita pada film berlatar serupa, salah satunya Dua Garis Biru (2019).

Ekky memandang, tidak saja dari segi penggambaran kisah keluarga, film yang akan menggamit perhatian penonton selalu mengangkat kisah yang memiliki keterhubungan dengan yang kondisi sosial yang nyata. Kisah film Dua Garis Biru, menurut Ekky, menawarkan cermin perenungan bagaimana seandaianya setiap keluarga mengalami hal serupa, dengan kondisi anak-anak mereka menghadapi risiko akibat berhubungan seks yang tidak aman di luar nikah.

Berita Lainnya
×
tekid