sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berpose di situs Budha, Foyuan, tren influencer di China mulai dikritik

Istilah "foyuan", yang secara longgar diterjemahkan menjadi perempuan sosialita Buddhis, menjadi perbincangan di media sosial China.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Minggu, 26 Sep 2021 12:58 WIB
Berpose di situs Budha, Foyuan, tren influencer di China mulai dikritik

Influencer di China mendapat kritik karena memposting perjalanan ke kuil Buddha dengan tas dan pakaian mencolok. Mereka dianggap memanfaatkan kuil Buddha untuk keuntungan egois mereka sendiri.

Istilah "foyuan", yang secara longgar diterjemahkan menjadi perempuan sosialita Buddhis, telah menjadi perbincangan di media sosial Tiongkok akhir-akhir ini.

Menurut Sixth Tone, para wanita yang disebutkan di atas biasanya memposting foto "sering dalam pose menggoda dan terkadang mengenakan pakaian terbuka" dengan harapan mendapatkan keuntungan dari iklan dan penjualan produk yang berkaitan dengan budaya Buddhis.

Global Times menggambarkan "foyuan" sebagai "wanita berpakaian mencolok" dengan tas mewah dari rumah mode internasional seperti Louis Vuitton, yang pergi ke kuil untuk berlatih "kaligrafi dan mempersembahkan hati sebagai gaya hidup sehari-hari".

Namun Sixth Tone mencatat bahwa salah satu dari "foyuan" ini menulis teks-teks keagamaan mereka dalam urutan yang salah.

Beberapa influencer bahkan menggunakan "asam hialuronat" di daun telinga mereka untuk membuat telinga mereka terlihat lebih mirip patung Buddha.

Global Times menguraikan bagaimana strategi monetisasi mereka biasanya bekerja juga:

"Secara rutin, setelah mereka mengumpulkan cukup banyak klik, suka, dan pengikut di platform sosial, mereka mulai menjual barang-barang. Seperti yang dikatakan artikel Harian Pekerja, Foyuan memposting segala macam tautan belanja, menjual kosmetik, pakaian, dan barang-barang lainnya."

Sponsored

Menurut SCMP, para influencer ini saat ini berada di "garis bidik tindakan keras online". Mereka mengutip pendapat media pemerintah China tentang tren ini. Seperti diketahui belakangan pemerintah China mengawasi ketat aktivitas media sosial dari budaya yang dinilai merusak generasi muda.

“Sungguh berdosa bahwa sekelompok wanita yang tampaknya menjauh dari kesuksesan duniawi, tetapi sebenarnya penuh dengan keinginan materi, menyelinap ke kuil-kuil yang seharusnya tenang ini,” tulis Harian Pekerja dalam sebuah komentar pada hari Selasa.(mothership.org/scmp)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid