sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Musik scoring Joker 'ganggu' kenyamanan penonton

Hildur berhasil menggambarkan situasi kacau-balau merebak di kota Gotham. Betapa jurang menganga lebar antara kaum borjuis dan kaum papa.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Kamis, 10 Okt 2019 10:00 WIB
Musik scoring Joker 'ganggu' kenyamanan penonton

Film Joker yang rilis pada 2 Oktober 2019 menarik perhatian penggemar film sejagat. Seperti dilansir dari Indiewire, film Joker telah meraup pendapatan sebesar 5,4 juta dolar Amerika Serikat (AS) di hari perdana pemutarannya di empat negara. 

Hingga pekan pertama penayangannya, film yang mengadaptasi komik DC dan diproduksi Warner Bros itu sudah meraih pendapatan total 234 juta dolar AS. Dari penayangan di 73 negara saja, film ini meraup keuntungan 140,5 juta dolar AS.

Selain berkat akting Joaquin Phoenix yang memukau dalam memerankan karakter Arthur Fleck alias Joker, elemen tata musik ditengarai turut membangun kekuatan film ini. Sejumlah lagu legendaris mengisi sejumlah adegan film besutan sutradara Todd Phillips ini.

Lagu yang dipakai sebagai soundtrack di film ini antara lain: “Unforgettable” yang dinyanyikan Nat King Cole, “Ob-La-Di, Ob-La-Da” (The Beatles); “Smile” (Jimmy Durante), “My Funny Valentine” (Frank Sinatra dan Nelson Riddle and His Orchestra), dan “Send in The Clowns” (Frank Sinatra).

Selain diisi soundtrack, film Joker lengkap dengan tata musik orkestra atau scoring ciptaan komponis scoring asal Islandia, Hildur Ingveldardóttir Guðnadóttir. 

Menurut pengamat musik Aris Setyawan, scoring yang dihasilkan dari permainan alat musik gesek karya Hildur sevisi dengan kisah gelap tokoh utama Arthur Fleck.

“Hildur di scoring Joker banyak bermain-main dengan gesekan string section. Dinamika musiknya dibikin naik-naik, terasa semakin tegang,” kata Aris ketika dihubungi Selasa (8/10).

Aris memandang, instrumen cello yang dimainkan Hildur memperkuat perjalanan metamorfosa Arthur Fleck hingga muncul sebagai Joker. Efek scoring yang memperkuat suasana suram itu sangat terasa dalam sejumlah adegan.

Salah satunya ialah dalam adegan saat Arthur Fleck melakukan pembunuhan pertama di sebuah kereta Subway. Ketika itu, Arthur tak dapat menahan gejolak tawa yang mencuat selagi tiga lelaki berkerah putih tengah menggoda seorang penumpang perempuan.

“Subway”, demikian salah satu karya scoring itu dinamai, terdengar sunyi di bagian awal, lalu diikuti gesekan cello bernada rendah, serta ketukan-ketukan ritmis yang berpadu-padan bunyi biola yang bernada tinggi. 

Menurut Aris, sebagai seorang pemain cello (cellist), Hildur banyak berkreasi scoring dengan permainan tempo cresendo dan nada-nada minor.

Dengan corak bermusik itu, menurut Aris, Hildur menjalankan tugasnya dengan baik untuk membangun latar suasana film Joker yang suram, sedih, tegang, dan tragis sepanjang 122 menit.

“Pas sudah tuh jadi menyayat-nyayat perasaan dan kewarasan penonton,” kata dia.
 

Kelindan tata musik dan gangguan jiwa

Hildur punya sepak terjang yang tidak main-main dalam karya musik. Dalam catatan Aris, Hildur pernah berkolaborasi dengan beberapa musisi avant-garde, seperti band drone metal Sun. Bahkan Hildur sukses menggarap soundtrack untuk mini series Chernobyl (2019).

Film berseri yang tayang di stasiun televisi HBO itu dihiasi bebunyian instrumen gesek karya Hildur. Berkat tangan dinginnya, Hildur menyabet penghargaan Emmy Award pertama dalam ajang 2019 Creative Arts Emmys di Los Angeles, September lalu, di kategori “Outstanding Music Composition for a Limited Series, Movie or Special”.

“Dia memang piawai banget 'mengobrak-abrik' kenyamanan para penonton dengan string section,” ucap Aris menegaskan.

Kali ini dalam film Joker, kepiawaian Hildur tampak dari karya musik yang berkelindan dalam suasana di seputar isu gangguan mental yang diidap tokoh Arthur Fleck, dan sikap nihilisme Joker.

Aris mencermati, ada sinergi yang klop antara perubahan suasana dalam cerita ketika kota Gotham mulai mencekam dengan efek scoring Hildur.

Selain “Subway” karya scoring Hildur di film Joker antara lain “Defeated Clown”, “Meeting Bruce Wayne”, “Escape from the Train”, dan “Call Me Joker”.

“Dinamika musiknya tuh kadang dimulai dari pelan-pelan, tenang, lama-lama dinamikanya naik, naik, hingga mencapai klimaks,” kata Aris yang juga pemain drum di grup musik indie Auretté and The Polska Seeking Carnival.

Alhasil, akting Joaquin Phoenix yang menggambarkan penderitaan jiwa Arthur Fleck sebagai dampak kekerasan fisik dan mental yang dialaminya semasa kecil, semakin berkesan kuat secara auditif.

Selain sebagai musisi dengan instrumen utama cello, Hildur—kelahiran Reykjavík, Islandia, 4 September 1982—juga bereksperimen dengan perkusi. Karya scoring Hildur lantas telah memperkuat film Joker sebagai film yang menggedor benak penonton.

“Hildur berhasil menggambarkan dengan apik kata kunci dari situasi kacau-balau atau chaos yang merebak di kota Gotham. Betapa jurang menganga lebar antara kaum borjuis dan kaum papa,” ujar Aris.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid