sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Entang Wiharso dan perjalanan seninya dua tahun terakhir

Pelaksanaan Pilpres AS pada November juga menjadi inspirasinya dalam menggarap karya seni.

Herzha Gustiansyah S
Herzha Gustiansyah S Senin, 07 Des 2020 20:07 WIB
Entang Wiharso dan perjalanan seninya dua tahun terakhir

Dia pun membahas sejumlah karya selama dua tahun, yakni 2019-2020. Salah satunya proyek yang disponsori Yayasan Gugenheim yang memiliki visi masa depan dengan instalasi raksasa yang riil, yakni Tunnel of Light dan merupakan kelanjutan dari karya lama Temple of the Hope (2009-2011).

Selain itu, dia juga menampilkan materi-materi baru, seperti Glitter, dalam The Camouflage Series (2020), yang dia klaim merupakan materi sempurna untuk mengekspresikan ide-ide tentang palsu dan nyata, persepsi dan asumsi, serta tak pelak: identitas.

Bahkan pelaksanaan Pilpres AS pada November juga menjadi inspirasinya dalam menggarap karya seni.

“Selama beberapa minggu menjelang Pemilu AS pada November, saya menggarap karya dari materi Glitter, yang mencerminkan kondisi politik dengan merenungkan terus-menerus esok hari. Terciptalah Tree for Tommorow (2020) sebagai metafora atau simbol-simbol doa dan harapan untuk esok hari lebih baik untuk Amerika Serikat, Indonesia dan kondisi seluruh planet yang kita diami,” papar dia.

Sponsored

Mengenai Covid, dia mengaku pada awalnya panik karena minimnya informasi dan sengkarutnya informasi. Namun dia mengaku merenungkan sekaligus kreatif menghadapi wabah ini. Pengaruh aktifitas di studio tidak banyak berubah, justru sebaliknya waktu kerja distudio lebih banyak.

“Saya menemukan bentuk, struktur, warna, tekstur tanaman, kebun halaman belakang rumah sampai metafor yang kaya bahwa pandemi sembilan bulan adalah saat merenungi segala yang hingar-bingar di luar dengan hal-hal kecil yang sebenarnya indah. Di dalam hati mencoba untuk berdamai tanpa menafikan terus menemukan apa yang terbaik bagi hidup," papar dia. (Bambang Asrini)

Berita Lainnya
×
tekid