sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Fengsui, ilmu peruntungan universal dari zaman Tiongkok kuno

Ilmu fengsui berakar dari pemahaman masyarakat Tiongkok kuno dalam menentukan lokasi makam bagi anggota keluarga di kekaisaran.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Sabtu, 25 Jan 2020 07:00 WIB
Fengsui, ilmu peruntungan universal dari zaman Tiongkok kuno

Sore itu, sejumlah warga etnis Tionghoa datang ke Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin, yang berlokasi tak jauh dari pasar tekstil Tanah Abang, Jakarta Pusat untuk beribadah.

Di ruangan dalam kelenteng, terdapat sebuah meja altar besar dan tiga meja yang lebih kecil. Di atasnya, terdapat patung-patung dewa, serta lilin-lilin merah menyala.

Setelah mengambil beberapa batang dupa, Rudi menyalakannya. Pengusaha toko pakaian di Pasar Tanah Abang itu lantas konsentrasi sembahyang. Beberapa kali tubuhnya membungkuk di hadapan meja altar, sembari mengangkat dupa di atas kepalanya.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia terdapat 1.340 suku bangsa. Etnis Tionghoa adalah salah satu “pendatang” yang mulai menghuni Nusantara sejak abad ke-15. Gelombang kedatangan paling besar tercatat pada abad ke-18 dan ke-19.

Mayoritas orang Tionghoa tinggal di sebuah wilayah, yang disebut pecinan di beberapa provinsi di Indonesia. Statistik penduduk BPS 2010 mencatat, populasi etnis Tionghoa paling banyak di Jakarta, dengan 632.372 jiwa.

Orang Tionghoa masih melestarikan tradisinya, Termasuk fengsui. Rudi mengaku cukup sering menggunakan jasa ahli fengsui, meski tidak setiap tahun.

“Biasanya ingin tahu soal keberhasilan dalam bisnis dan kesehatan,” kata Rudi saat ditemui reporter Alinea.id di Kelenteng Hok Tek Tjang Sin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (23/1).

Terlepas dari itu, Rudi percaya kesejahteraan dan keselamatan seseorang tergantung perbuatannya. “Juga amal dalam hidupnya,” kata Rudi.

Sponsored

Sama seperti Rudi, Aliong pun cukup sering datang ke ahli fengsui, yang kebetulan dikenalnya. Akan tetapi, ia tak sepenuhnya percaya dengan perhitungan atau ramalan peruntungan ahli fengsui itu.

“Setiap orang kan bisa terus berubah nasibnya. Saya enggak mau percaya,” kata Aliong.

Ia mengatakan, mayoritas orang yang menggunakan jasa ahli fengsui berasal dari kalangan berduit. Hal ini, yang menurutnya membuat sebagian besar orang tidak bisa memenuhi saran ahli fengsui.

“Misal, mengubah rancang bangun rumah, kan butuh duit,” ucapnya.

Sementara itu, seorang pegawai di sebuah toko tekstil yang juga beretnis Tionghoa, Boris mengatakan, selama ini ia menggunakan jasa ahli fengsui untuk beberapa keperluan.

“Misalnya, persiapan menikah dan membangun usaha pertokoan,” ujarnya. Boris percaya dengan fengsui. Ia mengatakan, saran ahli fengsui lebih baik diikuti.

Rudi sedang beribadah di Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin, Jakarta Pusat, Kamis (23/1). Alinea.id/Robertus Rony Setiawan.

Berawal dari lokasi makam

Pakar fengsui Yulius Fang mengungkapkan, ilmu fengsui berakar dari pemahaman masyarakat Tiongkok kuno dalam menentukan lokasi makam bagi anggota keluarga di kekaisaran, sekitar 6.000 tahun silam.

Ia mengatakan, saat itu struktur kekaisaran di Tiongkok punya departemen khusus dan anggota yang bertugas memantau lokasi alam, yang layak sebagai tempat penguburan jenazah.

Fungsi penentuan letak makam itu, kata Yulius, dipandang sebagai sumber penentu bagi kesejahteraan hidup anggota keluarga yang ditinggalkan. Menurutnya, fengsui mirip dengan arsitek yang merancang bangunan.

“Namun, dalam tingkat berbeda, kelebihan fengsui ialah mempelajari pengaruh energi alam dan kondisi pola lingkungan tertentu terhadap bangunan dan kehidupan manusia. Bagaimana kita mengoptimalkan energi alam bagi penghuninya,” tuturnya saat ditemui di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (21/1).

Ia menerangkan, fengsui adalah metode penataan, manajemen, dan manipulasi aliran angin dan air. Selain itu, fengsui menyertakan tolak ukur yin (kebaikan) dan yang (keburukan), serta lima elemen dalam kehidupan, yang meliputi logam, kayu, api, air, dan tanah.

Pada 1990-an, kata dia, ilmu fengsui populer di seluruh dunia. Ketika itu, seorang tokoh pengembang ilmu fengsui asal Malaysia bernama Lillian Too, menjadi terkenal setelah menerbitkan buku tentang penerapan fengsui dalam beragam bidang, seperti dunia pekerjaan dan usaha.

Seiring waktu, fengsui berbaur dengan astrologi Tiongkok yang memuat perhitungan peruntungan menurut shio. Menurut Yulius, perhitungan nasib berdasarkan shio tidak termasuk ke dalam ilmu fengsui. Namun, pelaku yang melabelkan dirinya sebagai ahli fengsui, menyertakan analisa nasib menurut shio tahun kelahiran seseorang.

“Akibatnya, orang susah membedakan astrologi shio dengan fengsui. Lalu mixed up, pembacaan shio sering juga dikaitkan dengan fengsui,” katanya.

Yulius merasa resah dengan pertumbuhan praktik konsultasi mengatasnamakan fengsui belakangan ini.

“Banyak yang mulai mengembangkan jasa konsultasi menurut ilmu fengsui, tapi abal-abal,” kata Yulius, yang mengembangkan ilmu fengsui sejak 2004.

Mengembangkan fengsui

Ahli fengsui Yulius Fang saat berbincang dengan reporter Alinea.id di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (21/1). Alinea.id/Chevi Azmi Damara

Yulius menekuni ilmu fengsui dengan berlajar kepada banyak guru yang punya keahlian dari keturunan kekaisaran Tiongkok kuno. Awalnya, ia mengenal fengsui saat ingin memulihkan sakit vertigo yang dideritanya sejak akhir 2001.

Setelah segala upaya tak berhasil menyembuhkan penyakitnya, ia pergi ke ahli fengsui. Dari keterangan ahli fengsui itu, ternyata penyakitnya disebabkan kondisi ruang tempat tinggalnya yang berupa rumah toko, membawa energi negatif terhadap tubuhnya. Dari situ, ia mengetahui ilmu fengsui mempelajari dampak energi bangunan terhadap energi dalam tubuh seseorang.

“Energi lingkungan bisa berinteraksi dengan kehidupan kita. Jika kita mengalami masalah, gejalanya dapat berupa gangguan kesehatan,” kata dia.

Setelah mendalami ilmu fengsui untuk membantu pemulihan kesehatannya, Yulius lantas menggunakan pengetahuan metode fengsui untuk membantu kerabat dan kenalan secara terbatas.

Lalu, ia menjadikan keahliannya itu sebagai pekerjaan utama, meninggalkan bisnis warisan orang tuanya sebagai broker saham.

Kini, Yulius mengembangkan jasa konsultasi bernama Feng Shui Consulting Indonesia. Ia tak membantah, memasukkan perkiraan peruntungan seseorang dari shio dalam layanannya. Alasannya, pembacaan nasib menurut shio, paling populer di masyarakat.

Namun, ia paling banyak melayani konsultasi mengenai rencana pembangunan properti, lokasi usaha, dan desain rumah. Lalu, konsultasi peruntungan seseorang, termasuk karier, keluarga, kesehatan, dan kecocokan pasangan.

Layanan lainnya, yakni pemilihan hari baik, seperti untuk memulai usaha, hari pernikahan, renovasi rumah, dan pindah rumah.

“Pemilihan hari baik ini penting karena menentukan pijakan awal demi kesuksesan orang di masa selanjutnya, tetapi fengsui hanya memberikan saran-saran, tetap bergantung pada usaha dan kerja keras manusianya,” ucapnya.

Pihaknya mematok tarif yang bervariasi, tergantung jenis konsultasi yang diminta klien. Untuk sekali konsultasi pendirian rumah, misalnya, dipatok puluhan juta rupiah. Menurut Yulius, fengsui dapat dimanfaatkan sebagai saran untuk mendukung aktivitas hidup seseorang dari beragam latar belakang kepercayaan.

Fengsui berlaku universal

Menurut Sekretaris Umum Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) sekaligus pengamat budaya Tionghoa, Aji Chen Bromokusumi, fengsui adalah metode perhitungan nasib, yang punya acuan bersifat universal. Bersumber dari unsur-unsur kosmos.

Aji menekankan, fengsui bukan sebuah praktik ilmu bermuatan klenik atau takhayul. Fengsui, kata Aji, berlandaskan metode perhitungan yang ada di kalender Tiongkok, disebut tong shu.

“Dalam setiap kelompok budaya kuno, memiliki perhitungan serupa fengsui. Misalnya, Suku Inka, Maya, dan Arab,” ujar Aji saat dihubungi, Jumat (24/1).

Lebih lanjut, ia mengatakan, dalam perhitungan menurut fengsui kuno, berlaku tolak ukur berdasarkan 12 shio yang dilambangkan dengan 12 hewan. Lima elemen, yakni logam, kayu, api, air, dan tanah, kata Aji menyimbolkan susunan alam semesta.

“Fengsui lantas populer karena perhitungannya berdasarkan keseimbangan alam, tak mengandung kaitan dengan etnis atau keyakinan tertentu,” kata anggota DPRD Tangerang Selatan itu.

Infografik fengsui. Alinea.id/Firgiawan.

Ia menuturkan, diterimanya konsep dan pola perhitungan fengsui di Indonesia karena karakter masyarakatnya bersifat terbuka dan permisif. Sebagaimana tradisi perayaan dalam bermacam keyakinan, fengsui lantas dengan mudah diterima.

“Buktinya, Halloween dan Valentine dirayakan. Hari Iduladha, Idulfitri, Natal juga dirayakan. Bahkan budaya Korea itu sangat diterima di sini,” ujar salah seorang penulis buku Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara (2013) itu.

Sikap terbuka dan permisif itu, kata dia, tak bisa dilepaskan dari karakter bangsa Indonesia yang terbentuk dari beragam budaya dan ras. Akan tetapi, Aji memandang, bisa saja ada penolakan dari masyarakat terhadap fengsui.

Menanggapi hal ini, Yulius maklum. Menurut Yulius, ada pemahaman ayng belum merata di masyarakat mengenai ilmu fengsui.

“Hanya sekitar 30-50% saja orang yang menuruti masukan atau saran dari konsultasi dengan kami,” kata dia.

Ia beralasan, hal itu umumnya karena terbentur syarat teknis masing-masing klien. Misalnya, saran tertentu terkait renovasi rumah bagian tertentu, takbisa dengan mudah dipenuhi klien karena harus bersinggungan dengan pihak pengembang.

Yulius pun berusaha terus mengedukasi masyarakat tentang ilmu fengsui yang benar, dalam beragam acara.

“Antara lain dilakukan melalui bermacam seminar ataupun program talkshow yang bekerja sama dengan perusahaan lain,” ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid