sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hal-hal yang tidak biasa saat pemakaman BJ Habibie

Pemandangan ganjil saat prosesi pemakaman BJ Habibie: Kedua anaknya turun ke liang lahad dan masyarakat berkerumun di pusara.

Robertus Rony Setiawan Fadli Mubarok
Robertus Rony Setiawan | Fadli Mubarok Jumat, 13 Sep 2019 10:23 WIB
Hal-hal yang tidak biasa saat pemakaman BJ Habibie

Dipadati massa peziarah

Tak hanya itu, pemakaman Habibie dihadiri ribuan warga yang menyesaki area dalam makam. Di halaman pintu depan TMPN Kalibata, puluhan pasukan pengamanan presiden (Paspampres) menjaga ketat ratusan massa yang tidak berkesempatan masuk. 

Alasannya, tambahan warga dikhawatirkan mengganggu jalannya upacara yang dimulai pada pukul 13.30 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara.

Meski panas terik matahari menyengat, masyarakat tidak menjadi surut semangat. Sebagian dari mereka tampak bereaksi tidak sabaran dengan berteriak memohon-mohon Paspamres agar diizinkan masuk. Paspampres bersikukuh menahan arus massa.

Menurut pengamatan Irwansyah, masyarakat yang turut melayat pada pemakaman BJ Habibie siang tadi jauh lebih banyak dibandingkan pemakaman tokoh-tokoh bangsa sebelumnya di TMPN Kalibata.

Dia membandingkan, sewaktu pemakaman Ani Yudhoyono hanya segelintir yang masuk ke area makam. Sementara dalam pemakaman Habibie gerakan massa berkali lipat jumlahnya.

“Waktu pemakaman Bu Ani sekali masuk hanya ada dua-tiga orang. Tapi tadi siang begitu besarnya (jumlah warga), kerumunan, kayak orang demo. Bahkan sampai jam enam sore tadi masih ada beberapa orang datang,” tutur Irwansyah.

Dua orang kakak-beradik Haflan dan Cut yang ditemui pada barisan ketiga di depan Paspamres, mengatakan, mereka datang dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Warga asal Banda Aceh yang telah puluhan tahun tinggal di Depok, Jawa Barat, itu berdiri sambil berimpitan dengan ratusan warga lainnya yang menunggu kesempatan masuk.

Sponsored

Haflan mengungkapkan, siang itu dia ingin menggenapi ziarah ke pemakaman putra-putri terbaik bangsa. Sebelumnya, mereka telah datang pula saat pemakaman Ainun Habibie pada 2010, juga Ani Yudhoyono pada awal Juni 2019 lalu.

“Kalau waktu (pemakaman) Bu Ani, nggak sepenuh ini,” kata Haflan, membandingkan. 

Selain itu, saat Ainun wafat pada 2010, Haflan juga mengikuti tahlilan di rumah duka keluarga Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Kuningan Jakarta Selatan. Haflan mengatakan, dia masih menyimpan buku yasin yang dibagikan saat tahlilan mendoakan arwah Ainun.

Haflan yang sehari-hari berdagang di kios kecilnya di Depok mengungkapkan alasan dia mengunjungi pemakaman Habibie siang itu.

“Kita kan sama-sama orang Indonesia, Pak Habibie juga orang terbaik. Beliau taat ibadah, orangnya santun. Dia juga dekat sama orang biasa, nggak ada jarak,” ujar Haflan.

“Orangnya luar biasa. Rendah hati,” kata Cut menambahkan.

Tak berselang lama dalam penantian itu, mereka bersama dengan warga lainnya memanjatkan salawat. Tanpa didahului aba-aba, kerumunan warga lantas menjelma koor lirih untuk mendoakan keselamatan arwah Habibie.

shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
wa kulli majahid fillah  bi ahlil badri ya Allah

Berita Lainnya
×
tekid