sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kampoeng Gallery: Hidden gem antik di Jaksel

Kampoeng Gallery berdiri berawal dari pemiliknya yang hobi mengumpulkan barang-barang bekas yang bernilai.

Hanifa Nabilla Elansary
Hanifa Nabilla Elansary Selasa, 23 Jan 2024 06:11 WIB
Kampoeng Gallery: <i>Hidden gem</i> antik di Jaksel

Sebuah tempat nongkrong anak muda di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mencuri perhatian karena suasana dan tampilan yang artistik vintage. Namanya Kampoeng Gallery. Lokasinya tak jauh dari pintu keluar Stasiun Kebayoran. Setiap sudutnya terdapat poster, lukisan, buku dan majalah lawas, dan piringan hitam.

Sore itu, Hadratul Abyad, 21 tahun, tengah nongkrong di Café Kampoeng Gallery. Ia mengaku baru pertama kali berkunjung ke Kampoeng Gallery. Ia mengetahui tempat itu dari media sosial dan teman-temannya.

“Tempatnya klasik, jarang kalau di Jambi tidak ada tempat seperti ini. Jadi, ada daya tarik tersendiri, terus juga banyak buku di sini,” tutur mahasiswa Universitas Jambi ini kepada Alinea.id, Selasa (9/1).

Sedangkan Liga Agus Kapsi, 21 tahun, sudah tiga kali ke tempat itu. Ia tertarik dengan suasana lama. “Di Jakarta itu banyak tempat yang lebih modern, tapi di sini nuansanya berbeda, seperti tahun 1980 atau 1990-an,” ujar Liga, Selasa (9/1).

Masnang, 21 tahun, menjadi barista di Café Kampoeng Gallery sejak awal 2021. Sebelum bekerja di sana, ia datang pertama kali sebagai pengunjung pada 2011.

“Pas (awal) datang ke sini kayak (terkesima) ‘wah ternyata ada ya tempat sekeren ini di tengah-tengah Jakarta yang semrawut’,” kata dia, Selasa (9/1).

Bagi Masnang, rasanya ke Kampoeng Gallery seperti masuk ke dimensi lain. Tempat ini, menurutnya, punya ciri khas tersendiri.

“Kalau datang ke sini, sudah pasti disambut dengan baik. Jadi, orang-orang yang datang ke sini sendiri enggak perlu takut karena pasti ada yang ngajakin ngobrol,” tutur Masnang.

Sponsored

Masnang bilang, banyak orang yang ke tempat itu suka seni. Banyak pula yang sekadar mengabadikan tempat itu. “Dari mulai vlogger dan selebgram ke sini. Karena tempat ini kalau dibilang sama anak zaman sekarang itu aesthetics, spot fotonya banyak,” ujar dia.

Ia mengatakan, Kampoeng Gallery sempat viral pada 2022 dan 2023. Banyak konten kreator hingga stasiun televisi yang meliput.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya kan ramainya cuma weekend. Dari dua tahun ke belakang, ramainya setiap hari,” ujar Masnang.

“Harapan saya, tetap menjadi original seperti ini dan semoga tempat ini menjadi wadah untuk anak muda yang ingin berkembang dan para tenant yang ada di sini.”

Kampoeng Gallery adalah sebuah tempat menjual barang-barang antik. Di sana juga ada kedai kopi bernama Café Kampoeng Gallery. Pemiliknya bernama Ivan Moningka, 52 tahun.

Menurutnya, tempat tersebut berdiri sejak 2010. Saat itu belum bernama Kampoeng Gallery. Ia mendirikan tempat itu berawal dari hobi barang-barang antik. “Kebetulan orang tua tinggal di daerah yang pas di sekelilingnya itu jual barang-barang bekas,” ucap Ivan, Selasa (9/1).

Ivan juga menyukai musik dan buku. Tahun 1980-an, ia rajin berburu kaset, piringan hitam, dan buku. Kemudian lantaran harganya cukup mahal dan sulit didapat, Ivan lantas mencari barang-barang bekas.

“Ternyata banyak di luar ekspektasi saya. Ada barang lain yang saya dapatkan,” ujar Ivan.

“Seperti kaset, walkman, gitar, CD, poster, kaus, topi, dan merchandise yang unik-unik.”

Ivan juga seorang backpacker. Ketika keliling beberapa tempat di Indonesia, ia pun membeli barang-barang bekas yang unik. Buat Ivan, barang-barang itu memiliki nilai investasi.

Lalu, tempat itu disulap sebagai tempat berjualan barang-barang antik. “Buat saya, ternyata barang-barang bekas itu punya nilai dan cerita sendiri,” kata Ivan.

Letak Kampoeng Gallery, menurutnya, cukup strategis. Ia pun bekerja sama dengan para pedagang. Kemudian seiring waktu, ia mendirikan kafe di sana. Konsepnya tempat nongkrong.

“Jadi, tempat nongkrong di dalamnya ada beberapa fasilitas, seperti perpustakaan, ruang jamming, ruang diskusi, ruang ngopi, dan ruang makan,” tutur dia.

Menurut Ivan, setiap usaha ada pasang-surutnya. Pada 2014 hingga 2016, kata dia, usahanya sempat mandek. Lantas pada 2017, Ivan dan kawan-kawannya bekerja sama dengan komunitas dari kampus.

Ketika itu, mereka mengadakan acara kolaborasi dengan beberapa komunitas lainnya, terutama yang terkait seni. Dari sana, Kampoeng Gallery mulai terangkat namanya. Usahanya pernah sangat jatuh saat pandemi Covid-19. Namun, kini bangkit kembali.

Di tempat itu, Ivan juga memberikan pemahaman kepada anak-anak muda tentang masalah polusi sampah. Barang-barang bekas, kata dia, bisa dimanfaatkan kembali dan menjadi investasi. Semua barang yang ada di Kampoeng Gallery, sebut Ivan, 80% barang bekas yang sudah dibuang orang karena dianggap sebagai sampah.

“Di dunia ini tidak ada sampah, yang ada hanya salah tempat. Jadi, sampah itu bukan barang yang tidak berguna,” kata Ivan.

Ivan berharap kafenya bisa menjadi lokasi nongkrong yang bermanfaat dan bernilai bagi anak muda. Bukan sekadar nongkrong menghabiskan waktu. “(Di sini) lu bisa baca buku gratis, jamming gratis, menaruh karya lu di sini, dan lu bisa bikin karya di sini,” ujar dia.

“Buat saya, inilah yang sebenarnya tongkrongan yang positif.”

Berita Lainnya
×
tekid