sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Joker diprediksi pelopori ‘seri gelap’ film DC

Joker 2019 tidak sekedar menjual isu sosial. Namun memberikan formula dan gaya bercerita baru.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 11 Okt 2019 22:13 WIB
Joker diprediksi pelopori ‘seri gelap’ film DC

Sepanjang sejarah produksi film yang memuat karakter antagonis Joker, tahun ini tokoh dengan riasan wajah seperti badut itu, hadir dengan cerita sama sekali berbeda. 

Meski berasal dari serial komik DC, film Joker (2019) diperankan oleh Joaquin Phoenix, tidak terkait karakterisasi di dalam komik.

Dikutip dari Empire, sutradara Todd Phillips mengatakan, dia dan Scott Silver menulis skenario film Joker versi mereka sendiri.

“Kami hanya menulis versi kami sendiri, terkait dari mana Joker berasal. Itu adalah hal yang menarik untukku. Kami bahkan tidak mengerjakan Joker, namun ceritanya tentang kemunculan Joker. Ceritanya tentang laki-laki ini (Arthur Fleck),” ucapnya seperti dilaporkan Empireonline.com.

Pilihan Phillips tersebut membuat susunan cerita Joker menjadi spesial. Tercatat ada beberapa film lain dengan muatan tokoh Joker, yaitu serial TV Batman (1960), film layar lebar Batman (1989), Batman: The Dark Knight (2008), dan Suicide Squad (2016). 

Namun, dibandingkan film-film itu, Joker memiliki daya tarik kuat dalam hal perkembangan masalah yang dialami tokoh Arthur Fleck.

Menurut penulis dan editor komik Muhammad Danil Fahmi, keputusan Phillips itu tepat dan berhasil menggaet jutaan penonton. Danil membandingkan pula kisah Joker yang unik, daripada tokoh dalam semesta superhero DC atau Marvel.

“Joker (2019) tak sekadar menjual isu sosial seperti Wonder Woman atau Black Panther. Joker memberikan formula dan gaya bercerita baru,” kata Danil, ketika dihubungi Rabu (9/10).

Menurut Danil, film Joker lantas memberi gebrakan baru dalam wacana film komik dan superhero. Hal ini penting, sebagai inovasi gagasan dan penceritaan film yang semakin kaya dan tidak membosankan.

Keterpisahan Phillips dari DC Extended Universe—semesta film dari Warner Bros Pictures— dinilai Danil, justru memungkinkan karya film Joker yang mandiri dan bebas dari beban alur dengan film serupa. 

Pilihan itu, seakan menyanggah pula kritikan pedas yang menilai, mutu cerita film-film bergenre sekelas superhero akan stagnan.

Danil menguraikan, sutradara kawakan Martin Scorsese pernah menuding bahwa karya film-film superhero Marvel bukanlah “film”. Alasannya karena tidak mendorong penonton berkontemplasi. 

Bahkan Steven Spielberg juga mengatakan, film-film superhero bakal menemui nasib yang sama seperti film koboi.

“Penonton bosan dan ide film seperti itu akan ditinggalkan,” ujar Danil yang juga pengajar Jurusan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Tidar.

Film ini digemari banyak orang, artinya pesan-pesan kepedulian tentang mental illness disimak banyak orang.

“DC Black” atau “DC Dark”

Pamor film Joker yang menyinggung perihal gangguan mental, sebagaimana dialami tokoh utamanya. Lantas menarik perhatian publik dan menjadi buah bibir. 

Danil yang aktif di komunitas penggemar dan penulis komik memandang, antusiasme dan kepedulian publik membahas isu gangguan mental dari film Joker, jadi meningkat.

“Film ini digemari banyak orang, artinya pesan-pesan kepedulian tentang mental illness disimak banyak orang. Diskusi di sosial media tentang komik ini juga bertumbuh dan saling melengkapi,” katanya.

Seperti dikisahkan dalam film, Arthur Fleck berjuang mencari jati diri di Kota Gotham dengan bekerja sebagai badut. Ibunya pernah mengingatkan dia, tentang tujuan hidupnya untuk membuat orang tertawa. 

Kemudian Arthur tampil sebagai komika di malam hari. Tapi sayang, leluconnya yang pahit dan suram itu selalu gagal dan berbalik kepadanya. 

Tumpukan beban psikologis yang dialaminya di masa lalu, turut menambah lukanya hingga membentuk pribadinya sebagai Joker.

Kisah Joker lantas diprediksi, akan menjadi perintis kelompok seri baru film-film DC yang bernuansa gelap. 

Seperti dikutip dari The Hollywood Reporter, film Joker (2019) yang berbiaya sekitar US$ 55 juta berpeluang menjadi label baru “DC Dark” atau “DC Black”. 

Hal ini terkait keinginan Phillips, yang mengatakan film Joker yang dibikinnya tidak untuk dibuat berlanjut atau dengan sekuel.

“Menurut saya itu keputusan tepat. Konon bakal ada DC Black label buat mewadahi film-film DC, yang tidak terkait DC Extended Version (DCEU),” ujar Danil.

Gambaran kisah tokoh Arthur Fleck dalam tekanan keluarga dan orang terdekatnya, menurut Danil, alih-alih terinsipirasi dan mencuplik pokok kisah dari kitab komik Batman terbaik sepanjang masa, yaitu Batman The Killing Joke.

Karakter Joker dalam komik Batman The Killing Joke yang rilis pada Maret 1988 itu diciptakan oleh Alan More dan Brian Bolland. Komik ini memuat spirit tentang manusia yang tertekan dengan lingkungan sosialnya. 

Dalam komik itu, digambarkan bagaimana sosok Joker hanya membutuhkan ‘satu hari buruk’ untuk membuatnya menjadi badut (yang berbuat) jahat.

“Ini interpretasi yang bagus, sedikit-banyak mirip dengan Joker yang diperankan Joaquin Phoenix. Ide yang jenius,” katanya menegaskan.

Benang merah atau gagasan cerita film yang khas mengangkat problem gangguan mental itu dinilai Daniel, juga berhasil dijalankan oleh akting Joaquin Phoenix yang total.

Lalu, jika benar akan ada seri DC Dark atau DC Black, publik akan menjadi penasaran menunggu kehadirannya. 
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid