sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Makan dengan pelan lebih menyehatkan tubuh

Menurut sebuah penelitian baru, makan terlalu cepat justru dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung.

Alia Kirana
Alia Kirana Rabu, 06 Des 2017 17:42 WIB
Makan dengan pelan lebih menyehatkan tubuh

Kamu punya kebiasaan makan dengan cepat, supaya bisa segera melakukan aktivitas lain yang lebih penting? Jika ya, maka kamu harus waspada.

Sebuah studi baru dari Jepang menemukan bahwa orang-orang di sana yang makan terlalu cepat cenderung menjadi obesitas dibandingkan orang-orang yang makan lebih lambat. Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati sekitar 1.100 orang di Jepang dengan usia rata-rata 51 tahun.

Semua peserta menjalani pemeriksaan fisik setelah mendaftarkan diri. Mereka juga menjawab pertanyaan tentang diet, kebiasaan gaya hidup, dan riwayat kesehatan.

Untuk mengevaluasi kecepatan makan, peserta diminta menilai seberapa cepat mereka makan dibandingkan dengan orang lain. Sekitar 6% peserta melaporkan bahwa mereka makan dengan lambat. Sedangkan sekitar 32% mengatakan makan dengan cepat, dan sisanya menilai kecepatan makan mereka adalah sedang atau yang dianggap oleh peneliti sebagai kecepatan makan yang normal dalam penelitian ini.

Setelah lima tahun, studi tersebut menunjukkan bahwa sekitar 12% orang dalam kategori makan cepat mengembangkan sindrom metabolik, dibandingkan dengan sekitar 2% kategori makan lambat, dan sekitar 6% kategori makan normal. 

Jadi pada awal penelitian, tidak ada pria atau wanita yang memiliki sindrom metabolik. Namun lima tahun kemudian, 84 orang telah mengembangkan kondisi tersebut. Dan, pria lebih cenderung makan lebih cepat daripada wanita. Sindrom metabolik merupakan sekolompok gejala yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Seseorang dianggap mengalami sindrom metabolik ketika memiliki tiga dari lima faktor risiko berikut, yakni obesitas sentral (obesitas perut), kadar gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi, dan kadar kolesterol baik atau high density lipopreotein (HDL) rendah.

Tidak merasa kenyang

Ini bukan kali pertama para peneliti mengidentifikasi risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan makan terlalu cepat. Penulis utama penelitian sekaligus ahli jantung di Hiroshima University, Jepang Dr. Takayuki Yamaji mengatakan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa makan yang lebih cepat berkontribusi ke peningkatakan obesitas.

Sponsored

“Tapi sedikit yang diketahui tentang hubungan antara kecepatan makan dan risiko terkena sindrom metabolik,” katanya seperti dilansir dari livescience.com. 

Salah satu alasan mengapa kecepatan makan dapat memengaruhi kesehatan jantung dan lingkar pinggang yaitu karena orang yang makan terlalu cepat cenderung tidak merasa kenyang saat makan. Demikian pernyataan Takayuki. Akibatnya, orang tersebut cenderung makan berlebih, dan mengonsumsi terlalu banyak kalori. Takayuki mengatakan bahwa hal ini tentu bisa menyebabkan obesitas di masa depan.

Hasil penelitian ini telah dipresentasikan di pertemuan ilmiah American Heart Association di Anaheim, California, Amerika Serikat. Meski studi ini hanya melihat kebiasaan makan orang-orang di Jepang, Takayuki menduga bahwa temuan ini mungkin juga berlaku untuk orang-orang di negara lain.

“Hasilnya menunjukkan bahwa makan dengan cepat dikaitkan dengan kenaikan berat badan, kadar gula darah lebih tinggi, dan lingkar pinggang yang lebih besar,” kata Takayuki. “Ini mungkin terjadi pada orang-orang di negara lain,” tambahnya.

Oleh karena itu, Takayuki menyarankan untuk memperlambat aktivitas makanan. Kamu dapat melakukannya sambil menikmati cita rasa dari setiap suapan. Jadi sebelum makan terlalu banyak, mulailah dengan suapan kecil, lalu mengunyahnya dengan sangat lambat.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid