sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mencegah orang terdekat yang ingin bunuh diri

Tidak memberikan nasihat yang berlebihan merupakan salah satu cara mencegah seseorang akan melakukan bunuh diri.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 07 Mar 2019 12:00 WIB
Mencegah orang terdekat yang ingin bunuh diri

Pada Desember 2018, dalam sepekan dua orang mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan bunuh diri. Keduanya merupakan mahasiswa tingkat akhir.

Tak berhenti sampai di situ, pada Februari 2019, seorang sopir taksi pun memutuskan mengakhiri hidupnya. Korban sempat menuliskan pesan yang berisikan permintaan maaf karena telah menyusahkan istri dan anaknya.

Di bulan yang sama, seorang pemuda di Lampung juga memilih mengakhiri hidup, dengan cara melompat dari atas gedung sebuah pusat perbelanjaan.

Peneliti di Human Science Research Council (HCRC) Karl Peltzer dan Supa Pengpid, dalam hasil risetnya berjudul “Suicidal ideation and associated factors among students aged 13–15 years in Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) member states, 2007–2013” di International Journal of Psychiatry in Clinical Practice (2017) menulis, prevalensi bunuh diri pada remaja Indonesia usia 13 hingga 15 tahun termasuk yang paling rendah, hanya 4,2%.

Penelitian yang melibatkan 30.284 anak sekolah di tujuh negara ASEAN ini menunjukkan, prevalensi remaja bunuh diri tertinggi ada di Filipina sebesar 17% dan Vietnam sebanyak 16,9%.

Sementara, dalam penelitian lainnya yang dilakukan Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi berjudul “Suicidal behaviors and associated factors among university students in six countries in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)” di Asian Journal of Psychiatry (2017) disebutkan, prevalensi bunuh diri mahasiswa berusia 18 hingga 30 tahun sebesar 6,9% dari total 231 mahasiswa yang disurvei.

Sama seperti penelitian Peltzer dan Pengpid sebelumnya, prevalensi bunuh diri di kalangan mahasiswa Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN. Prevalensi bunuh diri tertinggi ada di Myanmar dengan 16,3% dan Vietnam sebanyak 15,9%.

Faktor penyebab ingin bunuh diri

Karl Peltzer dan Supa Pengpid dalam penelitiannya menyebutkan, faktor-faktor yang rentan membuat seseorang nekat melakukan bunuh diri, antara lain tinggal di negara dengan pendapatan yang rendah, tak memiliki teman, kesepian, korban perundungan, melakukan perkelahian fisik, kurangnya dukungan dari orang tua atau wali, merokok, dan pernah mabuk-mabukan.

Selain itu, Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi dalam penelitiannya menyebutkan nilai akademik yang jeblok juga menjadi salah satu faktor penyebab bunuh diri pada mahasiswa.

Memberi perhatian kepada seseorang yang ingin melakukan bunuh diri merupakan salah satu cara efektif mencegahnya. (Pixabay.com).

Di samping itu, Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini Hermawan menyebut, seseorang bisa berpikiran untuk bunuh diri karena depresi dan tertekan. Penyebab bunuh diri, lanjut Sani, bisa berbeda pada setiap orang.

“Secara genetis misalnya, ada orang yang punya kecenderungan depresi atau mudah stres bisa menjadi penyebab bunuh diri. Depresi menjadi gerbang seseorang untuk melakukan bunuh diri,” kata Sani ketika dihubungi reporter Alinea.id, Selasa (5/3).

Sementara itu, ahli kajian bunuh diri dan ketua Into The Light—komunitas yang fokus sebagai pusat advokasi, kajian, dan edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa—Benny Prawira Siauw mengatakan, seseorang melakukan bunuh diri karena ada kebutuhannya yang tak terpenuhi.

“Atau ketika dia sudah tak merasakan keterhubungan dengan makna hidup, dia bisa bunuh diri. Tak ada harapan juga bisa membuat orang bunuh diri,” kata Benny saat dihubungi, Rabu (6/3).

Kemudian, kata Sani Budiantini Hermawan, kepribadian introver juga punya kemungkinan lebih besar untuk melakukan bunuh diri dibandingkan kepribadian ekstrover. Sani mengatakan, orang-orang introver cenderung menyimpan masalah mereka sendiri dan tak mau berbagi cerita, sehingga masalah yang ada semakin menumpuk dan menimbulkan beban pikiran.

Akan tetapi, Benny Prawira Siauw mengemukakan pendapat berbeda. Menurutnya, orang-orang berkepribadian introver belum tentu rentan untuk bunuh diri.

Sedangkan dari kelompok usia, Sani yang juga psikolog anak dan keluarga mengatakan, kelompok usia remaja dan dewasa rentan melakukan bunuh diri. Sebab, remaja biasanya sudah mulai peduli dengan penilaian orang-orang di sekitarnya.

“Kalau anak kecil kan masih cuek,” ujar Sani.

Sementara kelompok usia dewasa, biasanya melakukan bunuh diri karena menanggung beban hidup yang berat. “Seperti misalnya dia ngutang, ada masalah keluarga, bisa jadi pemicu dia melakukan bunuh diri,” kata Sani.

Tanda ingin bunuh diri

Benny mengaku, masih perlu kajian lebih banyak seputar bunuh diri. Benny juga mengatakan Indonesia belum memiliki data angka aktual terkait bunuh diri.

“Kesulitannya melakukan kajian bunuh diri itu karena mitos dan ini masih jadi pembicaraan yang tabu. Padahal, pada orang yang pernah melakukan bunuh diri, hal ini bisa membantu mereka karena mereka ingin didengarkan,” tuturnya.

Sementara, bagi mereka yang ingin mencari bantuan ketika muncul pikiran untuk bunuh diri, Benny mengatakan belum tersedia hotline yang siap melayani mereka. Menurutnya, ada sejumlah hal yang harus juga jadi perhatian jika ingin membuka hotline.

“Banyak faktor yang mesti dipertimbangkan untuk membuka hotline, seperti kompetensi sumber daya manusia. Persebaran Psikiater pun tidak merata, masih banyak di Pulau Jawa. Salah-salah memberi saran, bisa berbahaya,” ujar Benny.

Di sisi lain, Sani mengatakan, tanda-tanda seseorang yang akan melakukan bunuh diri bisa dideteksi. Biasanya, gejala itu mirip depresi.

“Biasanya dia gambar-gambar sesuatu, dari unggahannya di media sosial, enggak mau interaksi,” tutur Sani.

Selain yang dikemukakan Sani, American Psychological Association (APA) menjelaskan, tanda seseorang ingin bunuh diri, antara lain berbicara akan melakukan bunuh diri, mengalami masalah makan atau tidur, perilaku yang berubah drastis, menjauh dari teman-teman dan aktivitas sosial, hilang ketertarikan pada sekolah, pekerjaan, atau hobi, menyiapkan wasiat dan pesan kematian, memberikan bendanya yang paling berharga, serta pernah mencoba melakukan bunuh diri sebelumnya.

Mencegah

Jika memiliki orang terdekat yang kerap kali mengancam akan bunuh diri, Sani mengatakan untuk memberikannya perhatian. Namun, kata dia, biasanya orang yang mengancam akan bunuh diri justru tidak melakukan bunuh diri.

“Mereka hanya mencari perhatian,” ujar Sani.

Sementara itu, Benny mengatakan selain memberikan perhatian, juga memberikan kepercayaan diri. “Kita kan enggak pernah tahu ancaman bunuh dirinya itu beneran atau enggak,” tutur Benny.

Benny pun menyarankan untuk mendengarkan kisah mereka yang akan melakukan bunuh diri, bertanya ada apa, dan mengapa bisa berpikir mengakhiri hidup. Namun, bila mereka sudah punya rencana detail, maka risiko bunuh dirinya jadi lebih tinggi.

“Harus terus didampingi. Jika bisa temani mereka, menginap dengan mereka,” kata Benny.

Benny menyarankan agar tidak memberikan nasihat yang berlebihan kepada mereka yang akan bunuh diri. Pemecahan masalahnya, kata Benny, akan datang dari orang itu sendiri.

Berita Lainnya
×
tekid