sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Milly & Mamet: Realita keluarga muda masa kini

Premis di film ini sangat sederhana, yaitu sepasang suami-istri menjalani biduk rumah tangga dan segala tantangannya.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Sabtu, 29 Des 2018 21:00 WIB
Milly & Mamet: Realita keluarga muda masa kini

Film ini bukan kisah Cinta dan Rangga yang kucing-kucingan dalam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Namun, film Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga disebut sebagai spin-off dari AADC.

Film dibuka dengan reuni sekolah geng Cinta (Dian Sastrowardoyo). Hal ini untuk sedikit mengingatkan tentang film drama yang sempat sukses pada 2002. Di situ, Mamet (Dennis Adiswara), siswa “cupu” di sekolah mereka juga turut hadir.

Milly (Sissy Priscillia) hadir bersama kekasihnya Rama (Surya Saputra). Kesibukan Rama membuat dia harus meninggalkan Milly malam itu. Padahal acara belum selesai. Melihat kesempatan tersebut, Mamet kemudian mendekati Milly.

Film dimajukan dengan cepat (fast forward) dengan menampilkan potongan foto-foto mesra Milly dan Mamet. Bahkan mereka melanjutkan hubungan sampai ke pelaminan.

Milly dan Mamet lalu sudah memiliki anak bernama Sakti. Kelahiran Sakti menjadi berkah dan semangat dalam keluarga mereka. Milly berhenti dari pekerjaannya sebagai bankir. Sementara, Mamet yang menjadi koki dan lulus dari sekolah tata boga, kemudian mengurus usaha konveksi milik ayah Milly, Pak Sony (Rudy Salam).

Kehidupan rumah tangga mereka cukup hangat dan harmonis. Milly senang mengasuh Sakti dan menjadi ibu rumah tangga. Mamet dengan gaya kepemimpinan yang santai pun berhasil membina hubungan yang baik dengan para karyawannya.

Film ini dibuka dengan adegan flashback AADC. (www.instagram.com/millymametmovie).

Masalah muncul ketika Mamet harus mengambil keputusan terkait pesanan kaus di konveksi. Mertuanya yang sangat keras, melarang Mamet membuat keputusan tanpa persetujuannya. Emosi ayah Milly itu pecah saat mengetahui Mamet tidak mengindahkan titahnya.

Mamet mundur dari perusahaan ayah mertuanya. Di saat bersamaan, Alexandra (Julie Estelle), sahabat kuliah Mamet menemuinya dan mengajak Mamet membangun bisnis restoran.

Tawaran Alex memang sangat menggiurkan. Sebab, ini adalah mimpi mereka berdua sejak lama. Maklum, keduanya lulusan tata boga dan cinta kuliner. Perseteruan Mamet dan ayah Milly jelas membuka jalan bagi Mamet untuk menerima tawaran dari Alex.

Mamet senang bisa mengejar passion-nya sejak dulu. Milly pun mendukungnya untuk mengejar mimpi tersebut. Dia tak keberatan jika Mamet harus meninggalkan perusahaan ayahnya.

Sementara itu, Alex yang piawai dalam hal manajemen berhasil membujuk pacarnya, James (Yoshi Sudarso), untuk menjadi pemodal tunggal dalam bisnis ini. Di sisi lain, James yang super kaya ternyata memiliki ayah seorang koruptor, yang terlibat kasus pencucian uang.

Masalah lain muncul ketika Milly mulai merasa bosan menjadi ibu rumah tangga. Waktunya hanya digunakan seharian di rumah mengurus Sakti. Di sisi lain, dia juga cemburu terhadap kedekatan Mamet dan Alex.

Baik Milly ataupun Mamet akhirnya berhadapan dengan pilihan antara karier, keluarga, dan cita-cita.

Dekat kehidupan

Film AADC sangat sukses di masanya, karena dekat dengan realita remaja. Serupa, cerita di film Milly & Mamet adalah refleksi dari kehidupan mama dan papa muda saat ini.

Premis di film ini sangat sederhana, yaitu sepasang suami-istri menjalani biduk rumah tangga dan segala tantangannya. Namun, apakah mereka berhasil mengesampingkan ego dan cita-cita?

Kehidupan rumah tangga Milly dan Mamet digambarkan romantis, namun sederhana. Drama kecil menjadi cukup menggemaskan. Jangan bayangkan ada perseteruan yang mengancam pernikahan, seperti dalam film drama lainnya. Tapi, hal ini yang justru membuat film Milly & Mamet menjadi sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Bagaimana tidak, pasangan yang baru menikah pasti akan merasakan manis-manis kehidupan rumah tangga di awal pernikahan. Selanjutnya, mereka pasti akan berjarak, karena ada buah hati yang lahir di antara keduanya. Belum lagi, masalah lain yang muncul, seperti perempuan yang galau memilih antara bekerja di ranah domestik atau publik. Semua terlihat dalam film ini.

Seluruh keberhasilan film ini juga didukung akting cantik para pemain. Sissy Priscillia dan Dennis Adiswara beradu akting dengan sangat baik. Chemistry mereka tampak terbangun dengan sangat natural.

Seluruh adegan mereka di rumah adalah yang terbaik dalam film ini. Saya melihat pasangan yang apa adanya, dengan sedikit kemesraan atau pertengkaran kecil di dalamnya.

Film ini berkisah konflik mama dan papa muda masa kini. (Youtube).

Sebagai sutradara muda, Ernest Prakasa memiliki sense yang sangat bagus dalam menggarap film drama komedi semacam ini. Sutradara yang mengawali karier lewat stand up comedy pada 2011 ini juga mampu mengarahkan akting para pemain dengan baik.

Film terdahulu Ernest seperti Cek Toko Sebelah pun merupakan drama komedi yang kisahnya sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Premis cerita yang membenturkan keinginan (passion) dengan tuntutan keluarga atau orang sekitar di film yang rilis 2016 itu, masih dipakai dalam Milly dan Mamet.

Ernest juga menulis dialog film ini dengan cerdas. Beberapa celetukan para pemain membuat satu bioskop tertawa terbahak-bahak. Tentu saja, humornya bukan slapstik seperti di era 1980-an-1990-an.

Konflik terlalu ringan

Meski demikian, terdapat kekurangan yang ada di film ini. Salah satu yang mengganggu adalah pembangunan konflik dan penyelesaiannya. Film ini mungkin memang dibuat dengan alur dan tema yang biasa-biasa saja.

Sayangnya, itu juga berpengaruh pada pembangunan konflik serta karakter para pemain. Misalnya, perseteruan suami-istri antara Milly dan Mamet selesai hanya dengan penyesalan dan permintaan maaf dari pasangannya.

Selain itu, bisnis Mamet dan Alex yang dimodali uang haram juga masih terus berlanjut. Meskipun, akhirnya Mamet meninggalkan restoran tersebut. Selanjutnya, perseteruan Mamet dan Alex, serta Mamet dan Sony juga hanya selesai begitu saja.

Ernest juga tidak membangun karakter yang unik dari para pemainnya. Milly dan Mamet misalnya, kehilangan karakter awalnya yang ada dalam film AADC. Mungkin sebagian penggemar AADC tidak pernah lupa kalau Milly adalah perempuan dan anggota geng Cinta yang paling lambat berpikir (lemah otak/lemot).

Di film ini, Milly digambarkan “normal” saja. Mamet, siswa yang payah pun kini sudah berubah. Mungkin Milly & Mamet mau lepas dari jerat cerita AADC. Namun, saya pikir karakter kuat keduanya justru akan sangat menarik jika kembali dimunculkan.

3

Akting baik, dekat dengan realita, konflik sederhana.

 

Berita Lainnya
×
tekid