sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pentingnya liburan bagi anak-anak

Liburan sekolah yang panjang dimanfaatkan orang tua mengajak anak-anaknya rekreasi atau bermain. Apa manfaatnya bagi anak?

Rizkia Salsabila
Rizkia Salsabila Selasa, 26 Des 2023 06:25 WIB
Pentingnya liburan bagi anak-anak

Libur sekolah usai ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 sangat panjang, berbarengan dengan libur Natal dan Tahun Baru 2024. Biasanya, kesempatan ini dimanfaatkan orang tua untuk membawa anak-anaknya berlibur.

Sopiah, 42 tahun, misalnya. Ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak ini, biasanya mengajak anak-anaknya ke Pantai Ancol, Monumen Nasional (Monas), atau jalan-jalan naik Moda Raya Terpadu (MRT).

“Saya nyari tempat yang bisa dijangkau sama transportasi umum juga, sekalian mencoba memberi anak suasana bagaimana rasanya naik transportasi umum,” kata Sopiah kepada Alinea.id, Jumat (22/12). “Sekadar jalan-jalan aja.”

Pilihan membawa anak-anaknya ke Monas, ujar Sopiah, supaya mereka mengetahui tempat bersejarah di Jakarta. Lalu, ia bilang, memberikan anaknya pengalaman baru naik transportasi umum.

Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga sekaligus Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini Hermawan, liburan adalah situasi berhenti sejenak dari rutinitas sekolah yang cukup membuat stres. Jika saat liburan sekolah, anak-anak tak ada kegiatan, misalnya bertemu dan bermain dengan teman-temannya, anak-anak menjadi bosan di rumah.

Ia menyarankan, orang tua bisa membuat permainan yang ada di rumah atau membuat rencana-rencana perjalanan yang sesuai dengan kemampuannya.

“Misalnya, masak bareng, nonton televisi bareng, atau nonton film bareng. Intinya, liburan anak itu disambut bersama dan dibuat planning sesuai dengan keinginan dan minat anak,” kata Sani, Jumat (22/12).

Sani juga menuturkan, banyak sekali manfaat liburan bagi anak-anak. “Selain bonding aspek psikologis kesehatan mental karena bahagia, tentunya (mengasah) aspek-aspek skill lainnya (untuk anak),” kata dia.

Sponsored

Dikutip dari the Telegraph, liburan keluarga menjadi penting bila kita membandingkannya dengan apa yang terjadi di rumah. Begitu banyak keluarga yang kehidupannya dipenuhi stres.

Survei yang pernah dilakukan Parent-Play dan Playmobil terhadap orang tua di Inggris menyebut, 65% orang tua mengatakan mereka hanya bermain sesekali dengan anak-anaknya. Lalu, satu dari enam ayah mengatakan, mereka tak tahu cara bermain dengan anak-anaknya. Sepertiga lainnya mengaku, mereka tak punya waktu untuk bermain.

“Hanya seperempat anak yang mengatakan bahwa mereka berbicara dengan orang tuanya lebih dari sekali dalam seminggu tentang sesuatu yang penting,” tulis the Telegraph.

Maka, momen liburan bagi anak-anak menjadi penting untuk menciptakan keterikatan antara orang tua dan anak.

Dikutip dari the Telegraph, ada empat manfaat utama permainan atau mengajak anak-anak berlibur, yakni meningkatkan perkembangan otak, membangun keterampilan dan konsentrasi, meningkatkan kecerdasan intelektual, dan investasi bagi otak.

Terkait perkembangan otak anak, menurut the Telegraph, saat liburan orang tua bisa melatih dua sistem yang sudah tertanam secara genetis jauh di dalam area limbik otak, yang bisa dilakukan dengan mudah di rumah, yakni sistem bermain (play) dan pencari (seeking).

“Sistem bermain di otak dilatih setiap kali Anda membenamkan kaki anak di pasir, menggelitiknya di kursi panjang kolam renang, atau mengajaknya berjalan-jalan di punggung Anda,” tulis the Telegraph.

“Sistem pencarian otak dijalankan setiap kali Anda melakukan penjelajahan bersama ke hutan, pantai, atau sebuah desa.”

Lalu, perhatian dan konsentrasi anak bakal meningkat setelah mereka berada di alam terbuka hanya selama 20 menit. Kemudian, berjalan bersama melewati hutan, menyentuh rerumputan tinggi, nongkrong bersama di bawah hangatnya sinar matahari, atau merasakan pasir di sela-sela jari kaki bisa terkait dengan kecerdasan intelektual yang lebih tinggi pada anak-anak.

Dalam tulisannya di the Conversation, dosen senior pendidikan di Anglia Ruskin University, Sarah Wall mengatakan, liburan membuat anak lebih bahagia dan pintar. Ketika liburan, keluarga dapat menciptakan kenangan bersama dan positif yang bisa dimanfaatkan anak-anak di masa depan.

“Waktu yang jauh dari rutinitas memungkinkan orang tua untuk benar-benar memenuhi kebutuhan anak mereka dengan cara yang menyenangkan,” kata Wall.

“Memiliki lebih banyak waktu bersama orang tua dan bergerak menuju hubungan yang lebih aman, dapat membantu mengurangi kecemasan berlebih pada anak, serta meningkatkan kesehatan mental mereka.”

Lebih lanjut, menurut Wall, mendedikasikan waktu untuk membangun ikatan ini dapat bermanfaat bagi anak-anak ketika mereka kembali bersekolah. Saat anak-anak menjadi cemas, guru di sekolah bisa memanfaatkan hubungan yang lebih kuat ini. Misalnya, kata Wall, panggilan telepon atau pesan dari rumah bisa membantu meyakinkan mereka.

Meski demikian, liburan bisa membuat anak-anak menjadi stres pula. Hal ini, misalnya, jika orang tua bersama anak gagal membuat rencana liburan. “Sehingga (anak) menjadi bosan, stres, jadi marah-marah, dan sebagainya,” tutur Sani.

“Karena kan kalau orang tua kerja juga mungkin tidak bisa full buat anak.”

Hati-hati pula dengan kondisi emosi orang tua. Sebab, menurut pendidik parenting dan pendiri Growing Up Connected, Anita Schmalor dalam Psychology Today, emosi itu menular ke anak-anak.

“(Anak-anak) bagaikan spons yang sangat menyadari keadaan batin kita. Jadi, saat kita stres—yang berarti kita tidak merasa aman—mereka menjadi takut,” tulis Schmalor.

“Hal ini menjadi sangat menegangkan bagi anak-anak ketika mereka merasakan stres ini selama beberapa hari atau minggu.”

Berita Lainnya
×
tekid