Perilaku stalking di media sosial, gangguan jiwa?
Stalking adalah perilaku mencari informasi, sesuai kebutuhan dengan memanfaatkan apa yang telah ada di depan mata.

Dewi Anzanny mengaku, dirinya kerap melakukan aktivitas stalking (menguntit) di media sosial. Biasanya, dia stalking di Instagram. Banyak hal yang di-stalking. Mulai dari tren dan informasi teranyar para pesohor, hingga kekasih baru mantannya.
“Aku stalking karena penasaran,” kata Dewi, saat berbincang dengan reporter Alinea.id, Rabu (30/1).
Selain itu, cukup luangnya waktu membuat dia terdorong melakukan stalking. Dia mengaku, pernah ketahuan ketika stalking kekasih baru mantan pacarnya. Jari Dewi tak sengaja mengetuk tombol suka di salah satu foto kekasih baru mantannya itu.
Risih karena di-stalking
Sama seperti Dewi, Tuhfatul Maula juga suka melakukan stalking. Tuhfa, panggilan akrabnya, punya pengalaman tak menyenangkan dengan perilaku stalking.
Dia pernah melakukan stalking kepada salah seorang laki-laki yang ditaksirnya. Namun, dia menyadari, semakin sering melakukan stalking, peluang dekat dengan laki-laki tersebut pupus.
Tuhfa sendiri juga pernah menjadi korban stalking. Gebetan mantan pacarnya pernah men-stalking-nya dengan membuat akun palsu. Dia mengaku, akun Instagramnya diikuti oleh beberapa akun palsu yang tujuannya hanya untuk stalking.
“Pernah Instagramku privasinya aku buka. Di situ ada beberapa akun yang cuma ngelihat Instagram stories-ku, tapi enggak follow akunku,” kata perempuan asal Sidoarjo tersebut.
Selain itu, Tuhfa juga pernah menerima pesan berantai di Instagram. Di lingkaran pertemanan Tuhfa, bisa dikatakan perilaku stalking dengan akun palsu tersebut sedang menjadi tren. Dia menemukan sudah ada tiga orang temannya yang membuat akun palsu hanya untuk stalking.
“Ya menurutku buat apa sih stalking itu,” katanya.
Selain aktif di Instagram, Tuhfa juga aktif di Twitter. Dia tak masalah jika akun Instagramnya di-stalking orang lain. Namun, hal itu tak berlaku untuk akun Twitternya.
Menurutnya, menulis sesuatu di Twitter harus lebih berhati-hati, karena bisa menjadi jejak digital yang akan menyulitkan di kemudian hari.
“Kalau Twitterku di-stalking baru aku risih, karena di Twitter kan keliatan pemikiran orang itu bagaimana. Harus lebih jaga omongan juga, soalnya kalau jejak digitalnya jelek, nanti bisa pengaruh kalau melamar kerja,” ujarnya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Turis asing berulah, perlukah wisman mendapat karpet merah?
Minggu, 26 Mar 2023 11:15 WIB
Bailout SVB dan pendanaan startup yang kian selektif
Sabtu, 25 Mar 2023 16:05 WIB