sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pihu: Pelajaran berharga pengasuhan anak

Ide film ini mengangkat kisah nyata seorang balita di New Jersey, Amerika Serikat pada Maret 2013.

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Rabu, 06 Feb 2019 15:30 WIB
Pihu: Pelajaran berharga pengasuhan anak

Narasi berlarut-larut

Sepanjang film, Pihu digambarkan berulang kali lolos dari bahaya. Terutama saat dia memanjat pagar balkon apartemen dengan kaki mungilnya, karena boneka kesayangannya nyaris jatuh.

Bila Vinod tak hati-hati, film ini hanya seperti thriller yang cenderung mengeksploitasi ketakutan dan ketidakberdayaan seorang balita. Untungnya, Vinod selamat, lantaran akting aktris cilik yang tampak natural, seakan-akan tanpa skenario. Penonton seolah-olah tak akan melihat pelakon cilik yang memaksa dirinya untuk menangis atau tertawa kikuk. Namun, mirip melihat tetangga kecil, anak, atau saudara sendiri.

Vinod menempatkan tiga kamera di lokasi syuting, mengikuti tingkah Pihu. Dalam beberapa bagian, teknik ini tetap lemah, karena Vinod lalai mengulang skrip dengan sudut pandang yang berulang. Sehingga beberapa bagian tampak hampa dan membosankan.

Pihu tayang pertama kali di bioskop pada November 2018. (Youtube).

India Times melontarkan kritik, menyebut Pihu sebagai film berkarakter terbatas dan satu lokasi, yang biasanya berfungsi dengan baik saat disunting dengan benar. Tapi, narasi Pihu cenderung berlarut-larut. Film ini idealnya paling tidak 20 menit lebih pendek.

Lepas dari kekurangan tersebut, Pihu tetap laik untuk ditonton. Sebab, kita tak hanya bisa belajar soal lika-liku parenting dan keluarga disfungsional, tapi juga menyaksikan ironi lain. Hidup di kota, meski bertetangga dengan banyak orang, kadangkala akan tetap membuat kita saling terasing. Layaknya tetangga di kanan dan kiri apartemen keluarga Pihu, yang tak benar-benar peduli dengannya.

Ada dua hal, pengalaman menonton yang sebenarnya membuat saya terasa menyiksa. Pertama, karena Pihu adalah anak-anak yang jelas sekadar mengikuti insting purba untuk makan jika lapar, menangis jika sakit, dan berjuang untuk memperbaiki dengan segenap kepolosannya.

Sponsored

Kedua, cara sutradara membangun ketegangan dari menit ke menit, membuat jantung mau copot. Bayangkan, mana pernah kita berpikir anak balita yang tak berdaya bisa terjebak di dalam kulkas dan tak bisa membuka pintunya.

starstarstarstarstar3

Cerita out of box dan relevan dengan kondisi kini. Tapi, punya kelemahan dalam sudut pengambilan gambar yang monoton.

 

Berita Lainnya
×
tekid