sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PSBB sebabkan tekanan psikologi sosial hingga depresi pada anak

PSBB memang menciptakan tekanan psikologi sosial bagi anak.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Senin, 20 Jul 2020 13:34 WIB
PSBB sebabkan tekanan psikologi sosial hingga depresi pada anak

Wahana Visi Indonesia melakukan studi terkait penilaian cepat dampak Covid-19 dan pengaruhnya terhadap anak, hasilnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ternyata turut memengaruhi psikologis anak.

Berbagai keterbatasan fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring atau luring menyebabkan anak mengalami tekanan psikologi sosial. Hanya 68% anak yang memiliki akses terhadap jaringan program belajar selama pandemi Covid-19. Sayangnya, tetap masih banyak mengalami kendala, dari jam belajar tak terkontrol hingga kesulitan memahami instruksi guru. Sedangkan 32% sisanya tidak menerima program belajar dalam bentuk apapun.

Bahkan, 47% anak bosan mengaku telah bosan tinggal di rumah. Sebesar 35% anak khawatir ketinggalan pelajaran, 34% anak takut terpapar Covid-19, 20% anak merindukan teman-teman sekolahnya, 15% anak merasa tidak aman, dan 10% anak khawatir tentang penghasilan orang tuanya.

“Jadi, anak juga ikut berpikir masalah orang tua,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Kementerian Kesehatan, Fidiansjah dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (20/7).

Di sisi lain, sebesar 11% anak mengalami kekerasan fisik dalam proses belajar yang tentunya tak lazim. Sementara itu, sebesar 62% anak mengaku mengalami kekerasan verbal. “Potret tersebut menggambarkan betapa tinggi persoalan kesehatan jiwa pada anak dan remaja pada masa pandemi ini, kalau tidak diantisipasi dengan cepat,” ucapnya.

Sementara pemerhati kesehatan jiwa anak dari UNICEF Ali Aulia Ramly mengatakan, berbagai studi juga mengkonfirmasi, PSBB memang menciptakan tekanan psikologi sosial bagi anak. Misalnya, turut melahirkan rasa takut berlebihan karena merasakan dampak pandemi Covid-19. Isolasi mandiri bisa memicu depresi pada anak karena merasa bosan berada di rumah dalam waktu yang relatif lama tanpa pernah berinteraksi dan berkegiatan dengan teman-temannya.

Pada studi terkait dalam isolasi ketika perang dan ebola, anak-anak dan remaja juga merasakan depresi. Bukan hanya pada fase isolasi, tetapi juga hingga pascasituasi perang dan ebola.

Di Indonesia, berbagai studi terkait dampak Covid-19 bagi anak di Indonesia terkendala pengumpulan sumber yang dilakukan secara daring. “(Berbagai studi) itu pun menunjukkan bahwa bisa memicu depresi, tetapi yang tidak kita ketahui adalah perbandingan dengan situasi sebelumnya,” ujar Aulia.

Sponsored
Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid