sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Quarter life crisis dan hubungannya dengan depresi

Di Amerika hanya 26% orang mengalami krisis paruh baya.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Kamis, 20 Jan 2022 20:57 WIB
Quarter life crisis dan hubungannya dengan depresi

Quarter life crisis atau krisis hidup paruh baya di mana setiap orang mengalami kebingungan akan pilihan-pilihan hidup merupakan depresi untuk sebagian kalangan. Namun, sejauh ini belum ada bukti ilmiah mengenai apakah quarter life crisis selalu membawa depresi. 

Sebaliknya, tidak semua orang mengalami krisis paruh baya. Bahkan, penelitian menunjukkan krisis paruh baya bukanlah masalah bagi orang-orang di banyak bagian dunia. Krisis paruh baya untuk sebagian orang adalah gagasan yang erat kaitannya dengan konstruksi sosial. 

Di Amerika Serikat, merujuk pada survei nasional midlife, hanya 26% orang mengalami krisis paruh baya.

Satu dari empat orang di dalam survei itu mengatakan, krisis bukan disebabkan oleh usia, melainkan karena peristiwa besar yang mempengaruhi hidup mereka. Itu berarti orang-orang di usia 40-45 tahun pun dapat mengalami krisis yang sama. 

Faktor-faktor pemicu krisis adalah perubahan hidup seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, atau relokasi. Quarter life crisis bukanlah diagnosis medis, itu sebabnya konsep ini sulit diteliti oleh para pakar.

Seperti dilansir dari Very Well Mind pada Kamis (20/1) menyebutkan, sebenarnya tingkat depresi tertinggi justru dialami wanita berusia 40-59 tahun di Amerika Serikat dengan tingkat depresi sekitar 12,3%. Data ini dihimpun oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Tingkat bunuh diri tertinggi pun terjadi pada rentang usia 45-54 tahun bagi warga kulit putih Amerika Serikat.

Kemudian, muncul pertanyaan, apakah krisis paruh baya menyebabkan depresi? Apakah depresi menyebabkan krisis paruh baya? Atau, apakah depresi yang dialami orang selama paruh baya hanya disebut sebagai krisis paruh baya? Demikian pula, apakah krisis paruh baya meningkatkan risiko bunuh diri? Tidak ada yang tahu pasti apakah krisis paruh baya terpisah dari krisis kesehatan mental yang mungkin terjadi selama tahap kehidupan seseorang.

Kabar baiknya, sebuah studi pada 2016 yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Development menemukan sisi positif dari krisis paruh baya yakni tentang rasa ingin tahu. Para peneliti menemukan, orang-orang yang mengalami krisis, termasuk krisis paruh baya, mengalami peningkatan rasa ingin tahu tentang diri mereka sendiri dan dunia lebih luas di sekitar mereka.

Sponsored

Kesulitan dan ketidakpastian yang dialami orang-orang dengan krisis membawa keterbukaan terhadap ide-ide baru. Lalu, hal itu dapat membawa wawasan dan solusi kreatif. Rasa ingin tahu itu dapat menyebabkan terobosan atau peluang baru.

Kabar baik itu tetap harus diiringi dengan kewaspadaan. Kamu tetap harus mengenali tanda-tanda ketika krisis paruh baya memberi tekanan mental berlebih. 

Putuskan segera hubungi tenaga profesional jika tekanan emosional telah mengganggu kualitas tidur atau nafsu makan. Kamu tidak lagi berkonsentrasi di tempat kerja atau mulai merasa sakit akibat pikiran. Terlebih, jika susana hati meningkatkan pertengkaran dengan orang-orang yang tinggal serumah. Terakhir, kamu telah kehilangan minat terhadap hal-hal yang selama ini disukai.

Berita Lainnya
×
tekid