sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rapid test tidak digunakan untuk kepentingan diagnostik

Rapid test dapat digunakan untuk penapisan atau skrining.

Hermansah
Hermansah Sabtu, 18 Jul 2020 21:27 WIB
Rapid test tidak digunakan untuk kepentingan diagnostik

Pada pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 revisi kelima oleh Kementerian Kesehatan, menjelaskan, penggunaan rapid test tidak digunakan untuk kepentingan diagnostik. 

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menyebut, pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas pemeriksaan, seperti PCR atau test dengan sampel swab, rapid test dapat digunakan untuk penapisan atau skrining. Juga dapat digunakan pada populasi tertentu, yang dianggap berisiko tinggi. Selanjutnya yang sering digunakan, yakni pada situasi khusus seperti pada pelaku perjalanan. Serta untuk menguatkan pelacakan kontak erat dan pada kelompok kelompok rentan risiko. 

Apalagi banyak pasien terkonfirmasi positif Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala apapun. 

"Tanggung jawab tersebut dapat kita wujudkan dengan rutin memeriksakan diri. Bisa dengan melakukan rapid test, dan kemudian dilanjutkan dengan swab test apabila diperlukan," terang Reisa saat konferensi pers Gugus Tugas Nasional di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (18/7).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan rapid test hanya untuk tujuan penelitian epidemiologi, atau penelitian lainnya yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian virus Corona. 

Indonesia kini sudah bisa membuat alat rapid test sendiri dengan tingkat akurasi yang tinggi. Ini membantu agar deteksi dapat dilakukan dengan lebih banyak dan luas. Selain itu, pemerintah juga mendukung pembuatan alat tes PCR buatan dalam negeri.

Namun pemeriksaan PCR harus dilakukan dengan strategi yang jelas. Pengambilan dan pemeriksaan spesimen diprioritaskan pada pasien yang memenuhi definisi kasus suspek Covid-19. Terutama untuk manajemen klinis, dan atau pengendalian wabah yang harus dilakukan secara cepat. Spesimen yang didapatkan dari suspek tersebut akan melalui pemeriksaan dengan metode deteksi molekuler, Nucleid Acid Amplification Test (NAAT). 

Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan PCR atau VTM yang direkomendasikan adalah pengambilan spesimen di nasofaring, di ujung hidung atau ujung bagian tenggorokan dalam. Pemeriksaan tersebut adalah dengan memasukkan swab yang terbuat dari dakron atau rayon steril, dengan tangkai plastik atau jenis flox swab, yang tangkainya lebih lentur ke dalam hidung. Sampel cairan tersebut kemudian akan dikirimkan ke laboratorium, yang saat ini sudah lebih dari 300 laboraturium siap uji.

Sponsored

"Tindakan pemeriksaan tidak berbahaya sama sekali. Ini sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan kita. Dan yang sangat penting, agar dapat dilakukan tindakan cepat untuk mengobati apa bila kita terinfeksi," tutup dr. Reisa.

Berita Lainnya
×
tekid