close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Irene Agrivina (kiri), Tita Salina (kedua kiri), Tubagus Andre Sukmana (kedua kanan), dan Dewi Noviami (kanan), dalam Diskusi Lebaran bertema Teater, Teknologi, dan Sains, di Jakarta, pada Selasa (6/12/2022). Alinea.id/Erlinda PW
icon caption
Irene Agrivina (kiri), Tita Salina (kedua kiri), Tubagus Andre Sukmana (kedua kanan), dan Dewi Noviami (kanan), dalam Diskusi Lebaran bertema Teater, Teknologi, dan Sains, di Jakarta, pada Selasa (6/12/2022). Alinea.id/Erlinda PW
Sosial dan Gaya Hidup
Rabu, 07 Desember 2022 08:36

Seni teater bisa melibatkan teknologi dan sains

Salah satu kerangka modernitas dalam era modern adalah memisahkan satu bidang dengan bidang lainnya.
swipe

Festival Teater Jakarta (FTJ) 2022 menggelar diskusi bertajuk "Teater, Teknologi, dan Sains", Selasa (6/12). Kegiatan ini dalam rangkaian acara Lebaran Teater.

Sharing Committee Festival Teater dan Lebaran Teater, Dewi Noviami, menyatakan, tema ini dipilih karena salah satu kerangka modernitas dalam era modern adalah memisahkan satu bidang dengan bidang lainnya. Akibatnya, agenda rasionalitas cenderung instrumental.

"Adanya pemisahan inilah yang membuat jarak antara satu bidang seni dengan seni lainnya juga bidang di luar seni, semacam sains dan teknologi, yang pada praktik-praktiknya selama ini tidak saling terhubung," tuturnya.

Padahal, menurut Dewi, perkembangan seni pertunjukan kontemporer dan eksperimentasi dramaturgi teater sudah banyak melibatkan penggunaan ranah sains dan teknologi dalam struktur pertunjukannya. Seni pertunjukan teater juga sering mengangkat tema sains dan teknologi.

"Usaha menghubungkan teater dan sains itu sendiri tidak lepas dari mencairkan dua bidang yang terlanjur dipisahkan dalam kultur modernitas tersebut sembari memperluas kemungkinan seni pertunjukan teater secara lintas disiplin," lanjutnya.

Dari diskusi ini, Dewi berharap hasilnya menjadi refleksi letak berbagai kelemahan teater nasional di Indonesia. Selain itu, menumbuhkan teater menjadi lebih sehat.

Pada kesempatan sama, seniman kontemporer yang fokus pada isu sosial, gender, lingkungan hidup, dan perkotaan, Tita Salina, mengatakan, teknologi menjadi kepanjangan tubuh manusia dalam menangkap informasi dan seni sehingga memberikan pemahaman baru.

"Dalam program Ziarah Pantura yang saya dan tim lakukan beberapa waktu lalu, kita banyak meng-capture fenomena alam dan sosial dengan memanfaatkan teknologi, seperti drone, pengukur radiasi nuklir, sound recorder, dan banyak lagi yang sulit bagi indra manusia untuk menjangkaunya," paparnya.

Tita lantas menunjukkan bagaimana peran teknologi menceritakan masa lalu manusia, seperti mengidentifikasi kerangka dan fosil manusia pada masa lampau untuk mengetahui kehidupan lalu. Teknologi juga bisa mengabadikan proses yang sulit dilihat manusia, seperti kebakaran hutan, jika dilihat dari atas dengan drone. Bahkan, teknologi bisa memprediksi kehidupan manusia pada masa mendatang sehingga mengubah kebiasaan.

Sementara itu, saintis yang juga bergelut dalam seni dan teknologi, Irene Agrivina, bercerita tentang banyaknya teknologi dan sains yang mudah dipahami dengan pertunjukan.

"Kami yang berkantor di Yogyakarta, beberapa kali menampilkan pertunjukan baik bagi anak-anak sekitar studio, pelajar di sekolah, mahasiswa, hingga masyarakat umum tentang teknologi dan sains. Contohnya, dulu kita pernah menampilkan teknologi dan sains kepada petani di sekitar Yogyakarta tentang cara mengetahui jadwal tanam dan panen," tandas Irene.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan