sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strawberry Generation: Bekerja sesuai passion bukan berarti bersedia dieksploitasi

Beberapa orang justru bekerja hanya dengan tujuan ingin dikompensasi dan dihargai.

Nadia Lutfiana Mawarni
Nadia Lutfiana Mawarni Selasa, 01 Mar 2022 11:56 WIB
Strawberry Generation: Bekerja sesuai passion bukan berarti bersedia dieksploitasi

Istilah strawberry generation banyak disematkan pada anak-anak muda di bawah milenial. Para baby boomers menganggap anak-anak yang lahir di era 2000-an sebagai generasi yang rapuh, gampang menyerah, dan tidak kuat menghadapi tantangan. Namun mereka yang terkena stereotipe sebagai strawberry generation berbicara sebaliknya.

Bertentangan dengan anggapan populer yang menyebutkan bahwa anak muda percaya pada lingkungan kerja yang menyenangkan, beberapa orang justru bekerja hanya dengan tujuan ingin dikompensasi dan dihargai.

Seorang Jurnalis di Singapura Grace Yeoh mengatakan saat awal-awal bekerja dia benar-benar termakan dengan kutipan Mark Twain yang menyebutkan bahwa passion tidak hanya diperlukan untuk kepuasan karier, namun juga pencapaian bagi dirinya sendiri. Memiliki passion seolah-olah jam kerja anda akan lebih baik dibandingkan orang lain.

Padahal bagi sebagian strawberry generation menjadikan tempat kerja layaknya keluarga adalah sebuah masalah. Tenaga mereka hanya dihargai sebatas pujian atau tempat kerja yang nyaman, bukan kompensasi keuangan.

Seperti ditulis CNA Insider, konsep memiliki passion kadang bersifat bias di tempat kerja. Passion lebih dari sekadar kata kunci yang saat ini sedang tren di kalangan generasi muda. Sebaliknya, passion justru akan memunculkan sisi yang samar terhadap pekerjaan sekaligus kebanggaan semu dalam pekerjaan. Seiring waktu, passion sering dikambinghitamkan menjadi hal yang eksploitatif seperti praktik lembur tidak dibayar, gaji rendah, atau magang tanpa bayaran.

Dalam sebuah studi tentang eksploitasi passion di tempat kerja yang diterbitkan pada tahun 2019, para peneliti dari Duke University Amerika Serikat menemukan bahwa passion dianggap sebagai alasan sah untuk membuat karyawan yang bersemangat meninggalkan keluarga untuk bekerja pada akhir pekan, bekerja tidak dibayar, dan menangani tugas-tugas yang tidak terkait yang tidak ada dalam deskripsi pekerjaan.

Studi ini juga menemukan kecenderungan eksploitasi passion muncul dari dua keyakinan, pekerjaan itu adalah hadiahnya sendiri dan bahwa karyawan itu akan menjadi sukarelawan. Secara lebih buruk passion bahkan dianggap sebagai rasa lapar yang harus diberi makan dengan pekerjaan untuk memuaskan keingintahuan.

Kelaparan menyiratkan kesediaan untuk bertugas di luar pekerjaan, atas nama pengalaman dan pembelajaran, apakah ini berarti secara teratur menarik jam kerja yang panjang atau mengambil tugas tambahan di luar lingkup pekerjaan seseorang.

Sponsored

Akhirnya, konsep ini menciptakan ketegangan antara pengusaha dan karyawan, terutama milenium yang sudah menanggung beban karena harus membuktikan bahwa mereka bukan strawberry generation.

Berita Lainnya
×
tekid