sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Takut ke dokter gigi? Kisah ini mungkin bisa menginspirasi Anda

Pasien gigi yang rela menderita bertahun-tahun hanya karena takut ke dokter gigi.

Fitra Iskandar
Fitra Iskandar Minggu, 23 Jan 2022 16:35 WIB
Takut ke dokter gigi? Kisah ini mungkin bisa menginspirasi Anda

Para dokter gigi mungkin hanya bisa menghela nafas ketika menghadapi pasien yang menderita penyakit gigi yang menahun. Bukan karena tingkat kesulitan untuk penanganannya, tetapi karena mengetahui derita itu ada sebab 'kebandelan' pasien itu sendiri. 

Drg Farrah Juwita Yamin bercerita suatu hari ia kedatangan pasien wanita berumur 23 tahun. Karang giginya menumpuk. Baginya, menghadapi pasien dengan karang gigi yang menumpuk dengan berlevel-level, seperti 1,2,3 adalah hal biasa, tetapi kali ini ia takjub.
 
"Awalnya saya tidak yakin apa yang menyebabkan kalkulus terakumulasi di situ, dan dari hasil anamnesa sesuai dengan perkiraan saya ternyata terdapat gigi di bawah karang tersebut," kata dokter Farrah yang bekerja di RS Mitra Keluarga Tegal itu.

Kalkulus gigi adalah lapisan kotoran yang menempel dan mengeras pada permukaan gigi. Lapisan ini tidak bisa dibersihkan dengan cara disikat

Karang gigi atau kalkulus merupakan akumulasi dari plak dan zat kapur yang berada di air liur, yang seiring waktu mengeras menjadi karang di gigi. Plak sendiri terdiri dari lapisan bening di gigi (perikel) dan kuman.

Pembentukan karang gigi dapat dicegah dengan rajin menyikat gigi secara rutin dua kali sehari yaitu pagi dan sebelum tidur. Karena jika tidak, deposit bakteri ini akan terakumulatif terus menerus dan mengeras oleh adanya zat kapur di air liur sehingga tidak mudah dibersihkan hanya dengan menyikat gigi saja.

"Kalau sudah begini perlu datang ke dokter gigi untuk dibersihkan dengan alat khusus yang disebut scaller, tindakan pembersihan karang gigi disebut dengan scalling," kata Drg Farrah.

Kembali ke cerita. Dugaan Drg Farrah benar, setelah karang gigi dibersihkan, ia melihat gigi geraham di bawah, bekas tumpukan plak itu.

"Saya tanya kenapa tidak pernah dicabut, padahal itu pasti mengganggu apalagi usia pasien yang sudah dewasa, dan alasan pasien adalah karena selama ini takut mencabut gigi," kisahnya.

Sponsored

Drg Farrah kemudian memberi sedikit pemahaman kepada pasiennya, bahwa ketakutannya mencabut gigi membuat masalah  pada gigi dan mulutnya semakin bertambah parah.

Hanya karena takut, yang sebenarnya tidak beralasan, ia menderita sakit gigi berkepanjangan. Padahal, dengan kondisi mulut, seperti yang ia lihat itu, akibatnya sangat merugikan. Penderita pasti mengalami halitosis (bau mulut dan tidak higienis). Dan itu pasti masalah besar.

"Secara estetika pun tidak perlu dijelaskan lagi. Tapi pasien lebih memilih tidak nyaman dari pada mencabutnya," Drg Farrah merasa tak habis pikir.

Bagi yang setipe dengan pasien yang takut ke dokter gigi, mungkin cerita Drg Farrah ini bisa mendorong Anda untuk mengatasi kecemasan itu, dan memilih duduk di kursi perawatan gigi.

"Setelah itu gigi tersebut langsung saya cabut, dan pasien mengaku tidak merasa sakit sedikit pun."

Bila pasien segera datang ke dokter gigi setelah memiliki keluhan, tentu ia tidak harus menanggung sakit dan masalah gigi yang berlarut-larut. Toh, ternyata proses penanganan gigi, seperti pada pasien ini, berlangsung aman dan tidak menyakitkan, seperti yang dibayangkan pasien.

"Mengalahkan rasa takut lebih penting demi menjaga kesehatan Anda," pesan Drg Farrah.

Berita Lainnya
×
tekid