sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terasing gara-gara media sosial

Masyarakat berusia antara 16 hingga 36 tahun mayoritas membunuh waktu untuk mengakses internet dan media sosial selama 6 jam.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 08 Feb 2019 18:31 WIB
Terasing gara-gara media sosial

Citra diri semu

Tak bisa ditampik, membagikan pengalaman atau citra diri melalui media sosial memang mengasyikan. Namun, Ayoe mengingatkan, ada citra diri yang tak utuh dan jujur dari foto-foto atau tulisan yang diunggah.

“Sebetulnya apa yang ditampilkan di dalam media sosial kerap kali tidak menunjukkan gambaran diri yang sebetul-betulnya. Itu belum tentu sama dengan yang dialami oleh orang yang menampilkannya,” ujarnya.

Di sisi lain, pengamat media sosial Ismail Fahmi memandang, efek penggunaan media sosial berlebih mengalienasi penggunanya. Dia mengatakan, umumnya Facebook dan Twitter dipakai sebagai saluran bagi publik untuk mengakses berita dan menghubungkan dengan sesama kelompok.

Kemajuan teknologi membentuk relasi pertemanan versi baru melalui medium digital. (Pixabay.com)

Namun, kata dia, penggunaan media sosial berlebih membuat masyarakat akan mengalami “kehausan emosi.”

“Kebutuhan untuk menyalurkan emosi makin tak terpenuhi. Kebutuhan menjalin relasi dan perjumpaan riil dalam keseharian menjadi berkurang,” kata dia.

Media sosial semakin menjauhkan seseorang dari kehidupan riil.

Sponsored

Maka dari itu, dia pun mewanti-wanti pengaruh media sosial yang dapat mengganggu perkembangan keharmonisan dalam keluarga. Perjumpaan anggota di dalam keluarga, seperti anak dengan orang tua, telah digerus oleh keaktifan anak menggunakan media sosial.

“Orang tua sekarang ini kalau mau tahu perkembangan anaknya harus dengan mem-follow IG (Instagram) anaknya, Twitter-nya, dan semua update yang dilakukan anaknya. Meskipun bertemu langsung di rumah, orang tua juga malah lebih mengenal anaknya dari teman-temannya,” ujar Fahmi.

Dia pun menekankan, keterbatasan manfaat yang ditawarkan media sosial. Kata Fahmi, yang disentuh oleh media sosial hanya sisi kognitif dan pendapat kita terhadap hal tertentu.

“Itu pun malah membuat kita teralienasi,” kata Fahmi.

Berita Lainnya
×
tekid