sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tips investasi persiapan sebelum pensiun

"Kita itu kerja paling 30 tahun hingga pensiun. Kalau setahun kita menabung di bank Rp5 juta, maka 30 tahun hanya Rp150 juta tanpa return"

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Rabu, 13 Feb 2019 00:13 WIB
Tips investasi persiapan sebelum pensiun

Idealnya, masa pensiun adalah waktu menikmati istirahat bersama keluarga setelah bekerja selama usia produktif. Sebagai pekerja, tentunya harus memikirkan rencana masa depan dengan cara menyiapkan dana pensiun.

Namun, tak banyak masyarakat yang mengetahui bagaimana cara menyiapkan dana pensiun selain menabung di celengan maupun di bank agar uangnya aman. Padahal, banyak sekali instrumen menabung atau investasi saat ini yang memiliki imbal hasil yang tak sedikit.

Head of Sales and Distribution PT Ashmore Indonesia Steven Satya Yudha mengatakan, untuk menyiapkan investasi yang akan dipetik dalam jangka waktu panjang dibutuhkan instrumen investasi dengan return yang bisa menutupi inflasi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahun kalender Januari-Desember 2018 sebesar 3,13%. "(Dengan demikian) mulailah investasi sejak dini. Sebab jika semakin lama maka persentase porsi untuk investasi pensiun semakin besar," kata Steven di Jakarta, Selasa (12/2).

Steven menjelaskan, inflasi saat ini setiap tahunnya sekitar 3%-4%. Jika tujuan pensiunnya ingin berfoya-foya yang bersifat konsumtif seperti membeli vila, melawan inflasinya akan lebih berat. Menurutnya inflasi untuk konsumtif itu sekitar 10%-20%. Kalau secara keseluruhan memang 3%.

"Kita itu kerja paling 30 tahun hingga pensiun. Kalau setahun kita saving di bank Rp5 juta, maka 30 tahun hanya Rp150 juta tanpa return retur. Padahal 30 tahun ini masa yang singkat," ujarnya.

Menurutnya, jenis investasi dalam 15 tahun pertama dia menyarankan untuk memilih instrumen investasi yang memiliki return tinggi yang tentunya risikonya juga tinggi seperti saham ataupun reksa dana saham. Lalu untuk 15 tahun setelahnya dia menyarankan untuk memilih instrumen investasi dengan profil risiko rendah.

"Investasi mulai tidak dari investasi yang konservatif. Kalau tubuh masih kuat mulai pilih investasi dengan agresif yang cenderung return lebih tinggi. Kemudian 15 tahun berikutnya tentu mulai masuk ke instrumen yang konservatif. Kalau dibalik tidak bagus juga buat kesehatan kita," kata dia.

Sponsored

HSBC / Eka Setiyaningsih-Aliena.id

Belum siap hadapi pensiun

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh HSBC yang bertajuk Future of Retirement, Bridging The Gap, menunjukkan banyak pekerja Indonesia yang belum siap untuk menghadapi masa pensiun. Bahkan, baru 30% dari 1.050 responden yang menyatakan telah menabung untuk mempersiapkan masa pensiun.

Sementara, sebanyak 76% responden usia kerja (di atas 21 tahun) yang mengharapkan adanya dukungan finansial dari anak mereka kelak saat pensiun. 

Helath of Management HSBC Indonesia Steven Suryana pun mengatakan, survei yang dilakukan hanya 24% dari pensiunan di Indonesia yang menerima dukungan finansial dari anaknya.

"Yang juga mengkhawatirkan adalah lebih dari 3/4 responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya,” ujar Steven.

Jika dibandingkan negara lain, secara fakta, angka ketergantungan finansial pensiunan Indonesia cukup rendah jika dibandingkan dengan 16 negara lain yang dilibatkan dalam survei ini. Secara rata-rata global, angka ketergantungan pensiunan terhadap anak sebesar 16%, sementara Indonesia sebesar 24%.

Negara dengan pensiunan yang tergantung secara finansial kepada anak tertinggi adalah Hong Kong yang mencapai 55%, disusul oleh Malaysia dan Singapura yang masing-masing sebesar 36%. Sementara negara dengan ketergantungan finansial pensiunan terendah adalah Prancis yang hanya 2%.

Menurutnya, budaya menjadi faktor yang memengaruhi ketergantungan tersebut. Seperti Hong Kong, orang tua yang secara financial didukung anaknya cukup tinggi, tapi negara lain seperti Amerika Serikat, Prancis dan Kanada hanya 2%-3%. 

"Indonesia mungkin nanti mengarah ke situ juga. Karena tingkat pendidikan sudah tinggi, mikirnya orang tua juga bisa mengurus hidupnya sendiri, jadi sudah masing-masing," lanjut dia. 

Steven mengatakan, dalam survei ini kelompok responden pensiunan dibagi menjadi dua, yaitu pensiun aktif dan pensiun yang sudah mulai mengalami perlambatan aktivitas. 

Pensiunan yang masih aktif sebesar 73% akan bergantung pada tunjangan dari tempat kerja, dan 57% dari tabungan, padahal seiring berjalannya waktu jumlah tabungan pensiun akan terus berkurang. Sehingga, penting bagi pensiunan untuk mulai berinvestasi dan menabung sedini mungkin.

“Kesadaran akan kebutuhan realistis di hari tua dapat memulai percakapan yang penting untuk perencanaan pensiun. Yang pasti, semakin dini kita mempersiapkan diri, semakin bisa kita mewujudkan mumpi menjadi crazy rich retiree di Indonesia,” jelasnya.

Steven mengatakan, tidak ada formula yang tepat untuk menghitung berapa kebutuhan dana yang harus disiapkan untuk pensiun. Perlu perhitungan tersendiri dari masing-masing individu. 

Misalnya saja, membuat daftar apa saja yang diinginkan saat masa pensiun. Seperti ingin menyekolahkan anak ke luar negeri, memiliki vila atau bahkan ingin memiliki sebuah pemancingan pribadi. Lalu dihitung perkiraan biaya, kemudian biaya hidup sehari-hari nantinya. Sehingga tidak menyusahkan anak cucu.

"Misalnya, butuh Rp500 juta, masa pensiunnya 20 tahun lagi. Tapi harus diperkirakan juga, Rp500 juta saat ini dengan 20 tahun lagi dengan perkembangan inflasi pasti juga akan bertambah," terangnya.

Namun, lanjutnya, tetap memerhatikan dan menyesuaikan portfolio investasi yang sesuai dengan berbagai risiko yang ada. Selain itu harus bisa menyisihkan dana masuk untuk investasi dan kebutuhan sehari-hari.

"Jika bisa menyisihkan hingga 40% sangat baik. Namun jika tidak maka normalnya juga bisa 10% dari total pemasukan setiap bulannya," pungkasnya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia atau dikenal dengan nama Akseleran adalah sebagai salah satu platform P2P Lending yang mudah, aman, dan menguntungkan dengan memberikan rata-rata imbal hasil kepada setiap pemberi dana (lender) sebesar 18%-21% per tahun. Dimulai hanya dengan Rp100.000 kamu sudah bisa memiliki investasimu sendiri, kamu juga bisa menggunakan kode promo ALINEA untuk mendapatkan saldo gratis investasi awal senilai Rp100.000. Untuk kamu yang tertarik mengajukan pinjaman dana usaha, kamu bisa menghubungi Faizal (+62858-83821591) Christopher (+62818-767784) Atau untuk kamu yang tertarik mengenai investasi P2P Lending bisa langsung menghubungi Eben (+62811-9300443) via email team@akseleran.com. • • #alineadotid #akseleran #UKM #B2B #investasi #modal #usaha #invoice #lokerjakarta #cashflow #lowongankerja #bisnis #pengusaha #finance #deposito #bank #emas #p2p #lending #tabungan

A post shared by Alinea (@alineadotid) on

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid