sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kartu Prakerja beralih fungsi gara-gara pandemi

Pada saat pandemi Kartu Prakerja juga ditujukan bagi masyarakat terdampak Covid-19.

Syah Deva Ammurabi
Syah Deva Ammurabi Kamis, 30 Apr 2020 19:28 WIB
Kartu Prakerja beralih fungsi gara-gara pandemi

Pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp20 triliun untuk Program Kartu Prakerja yang menjadi salah satu bantuan sosial untuk mengatasi dampak Covid-19. Anggaran ini akan disalurkan bagi 5,6 juta peserta dengan nilai bantuan Rp3.550.000 tiap orangnya yang terdiri dari bantuan biaya pelatihan kerja sebesar Rp1.000.000 dan dana insentif pasca pelatihan sebesar Rp2.550.000.

Hingga Selasa (28/4), sebanyak 8,6 juta orang sudah mendaftarkan diri melalui situs web prakerja.go.id. Adapun sebanyak 168.111 orang lolos gelombang pertama dan 288.154 orang lolos gelombang kedua pendaftaran.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kemenko Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin menjelaskan, program ini awalnya murni pelatihan kerja untuk mendorong kompetensi dan produktivtitas bagi seseorang yang belum memasuki dunia kerja. Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Prakerja yang diundangkan pada Jumat (28/2) silam menjadi dasar hukumnya.

Namun, setelah pandemi Covid-19, Kartu Prakerja beralih fungsi menjadi bansos. Ini lantaran pemerintah ingin memperluas cakupan penerima bansos dari 25% kelompok masyarakat termiskin menjadi 40% kelompok masyarakat termiskin. 

“Penerima Prakerja tidak termasuk lapisan masyarakat bawah tersebut (25%), karena Covid mereka tidak bisa mendapat penghasilan yang lebih baik seperti sebelum Covid. Kita ambil kelompok ini supaya masuk kelompok Prakerja,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Bambang Satrio Lelono mengungkapkan, hal lain yang melatarbelakangi program tersebut adalah adanya ketidakcocokan (mismatch) antara dunia kerja dengan tenaga kerja sebesar 50%. Dia beralasan, sebesar 57,54% tenaga kerja Indonesia memiliki pendidikan SMP ke bawah.

“Berdasarkan riset Mc Kinsey, hingga kurun 2030 Indonesia akan kehilangan 23 juta pekerjaan, namun keberhasilan kita dalam memanfaatkan teknologi akan menghasilkan pekerjaan 27 - 46 juta lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, Kartu Prakerja berusaha menjawab tantangan tersebut,” tegasnya.
 

Program Kartu Prakerja beralih fungsi sebagai salah satu bantuan sosial untuk mengatasi dampak Covid-19. Alinea.id/OkyDiaz.

Sponsored
Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid