sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
Tauhid Nur Azhar

Eulogi untuk BPPT

Tauhid Nur Azhar Senin, 06 Sep 2021 21:09 WIB

Sebelum sel punca dan sekretom menjadi trending topic dan kerap memuncaki pembicaraan di jejaring sosial, saya dan 1-2 teman pernah merancang alat transplantasi sel yang kami patenkan, tetapi sampai hari ini tidak terhilirisasi. Demikian juga saat membuat teknologi pembaca kinerja otak yang dapat mengantisipasi respons dari pengemudi, pilot, ataupun masinis, karya itu berakhir manis masuk ke dalam 101 karya inovasi terkemuka Indonesia 2017 dan penelitinya juga mendapat gelar Inovator Jabar 2017 dan Inovator Muda Nasional dari Wapres Budiono beberapa tahun sebelumnya. 

Teknologi deteksi antigen dengan menggunakan material polimer semi konduktif yang menghasilkan 1 sarjana dan 1 Doktor juga perlu waktu sekitar 17 tahun untuk akhirnya kini mulai dilirik Gakeslab untuk dikembangkan ke skala produksi. Setelah kita terpajan, terpapar, dan terkapar oleh hantaman gelombang masuknya berbagai teknologi tinggi yang tak tersubstitusi dalam upaya memutus rantai pandemi (PCR salah satunya). Alat atau teknologi yang pernah kami (saya dan dua orang asisten Pak Wenten di PAU ITB masa itu) coba buat dengan konsep thermal cycling yang dikontrol dengan mikrokontrol dan heater seadanya.

Dengan nekat pula saat itu kami namakan thermal cycler itu dengan nama Mega Indonesia, kalau tidak salah singkatannya Mesin Gen Analitik Indonesia. Juga karena pada saat itu Presiden kita adalah Ibu Megawati Soekarnoputri. Anehnya mesin amburadul itu sempat diliput koran Tempo dan masuk ke halaman sains dan teknologi. Tetapi ya hanya sampai di situ saja. 

Singkat kata singkat cerita, mari kita skip beberapa perioda. Tibalah kita di masa pandemi datang melanda. Dan masyarakat dunia terhenyak melihat perkembangan yang tak pernah terbayang sebelumnya.

Dan tiba-tiba pula sosok Pak Hammam Riza beserta jajarannya dari squad paling elite di Indonesia yang saya tahu, BPPT, datang menyapa kami para mitra dari berbagai padepokan olah kanuragan riset dan teknologi yang tersebar di berbagai penjuru tanah air dan mancanegara.

Dan tiba tiba pula mimpi yang semula sudah saya pendam di balik bulan, karena perintah Optimus Prime tak kunjung tiba, seolah terkatrol untuk terbit kembali. Perkenalan dengan para ksatria teknologi Nusantara yang menjadi ksatria meja bulatnya King Hammam "Arthur" Riza, membuat semangat bela bangsa saya pun membuncah kembali.

Sir Lancelot Soni Solistia Wirawan, Sir Gawain Agung Eru Wibowo, Sir Geraint Asep Riswoko, Sir Percival Wahjoe Pandoe, Sir Bors Irvan, Sir Lamorak Teddy Lubis, Sir Kay Anto, Sir Gareth Danang, Sir Bedivere Pratondo, Sir Gaheris Yudi Purwantoro, Sir Galahad Dadan Nurjaman, Lady Eniya, Sir Tristan Yudi Anantasena dan Sir Mordred Chaidir. Serta banyak lagi ksatria yang senantiasa loyal dan cinta hanya kepada kedaulatan negara. 

Ajaibnya ekosistem magis yang dikreasikan Pak Hammam melalui TFRIC-19 malah punya lebih dari 1 Merlin yang memperkuatnya. Jelas Pak Hammam jauh lebih kuat dari Raja Arthur. Arthur hanya memiliki 1 penyihir cendekiawan Merlin, 12 ksatria meja bundar, dan pedang Excalibur, sedangkan Pak Hammam memiliki ratusan Merlin dari berbagai perguruan tinggi, komunitas, asosiasi, perusahan rintisan, sampai BUMN. Ada Prof Tati R Mengko, Pak T Inderakesuma, Pak Arwin, Prof Aryati, Prof Fedik, Prof Sofia Mubarika, Prof Mulyanto, Prof Dessy dan banyak sekali Merlin lain yang bergabung bersama dalam the New Excalibur yang bernama TFRIC-19. 

Sponsored

Kondisi ini mirip dengan situasi kebangsaan di Majapahit di era pemerintahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi yang bergelar Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Anak Rajapatni Gayatri dan Sang Nararya Wijaya dan bersuamikan Cakradhara yang kelak bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Di era Tribhuwana Tunggadewi inilah seorang Mahapatih bernama Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang kelak diwujudkannya bersama Hayam Wuruk, putra dari Tribhuwana Tunggadewi. 

Kekuatan Majapahit di era itu adalah kekuatan kolaborasi, dimana sinergi potensi anak negeri difasilitasi. Kekuatan manca negara seperti armada marinir Adityawarman yang berasal dari Sumatera, Mpu Nala dari Ujung Galuh, dan mitra koalisi lainnya dari Gurun, Dompo, Tanjungpura dan banyak daerah lainnya mampu diorkestrasi oleh Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk dengan bijaksana. Padahal saat itu dinamika konstelasi regional sedang hangat-hangatnya.

Tekanan dari Mongol dan mulai terbukanya alur laut Nusantara memerlukan kekuatan dan kepemimpinan yang kuat serta berwawasan kebangsaan untuk mengantisipasi dan mengelola kondisi yang tengah terjadi. Mirip dengan dinamika di masa pandemi melanda. 

Dalam perjalanannya TFRIC-19 dan BPPT telah melahirkan banyak karya serta langkah nyata yang berperan penting sebagai suatu model sinergi yang dapat menjadi pilot project bagi model ekosistem inovasi riset dan teknologi yang mengambil peran sebagai lembaga katalis tempat dimana segenap potensi anak negeri dapat bersinergi untuk menghasilkan sinergi. 

Sebagaimana Wilwatikta yang kemudian berangsur berganti dengan masa jaya Demak-Pajang-Mataram, BPPT dan juga TFRIC-19 memang punya masanya. 

Khusus bagi BPPT, 43 tahun masa pengabdian dengan hasil investasi berupa ribuan cendekia perekayasa, dan ribuan produk inovasi yang telah dimanfaatkan bangsa tentu bukanlah sebuah fase yang sia sia. Biarlah kelak sejarah yang mencatatnya, dan ikhlaskan lah perkembangan zaman menemukan bentuk-bentuk adaptifnya sendiri. Self Organizing Critically kata Per Bak. Semua akan menemukan bentuk dan jalannya. Semua sistem akan teroptimasi jika menemukan faktor kendala atau konstrain dalam ruang Euclidian nya. Selama fungsi f(x0) ≤ f(x) dan sebaliknya masih bisa dicari, maka fungsi objektif masih dapat dimaksimalisasi sehingga menghasilkan solusi optimal. Demikian sabda matematika, sebagaimana ilmu nya amat dikuasasi oleh Prof Bambang Riyanto dan Dr Anto Satryo Nugroho yang amat mahfum terkait pemrograman linier sebagai lambaran dasar ilmu Kanuragan telematikanya. 

Maka 43 tahun kiprah BPPT sebagai kawah candradimuka cendekia perekayasa Indonesia, akan memberikan bukti dalam bentuk sumbangsihnya bagi bangsa dan negara, yang di masa depan akan terus terasa sehingga nama BPPT akan terus bergema.

Berita Lainnya
×
tekid