sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
Didin Nasirudin

Kepresidenan Trump: Dari black swan ke black swan

Didin Nasirudin Selasa, 28 Apr 2020 14:49 WIB

Trump diunggulan terpilih kembali di Pilpres 2020

Jika menjelang Pilpres 2016 Donald Trump sangat tidak diperhitungkan, maka memasuki tahun ke empat masa jabatannya Trump diprediksi akan menang mudah melawan capres Partai Demokrat manapun. 

Bagaimana tidak, meskipun job approval rating atau tingkat kepuasan pemilih terhadap seorang presiden, kinerja Trump selalu di bawah 50%, mayoritan di AS sangat mendukung kebijakan ekonominya yang diterapkan Trump. 

Kebijakan ekonomi Trump membuat ekonomi AS tumbuh antara 2% hingga 3%. Trump membuka lebih dari 8,5 juta lapangan pekerjaan dari Januari 2017 hingga Februari 2020. Bandingkan dengan Presiden Barack Obama yang dalam dua periode pemerintahannya (delapan tahun) hanya membuka 8,9 juta lapangan pekerjaan.  Angka pengangguran di AS hingga akhir 2019 hanya 3,5%, yang merupakan angka teredah dalam 50 tahun terakhir.

Angka inflasi di bawah Trump juga hampir mendekati nol. Index Dow Jones mencapai rekor angka tertinggi.
Data RealClearPolitics sepanjang pada akhir 2019 menunjukkan, 53,6% pemilih puas dengan kinerja Trump di bidang perekonomian dan 41% tidak puas. 

Tingkat kepuasan pemilih Republik terhadap kinerja Trump jauh lebih tinggi, mencapai 88,9% rata-rata sepanjang 2019. Bagaimana tidak, di bawah Trump Partai Republik sebagai partai berkuasa memegang kunci kekuatan-kekuatan politik dan yudisial terpenting: mayoritas suara di Senat (53% Republik vs 47% Demokrat) dan mayoritas di Mahkamah Agung (lima hakim agung konservatif vs empat hakim agung liberal), dengan dua hakim agung konservatif diangkat dalam pemerintahan Trump.

Yang tidak kalah penting, Partai Republik menguasai mayoritas kursi legislatif di tingkat negara bagian (58% Republik vs 38% Demokrat). Legislative kontrol sangat penting dalam menentukan batas wilayah suatu Daerah Pemilihan (Dapil) dan aturan main pemilu di tingkat negara bagian.

Trump sangat paham dengan kekuatan politik yang dimilikinya sehingga cenderung bertindak semaunya sendiri, sewenang-wenang atau bahkan otoriter. Kebijakan paling menghebohkan dan membuat blunder terbesar bagi Trump dan Partai Republik adalah tindakan ilegal Trump yang pada April 2019 menahan bantuan militer AS sebesar US$391 kepada pemerintah Ukraina yang membuatnya dimakzulkan (impeached) oleh DPR AS pada 18 Desembar 2019. Trump didakwa telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) dan menghalangi Kongres (obstruction of Congress) sehingga Trump menjadi Presiden AS ke-3 dalam 240 tahun yang mengalami pamakzulan. 

Sponsored

Tetapi seperti diprediksi banyak pihak, pemakzulan Trump di DPR tidak diikuti dengan pelengseran (removal) di Senat AS yang di kuasasi oleh Partai Republik. Pada 5 Februari 2020, Senat AS secara resmi membebaskan Trump dari dakwaan. 

Pemakzulan Trump oleh DPR AS memang sedikit mengubah peta politik menjelang pilpres November 2020. Poling-poling yang dikumpulkan oleh FiveThirtyEight hingga 13 Februari 2020, menunjukkan hampir separuh (49,7%) publik AS mendukung pemakzulan Trump dan 46,6% menolak. Di antara publik yang mendukung pemakzulan Trump, 12.4% di antaranya merupakan pemilih Partai Republik. 

Tetapi apakah pemakzulan Trump yang juga didukung oleh 12,4% pemilih Partai Republik membuat peluang Trump untuk terpilih kembali semakin menipis? Ternyata tidak. Data-data yang terkumpul hingga Februari 2020, menunjukkan Trump berpeluang besar untuk terpilih Kembali. 

Pertama, hasil poling Gallup pada awal Februari 2020 menunjukkan, tingkat dukungan pemilih Partai Republik terhadap Trump mencapai angka 94%, sama persis dengan dukungan yang diterimanya pada Pilpres 2016 berdasarkan data Exit Poll CNN

Kedua, data RealClearPolitics sepanjang Februari 2020 juga menunjukkan tingkat kepuasan pemilih terhadap kinerja Trump di bidang ekonomi masih tinggi: 53,3% pemilih puas dan dan 41,6% tidak puas. Artinya, margin tingkat kepuasan pemilih terhadap kebijakan ekonomi Trump yang masih mencapai+11,7%.

Ketiga, dalam politik AS juga dikenal istilah misery index yang kerap digunakan sebagai salah satu indikator penting akan terpilih kembali tidaknya seorang presiden petahana. Diformulasikan 50 tahun lalu oleh seorang ekonom bernama Arthur Okun, misery index mengukur persepsi masyarakat tentang kondisi ekonomi AS di lihat dari angka pengangguran+inflasi pada saat seorang presiden AS memerintah. 

Berdasarkan data marketwatch, angka misery index rata-rata AS sepanjang 50 tahun adalah 9,22%. Semakin kecil misery index seorang presiden petahana di bulan-bulan menjelang pemilihan ulang, semakin besar peluangnya untuk terpilih Kembali. 

Sebagai gambaran, misery index Jimmy Carter pada pilpres November 1980 di atas 20%, maka dia gagal terpilih kembali dan kalah telak dari Ronald Reagan. Demikian juga, pada Pilpes 1992 George HW Bush dengan misery index 10,45% gagal di pilpres periode kedua, dikalahkan Bill Cllinton pada pilpres November 1992. Barack Obama terpilh kembali pada pilpres November 2012 pada saat misery index mendekati 9% tetapi cenderung terus menurun. Pada Februari 2020, angka misery index ekonomi AS mencapai 5,83%. Ini merupakan angka yang sangat baik, setara dengan indeks pada saat Presiden Clinton terpilih kembali di pilpres November 1996.

Jadi dengan misery index ekonomi yang sangat rendah, marjiin kepuasan pemilih terhada kinerja ekonomi mencapai dua digit dan dukungan basis pendukung mencapai 94%, para analis politik memprediksi Trump akan terpilih kembali. 

Keempat, untuk terpilih kembali, tidak terlalu sulit sebenarnya bagi Trump. Dia hanya perlu mempertahankan swing states yang memenangkan Obama pada 2012 tetapi berbalik memilihnya pada 2016 yakni Ohio, Iowa dan Florida, ditambah Wisconsin yang sebelumnya bersama-sama Pennsylvania dan Michigan termasuk dalam kategori blue wall alias tembok pertahanan Partai Demokrat.  

Tren politik di Michigan dan Pennsylvania membuat kedua negara bagian ini kembali menjadi blue wall pada Pilpres 2020. Tetapi dengan memenangkan seluruh negara bagian red wall ditambah Ohio, Iowa, Florida dan Wisconsin, Trump akan meraih suara electoral 270 vs Biden 268. 

Dengan kemenangan suara elektoral yang terhitung mepet ini, menurut David Wasserman dari The Cook Political Report, Trump mungkin kalah lebih dari 5 juta dalam perolehan jumlah suara populer. Tetapi tidak masalah karena AS menganut sistem demokrasi tidak langsung.

Berita Lainnya
×
tekid