sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id
Adhika Prasetya K

MCU: Metamorfosis dari komik hingga layanan streaming digital

Adhika Prasetya K Selasa, 16 Feb 2021 12:37 WIB

Strategi fase menjadi senjata ampuh

Sebagai salah satu strategi bisnis, MCU pun menyusun periodeisasi penggarapan film MCU menjadi beberapa fase (phase), agar penonton layar lebar tidak jenuh dan selalu mendapat penyegaran. Tiap fase mengangkat tema, karakter, dan warna yang berbeda. Saat “Avengers: End Game” berakhir, MCU sudah memasuki fase keempat. 

Sebagai bukti upaya penyegaran, di akhir fase ketiga, MCU dengan sengaja “mematikan” beberapa karakter, di antaranya “Iron Man”, “Captain America”, dan “Black Widow”, untuk digantikan dengan karakter yang lebih baru dan muda. Namun, untuk karakter Black Widow sendiri sudah diproduksi film solonya, yang rencananya akan tayang di 2020, namun karena terkendala pandemi Covid-19, penayangan film diundur ke akhir 2021.

Untuk fase keempatnya, pada akhir Desember 2020 lalu, MCU sudah mengumumkan beberapa film layar lebar dan film serial khas MCU, di antaranya “Thor: Love and Thunder”, “Doctor Strange 2”, “Captain Marvel 2”, “Black Panther 2”, “Guardians of The Galaxy 3”, “Wanda-Vision”, “Falcon and The Winter Soldier”, “Loki”, “Hawkeye”, “She-Hulk”, “I Am Groot”, dan beberapa film dari luar “Universe” Avengers, seperti “Fantastic Four Reboot”,  “The Eternals”, “Moonknight”, “Shang Chi”, “Quantum Mania” dan masih banyak lagi. 

Bergabung dengan Grup Disney

Setelah berdiri dan mendapat gelontoran dana dari investor sebesar US$525 juta di pertengahan 2007, MCU lalu mendapat guyuran dana segar lagi sebesar US$4 miliar ketika menyatakan diri bergabung dengan Disney Corporation pada akhir 2009. Raksasa Hiburan yang didirikan Walt Disney ini melihat potensi keuntungan besar yang akan didapatkan dengan mengakuisisi MCU. Otomatis, 5.000 karakter Marvel bisa mereka kembangkan menjadi mesin kreatif, sekaligus mesin uang baru.

Disney dan MCU ternyata memiliki ambisi menyatukan hak cipta waralaba semua karakter komik Marvel dalam satu grup perusahaan. Setelah melalui negosiasi yang panjang, saat ini MCU akhirnya sudah memiliki hak cipta waralaba karakter X-Men, dan Fantastic Four. X-Men sendiri memiliki ratusan karakter superhero mutan yang sangat legendaris, seperti Wolverine, Quicksilver, Magneto, Dark Phoenix, Professor X, Cyclops, Storm, dan lainnya. Fox sendiri sebagai induk dari Waralaba X-Men, sebelumnya sudah memproduksi sekitar 11 film layar lebar dan beberapa di antaranya menuai sukses besar dan masuk jajaran 100 Film terlaris sepanjang masa. Menurut kabar terbaru, karakter Antihero, Deadpool pun saat ini sudah dipegang lisensinya oleh MCU.

Lini bisnis baru: Film via streaming

Sponsored

Pandemi Covid-19 rupanya menjadi momentum bagi Disney untuk semakin membuat bisnis layanan streaming mereka, Disney Plus, menjadi lebih moncer. Terbukti jumlah unduhan Disney Plus pun langsung melejit di 2020. Berbagai mini series karakter Marvel pun siap mereka tayangkan di 2021.

Dimulai dari serial “Wandavision” yang sudah dibuat sembilsn episode, dan mulai ditayangkan 15 Januari 2021. “WandaVision” akan disusul oleh serial “Falcon and The Winter Soldier” di Maret 2021, kemudian serial Loki di Mei 2021.

Layanan Disney Plus (Disney+) ini otomatis menjadi andalan para penggemar Marvel yang haus akan santapan audio visual film-film superhero Marvel.  Layanan streaming Disney+ sendiri, untuk pasar Asia Tenggara menggandeng Hotstar (Perusahaan India), dan resmi meluncur di Indonesia September 2020.

Disney+ Hotstar memiliki beragam katalog konten yang dibuat oleh studio-studio yang berada di bawah naungan Disney, seperti Pixar, Marvel, 20th Century Fox, hingga National Geographic. Hingga kini Disney+  mengklaim telah memiliki lebih dari 500 film dan 7.000 serial episode, termasuk The Mandalorian, sebuah serial live-action Star Wars pertama. 

Bahkan dalam tempo sehari paskapeluncuran, Disney Plus mengklaim telah menggaet 10 Juta pelanggan. Mode bisnis serupa juga mulai banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan internasional, karena memang peluangnya ada pada kebiasaan orang-orang yang menggantungkan kehidupannya pada gadget, ditambah lagi terjadinya pandemi Covid-19, yang membuat orang semakin banyak mencari hiburan di rumah saja.

Berita Lainnya
×
tekid