sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ketika pasar dan teknologi mempengaruhi media

Media hari ini menjadi terdorong untuk menginformasikan lebih cepat apapun platformnya.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 26 Jan 2022 20:05 WIB
 Ketika pasar dan  teknologi mempengaruhi media

Dari fenomena digitalisasi, diiringi kecepatan internet, otomatis berdampak pada perkembangan media. Berkembangnya arus digital yang sangat tinggi di Indonesia berpengaruh pada paradigma masyarakat terhadap pemberitaan atau informasi yang ada di media arus utama.

Terlebih ketika berbicara mengenai televisi yang memiliki frekuensi, disebut free-to-air, ketika ada beberapa frekuensi atau channel tertentu hanya bisa tertangkap menggunakan antena.  Sayangnya, keberadaan televisi free-to-air itu semakin tergerus dengan adanya media-media digital, platform-platform baru yang lebih mudah diakses yang menawarkan kemudahan, karena lebih simpel.

"Kita ke mana-mana pasti bawa ponsel dan kita bisa mengakses tayangan-tayangan, kanal-kanal Youtube misalnya, di ponsel. Sementara untuk televisi tentu saja kita tidak bisa membawa TV ke mana-mana. Itu jadi salah satu tantangan yang cukup berat untuk media televisi," kata jurnalis video NetTV, Anan Surya, dalam tayangan kanal My Ilkom dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung di Youtube.

Anan membubuhkan bahwa pengaruh internet untuk media cetak juga cukup besar. Seperti diketahui kalau media cetak itu sudah pasti ada perlambatan. Berita hari ini baru bisa dimuat besok, maka itu mempengaruhi pola kerja wartawannya pula.

"Tidak mungkin membuat straight news atau berita update di media cetak. Karena sudah tentu ketika besok dimuatnya, itu sudah basi. Akan kalah dengan media-media digital lainnya. Ini head-to-head antara media arus utama, jadi kita masih berbicara tentang media yang memiliki kredibilitas," tuturnya.

Dijelaskannya, di NetTV itu berita update tinggal satu waktu, di siang saja, nama programnya Selamat Siang Indonesia. Suatu waktu, BMKG melakukan konferensi pers terkait dengan gempa di Maluku. Tapi sayangnya acara itu dilakukan pukul 12:00 sementara untuk program NetTV tayangnya pukul 10:30 atau 11:00. Konferensi pers pukul 12:00 kemudian yang menjadi kesimpulan dari itu adalah BMKG mencabut status siaga.

"Itu sudah tidak mungkin saya beritakan bahwa BMKG sudah mencabut status siaga. Karena apa? Itu hanya bisa ditayangkan keesokan harinya. Maka kita harus memutar otak lagi. Para wartawan harus bisa mencari angle (sudut pandang) sidebar apa yang kira-kira timeless, maksudnya timeless itu tidak terpengaruh oleh waktu. Mau hari ini atau besok atau minggu depan atau tahun depan masih layak tayang. Itu yang menjadi salah satu yang mempengaruhi kinerja wartawan di lapangan," ujarnya.

Bagaimana media yang di dalamnya wartawan dan masyarakat, tentu tidak mau tidak, itu saling mempengaruhi. Media hari ini menjadi terdorong untuk menginformasikan lebih cepat apapun platformnya. Itu karena perkembangan teknologi. Tanpa kecepatan, media akan mati. Bagaimana media dipengaruhi teknologi dapat dilihat dari media itu mempublikasikan berbagai platform dengan perkembangan teknologi terkini. Tapi tentu masyarakat juga mempengaruhi.

Sponsored

"Contoh sederhana, misalnya, dalam konsep jurnalistik. Sekalipun internet berkembang dengan pesat, konon katanya, berita-berita mendalam tetap akan mampu mengalahkan berita-berita yang super cepat. Tapi ternyata masyarakat dengan karakteristik milenial itu lebih suka membaca berita yang singkat. Lebih senang melihat tayangan yang pendek," kata Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Enjang Muhaimin.

Enjang menilai media juga menjadi terpengaruh oleh kebutuhan pasar. Jadi masyarakat mempengaruhi bagaimana media itu memproduksi berita. Tapi yang prinsipnya bahwa ketika media lahir sesuai dengan karakteristiknya dan mampu bertahan dengan karakteristik sebenarnya dan sejatinya itu akan mampu bertahan. Sekalipun mengalami proses transisi.

"Saya katakan begini, okelah sekarang yang mulai terancam itu adalah televisi. Sebelumnya adalah media cetak. Kenapa media televisi terancam oleh media internet? Karena pertumbuhan Youtube sangat luar biasa dan di kalangan generasi milenial itu Youtube menjadi pegangan utama, termasuk Instagram. Sehingga mereka mendapatkan informasi dari media-media baru itu. Sementara media-media mainstream yang terlambat, yang akses informasinya telat, itu ditinggalkan," ucapnya.

Menurut Enjang, lagi-lagi masyarakat memiliki filter mana informasi yang terseleksi dan mana informasi yang betul-betul dapat dipercaya. Itu hanya kembali ke media arus utama. Solusi yang harus dilakukan itu, media televisi tidak hanya sekadar dipublikasikan di layar televisinya saja, tetapi bagaimana tayangan berita dan programnya dengan secepatnya di-streaming-kan di Youtube juga.

"Sehingga itu akan memberikan tingkat kecepatan. Memang kendala itu terjadi. Bagaimana media menyikapi kebutuhan pasar, bagaimana media menyikapi perkembangan teknologi, itu akan saling bergantung. Jadi sebuah media bisa hidup dan bertahan ketika dia adaptif dengan perkembangan situasi terkini baik teknologi maupun media," kata Enjang.

Dirujuknya berbagai teori menunjukkan bahwa media itu bukan sesuatu yang perkasa hari ini. Media memang betul mempengaruhi, tetapi masyarakat juga memiliki daya persuasi terhadap media. Media juga terpengaruh oleh teknologi, tetapi teknologi juga sangat tergantung kepada karakteristik media. Jadi di sana bagaimana kecerdasan dari para pengelola media untuk menyikapi kebutuhan pasar dan perkembangan teknologi.

"Saya pikir, kendala-kendala itu yang perlu diatasi tanpa harus melahirkan suatu situasi di mana realitas yang ada dikonstruksi oleh media menjadi sesuatu yang berbeda. Tetapi harus sesuai dengan realita yang lengkap dan dengan data yang tingkat akurasinya tinggi," pungkasnya.      

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid