sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pers bukan hanya menulis berita, Prof. Emil Salim anjurkan jurnalisme berpengetahuan

Mengaitkan antara ekonomi dan lingkungan, selama 17 abad dunia tidak mengalami permasalahan lingkungan.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Kamis, 24 Feb 2022 21:37 WIB
 Pers bukan hanya menulis berita, Prof. Emil Salim anjurkan jurnalisme berpengetahuan

Jurnalisme bukan hanya memberitakan, memberi kabar, menulis cerita-cerita. Tetapi, jika mungkin, juga meramalkan perkembangan ke depan.

Mengaitkan antara ekonomi dan lingkungan, selama 17 abad dunia tidak mengalami permasalahan lingkungan. Keadaan dunia berkembang normal. Tiba-tiba pada tahun 1780 terjadilah Revolusi Industri. Maka pertanyaan yang lazimnya diajukan oleh wartawan adalah: "Mengapa tiba-tiba muncul Revolusi Industri? Apa yang mendorongnya? Di mana perkembangan perubahan industri itu berlangsung?"

Wawasan itu diutarakan oleh Prof. Emil Salim. Di soal ekonomi berkelanjutan, ilmuwan kelahiran Lahat, Sumatra Selatan, itu sosok yang tepat. Dia seorang cendekiawan, begawan ekonomi, sekaligus tokoh lingkungan hidup terkemuka. Menteri Lingkungan Hidup pertama di negeri ini, yang sampai sekarang selalu jelas dan tegas ketika berbicara soal keseimbangan ekonomi dan lingkungan. Apa yang pernah beliau ucapkan, "Suatu negara itu jadi maju bukan hanya bertumpu pada aspek ekonomi, perlu ada peningkatan dan penguatan sumber daya manusia dan ekologi secara beriringan."

Nuansa filosofis masih tersirat dalam pandangannya pada acara 'Refleksi Ekonomi dan Lingkungan Melalui Jurnalisme' diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama Traction Energy Asia, Senin (21/2/2022).

Menurut Emil, ilmu pengetahuan berkembang tanpa diketahui. Manusia mula-mula bergantung pada tenaga otot, kemudian tenaga hewan, lalu meledak (booming) ilmu, sains, dan teknologi, hingga lahirlah horsepower oleh steam power (daya kuda melalui tenaga uap). Itu ditimbulkan dari lahirnya ilmu pengetahuan yang mampu mengubah steam (uap) menjadi power (tenaga). Tenaga uap mendorong penggunaan batu bara, sehingga lahirlah revolusi yang didorong angkutan.

Kereta api dan kendaraan diciptakan, menjadikan steam engine (mesin uap) dan railway (jalur kereta) berkembang cepat. Tapi teknologi tidak berhenti pada tenaga uap, sampai kemudian muncul penemuan listrik. Dan meledak lagi. Kalau tadi sampai 1780 dunia tidak berubah apa-apa. Pada 1780 terjadi revolusi dari kereta api, kemudian perkembangan dari listrik pada tahun 1880, dan diikuti lahirnya kendaraan automobil pada 1930.

"Jadi selama 17 abad dunia ini tenteram. Tidak ada perubahan, pencemaran, dan soal lingkungan. Tiba-tiba meledak suatu perkembangan teknologi didorong oleh ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan terus mendorong perubahan-perubahan dunia ini. Maka 1930 muncul automobil, lalu pada 1970 lahir information communication technology (teknologi informasi komunikasi), yang menghasilkan bermacam alat yang kita pakai sekarang. Maka pertanyaan kemudian, setelah lahir teknologi informasi komunikasi sekarang ini apa yang bakal muncul?" tanya Emil.

Jawabannya, bahwa wartawan yang sigap, yang bisa meramalkan atau mengetahui ke mana dunia berubah, akan mendapat cerita-cerita yang tidak diketahui sebelumnya.

Sponsored

Diuraikannya, ada ramalan, pada tahun 2010 ke depan ke 2050, yang berkembang ialah Intelligent Technology (teknologi cerdas), Artifical Intelligent (AI/kecerdasan buatan), dan itu terus berkembang. Wartawan yang sigap akan menggali ke mana arah tujuan AI. Kalau rajin melihat dan membaca Singapura dapat terlihat bahwa Singapura mengembangkan fakultas yang bukan hanya memanfaatkan teknologi digital, tapi automatic robotic (robot otomatis). Robot mulai dipikirkan untuk difakultaskan oleh Singapura. Jadi, arahnya ke robotik, maka kalau ke robotik, semua langkah manusia akan tergantikan robot.

Prof. Emil mengemukakan, lingkungan selama 17 abad tidak mengalami perubahan. Karena dunia ilmu pengetahuan tidak berkembang pesat. Begitu lahir ilmu pengetahuan teknologi yang memunculkan listrik, atom, kemudahan ekonomi digital, yang kemudian menjadi AI, lalu ke robotik, maka lingkungan mengalami perubahan. Lingkungan sekarang tidak perlu dirusak oleh langkah perbuatan manusia, oleh karena mesin robotik bisa diatur agar pembangunan ramah lingkungan.

"Apa yang mau saya kemukakan bagi kaum wartawan? Jurnalisme yang mendorong pemahaman menggabungkan ekonomi dengan lingkungan adalah jurnalisme yang berpengetahuan. Pahamilah apa yang terjadi di dalam dunia ilmu pengetahuan. Kalau kau sendiri tidak mengerti perkembangan perubahan ilmu, tidak mengerti dunia berubah dari steam ke listrik, dari listrik ke AI, dari AI ke robotik, kalau kau tidak ikuti perkembangan ini, kau bagai wartawan ketinggalan zaman," tegasnya.

Disarankannya, jika ingin mengembangkan jurnalisme dan lingkungan, pelajari dan pahami tren yang terjadi dari perubahan lingkungan itu. Trennya sekarang adalah cara robotik, dan kemudian menyusul apa lagi yang belum diketahui. Tapi itu mendorong para wartawan belajar dan belajar terus ilmu pengetahuan. Pahamilah bangsa yang ketinggalan ilmu, antara lain termasuk Tanah Air Indonesia yang belum mengembangkan AI, robotik, dan sebagainya, maka ketertinggalan itu akan berdampak besar pada ketertinggalan ekonomi dan ketertinggalan lingkungan.

"Jadi anjuran saya: Hai, para jurnalis, belajar belajar belajar terus perkembangan ilmu agar kau mendahului perkembangan yang terjadi di masyarakat, agar kau dapat meramalkan arah perkembangan masyarakat, sehingga Indonesia yang tertinggal dalam perkembangan ilmu bisa didorong memajukan diri," anjurnya.

Prof. Emil membandingkan Indonesia dengan Singapura. Agar (setidaknya) Indonesia nanti bisa setingkat Singapura. Kemajuan Indonesia 60 tingkat di bawah Singapura. "Kita harus naik. Anak-anak muda kita harus belajar sains, teknologi, keinsinyuran, matematika, humaniora. Para wartawan harus memahami ilmu pengetahuan ini, dengan demikian, maka wartawan menjadi pelopor dari pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan," tuntasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid